Pal🍑

242 16 8
                                        

Nata mengibaskan bajunya yang sedikit basah karna terkena cipratan air hujan. Matanya menatap ke arah langit, gelap batinnya berkata. Padahal masih di hari minggu siang tetapi sudah hujan.

Gadis itu melangkahkan kaki nya kedalam studio music tempat sang kakak bekerja. Ia ditugaskan oleh mbak windi untuk mengantar makanan kepada naresh yang selama dua hari ini tidak pulang kerumah dikarnakan tugasnya yang belom selesai.

Naresh memang memiliki studio music sendiri. Studio itu sudah berdiri saat ia masih kelas Dua belas SMA. Dibantu oleh Raihan Ayubi dan Sehun kini studio itu sudah memiliki label tersendiri.

Kacau. Adalah kata yang mewakilkan ruangan kerja milik kakak nya saat ini.

Banyak kertas berserakan serta rautan pensil dimana-mana membuat gadis itu menghela nafasnya pelan.

Raihan ayubi, salah satu teman dari kakaknya yang sedang berada di depan computer mendapati nata sedang berdiri di ambang pintu, lelaki itu tersenyum manis. "Nata? Nyari Chandra?" panggilnya.

"Eh iya kak, dimana ya dia?"

"Tunggu aja, lagi dikamar mandi kayaknya. Nganter bekal ya?" tanya raihan. Pemuda itu berjalan mendekati nata sambil melepas kaca mata yang ia gunakan lalu duduk disalah satu sofa yang ada.

"Iya, sini aja kak gabung. Kebetulan mama sama mbak windi bawa banyak makanan" ajak nata. Gadis itu menatap ke arah kursi panjang. Mendapati sehun yang sedang terlelap dengan jaket yang membungkus badannya.

"Biasa, kecapekan dia" ucap raihan. Nata mengangguk "Ini mau di sisain buat dia atau mau dibangunin aja kak?" tanya nata ragu-ragu.

"Bangunin aja gak apa-apa" ucap naresh yang datang dari arah belakang.

"Nggak marah kan?"

"Nggak coba aja!" titah naresh.

Nata berjalan mendekati sehun. Ia guncangkan tubuh lelaki itu dengan kekuatan sedang. "Hun, sehun makan dulu" panggilnya.

"Yang kuat nja. Dia mana bakal denger" ucap naresh sambil terkekeh pelan. Gadis itu berdecak lalu memanggil sehun sedikit kencang. "SEHUN BANGUN!"

"Ck. Apasih!—pesek?" sehun terlonjak kaget, jangan lupa panggilan akrabnya kepada nata masih selalu ia sematkan—pesek.

"Iya, bangun dulu gih, cuci muka abistu makan!" titah nata lembut. Sehun mengangguk dan segera bangkit untuk ke kamar mandi.

"Mbak windi mu tadi lagi apa nja?" tanya naresh sambil membuka makanannya.

Nata yang sedang memainkan handphone miliknya menoleh "Lagi senam bumil didepan komplek ditemenin unjin tadi"

"Nata nggak ikut makan?" tanya raihan.

"Eh nggak kak masih kenyang, hehe"

"Mau pergi?" sehun bertanya. Lelaki itu sudah duduk manis tepat disamping nata.

Wangi maskulin menyeruak masuk ke dalam indra penciuman nata. Sempat terbuai namun beberapa detik berikutnya ia tersadar. "Astagfirullah"

"Iya, mau ke toko buku sama jihyo"

"Gue anter" ucap sehun datar tetapi berhasil mengalihkan seluruh atensi kepadanya. "Kenapa?" tanya nya sambil menaikan salah satu alisnya.

"Hujan, emang mau naik apa?"

"Mobil, pake mobil bang naresh"

Yang disebut namanya tersedak sambil memukulkan sang dada. "Bermodal dong bos"

Sehun berdecak "Kan demi adek lo juga bang biar gak kehujanan"

"Ck. Iya percaya"


///


SENA dan Rasa {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang