XIII🧀

169 14 8
                                    


Aku kehabisan cara tuk jelaskan padamu

Mengapa sulit tuk lupakanmu

Aku kehabisan cara tuk gambarkan padamu

Kau di mata dan di pandanganku huu uuu

Coba satu hari saja kau jadi diriku

Kau akan mengerti

Bagaimana ku melihatmu, mengagumimu, menyayangimu

Dari sudut pandangku, dari sudut pandangku


Alunan music lagu dari Tulus berjudul Tukar Jiwa masih terus menggema di sepanjang perjalanan. Nata sedikit menggumam--menyenandungkan nada membuat sehun senyum tertahan. "Ini lagu kamu banget ya?"

Nata menoleh sembari mengerutkan kening bingung. "Kenapa aku?"

Ke duanya sedang dalam perjalanan menuju Pantai Indrayanti. Seminggu selepas lebaran, jalanan masih dipadati oleh pengendara motor maupun mobil yang berlalu-lalang. Berangkat sejak tadi pagi pun tidak mengurangi masa kemacetan ketika berjalan ke arah kota.

"Ya... lihat aja dari liriknya"

Otak nata kembali memutar lirik lagu sebelumnya. Senyum yang berkembang tanpa bisa ditahan. Ia menepuk tangannya sendiri. "Apaan sih, narsis banget!"

Suara tawa menguar dari ke duanya. Perjalanan yang menghabiskan waktu dua jam dari kota tak terasa sama sekali. Nata membuka satu bungkus chiki, lalu menyuapkannya kepada sehun yang masih menyetir.

Hembusan serta terpaan angin kencang membuat nata menghela nafas lega. Biru nya air laut yang terpampang jelas di depan mata benar-benar memanjakan indera penglihatan. Perjalanan mereka tidak sia-sia.

Panasnya matahari di sore ini seakan tak membuat para pengunjung merasa jengah.

Hampir semua tempat dipenjuru sudut pantai di isi oleh banyak nya keluarga yang datang berlibur. Membuat sehun harus kembali memutar otak—dengan mata yang terus mencari lahan kosong disana.

"Kita sholat ashar, habis itu cari makan sore dulu aja ya?" Sontak nata mengangguk setelah mendengar ajakan sehun barusan. Beruntung menjelang senja, lahan tempat di pinggir sisi pantai mulai kosong walau masih tersisa beberapa keluarga disana. Menyelesaikan makan sore dan ditutup dengan segarnya air kelapa muda.

"Mau pesen jagung bakar?"

"Kamu mau aku berubah jadi gendut, hun?!"

"Kan jagung bakar nat, bukan nasi"

"Tapi tetep aja ber-kabohidrat!"

Tiada hari tanpa pembicaraan yang berakhir tanda seru di antara ke duanya. Status yang berubah semenjak beberapa hari lalu tak membuat nata atau pun sehun malu-malu. Seakan sudah biasa dan menjadi kebiasaan debat di sepanjang pembicaraan.

"Kamu gendut aku juga tetep sayang, kok"

Berdecih dan memutar bola mata malas nata lakukan. Sehun sedang menggombal menggunakan nada datar. Sangat tidak mempan!

Hingga saat hening mendatangi ke duanya, menikmati segar nya air laut tanpa pembicaraan.

"Kalau dipikir-pikir kita lucu ya?" memecah keheningan sehun bertanya demikian membuat nata terkekeh pelan. "Lucu dari segi hubungan yang pernah kita lewatin?" Anggukan mantap sehun sebagai jawaban.

Kembali mengingat dan pikiran berkelana. Hubungan serta perjalanan cinta mereka yang penuh drama memang pantas menadapatkan Best Award dari tahun ke tahun.

SENA dan Rasa {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang