II🍌

208 16 4
                                    

Unjin terkejut dan hampir memekik kuat akibat ulah saudara perempuannya. "Astagfirullah mbak ngagetin aku aja tau nggak?!" ucapnya menjerit pelan. Pasalnya nata yang baru saja membukakan pintu rumah saat ia baru kembali dari salat isya di masjid. Di jam sebelas malam ini?

"Salat dimasjid apa mejeng, lama bener?" tanya nata dengan raut wajah kaku. Dirinya baru saja selesai memakai masker bengkoang pemberian sang ibu.

"Ya solat lah... emangnya ngapain?" cicit unjin pelan. Pandangan matanya ia turunkan kebawah takut-takut nata akan mencubit telinga nya.

"Masuk!" perintah nata dingin membuat sang adik membuang nafas lega. "Untung gak mbak aduin ke mama kamu, pulang kok tengah malem begini"

"YA JANGAN DONG MBAK?! Bisa abis aku di omelin"

"Maka nya kalo mau main itu inget waktu atau seenggak nya izin dulu jadi jangan buat orang khawatir unjin?"

"Maaf..."

"Iya, mbak mau masuk kekamar dulu. Kamu tutup pintunya"

Decakan pelan ia buat. Unjin pelakunya, ia menatap pintu kamar sang kakak yang terbuka dengan begitu pelannya. "Ngapain sih mas?" tanya ia pelan saat naresh mencoba mengendap-endap.

Naresh menaruh jari telunjuk di depan mulutnya. "Mas mau ngeronda dulu, dari tadi mbak windi mu ngomel aja. Takut kebangun mas"

"Lah sama aja kayak mbak senja. Lagi ada masalah ya kayaknya dia?"

Sudah bisa diketahui acara apa selanjutnya jika unjin dan naresh di satukan. Dua kakak beradik itu lanjut menggosip hingga pukul satu pagi dini hari di depan tv. Hingga pekikan suara bumil mengejutkan keduanya.

"KATANYA MAU NGERONDA KOK MALAH NGERUMPI SIH?!"

🍭🍭🍭

"Cie yang baru jadian" itu jihyo. Gadis itu sedari tadi terus mengolok-olok nata yang berada didepannya.

Nata yang bersemu dengan wajah merah akibat menahan malu. "Apaan sih ji?" elaknya sembari menutup wajah.

"Bagus nat. Pertahanin hubungan lo sama abhim, memang sih mudah buat gue untuk ngomong ini tapi... lo harus belajar buat ngelupain sehun"

Satu hal yang harus diketahui; nata baru saja jadian dengan abhim, niat nya untuk melupakan sehun sudah bulat walau masih terselip sedikit rasa ragu.

Dengan abhim yang menawarkan diri untuk menjadi pengganti seorang sehun di hati nata. Lelaki itu sudah diperingatkan bahwa konsekuensi nya bukan main-main, apalagi ini menyangkut pasal hati?

Nata hanya takut, ia tak mau mengecewakan abhim dengan ekspetasi-ekspetasi yang terus bermunculan.

"Belom dicoba, jadi belom tau" begitulah kata kata yang keluar dari bibir tebalnya saat nata menolak ajakan pertamanya.

"Mau mencoba bareng gue?" lagi-lagi abhim bertanya.

Maka satu anggukan ragu-ragu nata berikan pada saat abhim menawarkan dirinya sebagai pengobat luka di hati nata.

Dirinya harus mencoba, dirinya harus belajar. Bahwa semua cinta itu datang karna terbiasa. Maka sejak saat itu-waktu dimana ia melihat sehun di mall dengan seorang wanita-dengan pandangan yang bercucuran air mata untuk terakhir kalinya-nata resmi menjadi kekasih dari seorang abhim.

"Aduh maaf telat, abis jemput mama di bandara tadi" kalo ini abhim lelaki yang baru menjabat sebagai kekasih nata selama dua hari baru saja menampakkan batang hidungnya.

Anggukan kompak yang diberikan oleh kedua gadis didepannya membuat ia membuang nafas lega. "Daniel mana?" tanya jihyo.

"Masih markir mobil didepan"

SENA dan Rasa {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang