IV🍒

246 17 7
                                    

Nggak kerasa ya, besok udah masuk bulan ramadhan aja.

Aku disini mau ngucapin Minalaidin walfaidzin ya maaf kalo kata aku ada yang kurang berkenan di hati kalian selama ini🙏

Dan berdoa pula semoga wabah corona ini cepat berlalu.

Berdoa yang terbaik untuk kedepannya ya.

Udahlah segitu aja dari aku, see u👐

Hari bersejarah yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh mahasiswa seperti nata. Gadis itu mematut diri didepan cermin. Menebalkan dempul kalo kata unjin.

Setelah semuanya siap, nata menuruni anak tangga dengan sangat hati-hati, dikarnakan ia menggunakan kebaya yang amat ketat dirinya juga tidak mau menunda wisuda sampai tahun depan karna terjatuh dari lantai atas.

"Mbak, mama sama papa nanti nyusul aja ya" ucap wanita paruh baya di sampingnya. Sang ibu yang masih menggunakan daster serta ayah yang masih bergelung dengan sarung membuat gadis itu menghela nafas pasrah.

"Iya, jangan kelamaan tapi, keburu udah selesai!" peringatnya.

Naresh membawa mobil dengan sangat lamban, menurut unjin. Anak bungsu dari keluarga nata tersebut memajukan sang bibir kesal. "Mas jalanan kan lagi sepi, bisa cepetan dikit gak sih! Lama banget kayak siput"

"Heh" naresh mengawali panggilan tersebut yang jelas akan dibalas panjang. "Mbak mu lagi hamil ya, mas gak mau kenapa-kenapa. lagian wisuda nya juga masih ada beberapa menit lagi, ya kan nja?" tanyanya meminta persetujuan nata.

Sedang nata balas anggukan malas, sedang tidak ingin berdebat dengan saudara lelakinya.

Windi menjadi orang pertama yang keluar dari mobil, ia memijat pelipisnya pusing membuat naresh langsun berlari menghampirinya. "Kenapa sayang?"

"Kenapa-kenapa, gara gara kamu nih mas aku jadi pusing!" tunjuk bumil tersebut. "Kok mas sih?"

"Kamu bawa mobilnya pelan banget kayak siput, bener kata unjin tadi"

Yang tak nata hiraukan, gadis itu berjalan menuju gedung tempat ia akan mengucap sumpah dan janjinya nanti. Matanya tak sengaja bertatap dengan Daniel dan jihyo yang bersama abhim di ujung sana.

"Weits cantik bener senja" goda Daniel, lelaki itu sudah rapi dengan setelan jas hitamnya. "Beda bener lo nat" itu jihyo.

"Apaan sih, udah ayok masuk"

🍭🍭🍭

Selesai acara di dalam gedung jangan lupakan untuk berfoto setelahnya. Nata tak henti-hentinya memukul keras punggung abhim. Lantaran kekasihnya itu senang sekali menggodanya. "Cantik lo nat"

"Apasih, udah berkali-kali lo ngomong kayak gitu. Ayok foto aja!"

Cuaca yang cukup teduh, tak terlalu panas dan terik. Seluruh mahasiswa yang sudah selesai menyandang status pelajar dari kampus itu memenuhi area lapangan.

Berfoto dengan keluarga serta bercanda ria dengan sahabat mungkin untuk terakhir kalinya yang entah kapan akan bertemu lagi.

Manik mata seseorang dari ujung sana menatap nata dengan sendu. Dia sehun. Masih ingat dengan kejadian pasca acara ulang tahun sehun kemarin?

Lelaki itu bahkan tak berani untuk menampakkan dirinya di hadapan nata. Bukan karna takut, atau apa hanya saja dirinya tak ingin membuat nata kecewa sekaligus sedih untuk kesekian kalinya terhadap sehun.

Ia meringis mendapati nata sedang berpelukan dengan abhim dan Daniel. Ia juga ingin—memeluk—mengucapkan selamat serta doa kepada gadisnya.

Padahal ada naresh serta unjin disana untuk dijadikan alasan, tetapi sekali lagi ia memilih untuk berdiam diri di tempatnya. Jangan lupakan sebuket bunga mawar ditangannya.

"Hai adek, kakak bisa minta tolong kasihin bunga ini sama cewek yang baju pink disana?" lihatlah dirinya terlalu pengecut sekali bukan?

Nata terpengarah saat ada gadis kecil menghampirnya, disertai dengan bunga mawar dan surat yang terselip di sana. "Makasih, tapi dari siapa dek?"

Anak tersebut mengangkat bahu tak tahu, setelah itu berlalu dari hadapan nata yang menyisakan banyak tanda tanya diotak cantiknya.

Berhubung keluarganya sedang berada di ujung sana bersama abhim. Dirinya mencoba menelisik sebuket bunga ditangannya. Mengambil surat yang terselip disana.

"Selamat dan maaf... semoga selalu sukses"

Ah! Nata tahu siapa orangnya. Ia berbalik badan menatap—serta mencari sehun dari seluruh lapangan. Nihil lelaki itu tak berada disana.

Lagi dan lagi nata mendesah kecewa akan sikap sehun. Ia memang marah kepada lelaki tersebut waktu itu, tapi bukan tak ingin bertemu lagi. Kata-kata itu meluncur dengan bebas dari mulutnya.

Yang hanya bisa ia lakukan adalah menyesal dan berharap mungkin? Semoga saja sehun selalu bahagia... tanpa dirinya.

"Lagi ngapain sih den?" suara bi ayu menyapa indera pendengaran sehun yang sedang berada di balik pohon besar.

Jari telunjuk hinggap dibibir tipis sehun. Mengisyaratkan wanita paruh baya tersebut untuk diam. "Sehun hanya ingin berteduh bi" berbohong adalah passion seorang sehun.

Mengangguk mengerti lagi-lagi bi ayu bertanya. "Tidak berfoto dengan... nata?

Gelengan lemah sehun berikan. "Dia sedang tak ingin bertemu dengan sehun bi"

🍭🍭🍭

"Kenapa?" menjadi satu-satunya pertanyaan yang abhim keluarkan dari bibirnya semenjak pulang tadi.

Nata abhim serta kedua temannya akan mengadakan pesta terakhir kecil-kecilan karna kekasih nya yang akan pergi kerja di luar kota.

Gelengan pelan serta senyum tipis nata berikan. "Nggak pa-pa kok"

Tangan kiri lelaki tersebut hinggap di punggung tangan nata. "Kalo ada masalah cerita" ucapnya tersenyum lembut.

Lagi-lagi nata menggeleng pelan. Mengisyaratkan bahwa dirinya sedang baik-baik saja, walaupun berbanding sebaliknya. Gadis itu hanya tak ingin melukai perasaan abhim karna dirinya. Perihal bunga dari sehun tadi benar-benar mengganggu jalan pikirannya.

Sungguh nata tahu betul, sehun hanya sedang menyumput dan mengumpat dari balik pohon. Sebab tadi ia melihat bi ayu yang sedang berbicara dengan seseorang dibelakang pohon. Mungkin itu sehun?

Ah! Nata tanpa sadar menghela nafas kasar. Serumit inikah kisah cinta di masa kuliahnya?

Padahal kalau dipikir-pikir, mereka sama sama sudah dewasa. Bisa menyelesaikan masalah ini tanpa harus menyumput atau berlari dari masalahnya.

Tapi lagi-lagi mereka memilih diam dan enggan berbicara satu kata pun. Biarlah waktu punya waktu tersendiri untuk menyelesaikan masalahnya begitulah jiwa batin nata nyiyir.

Ada yang sama seperti sehun?
Ngasih bunga diem-diem untuk seseorang lewat anak kecil?

Kalo kalian pikir, sifat nata dan  sehun itu gimana sih? Gampang ketebak ya?

Jadi sampai disini kesan kalian apa?

SENA dan Rasa {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang