X🍥

212 15 5
                                        

Sehun terkekeh geli, sedetik kemudian tersenyum sendiri. Ah, cuaca pagi ini sungguh cerah batinnya. Matahari yang seolah masih malu-malu untuk menampakkan diri, ia menghirup aroma kopi yang baru saja dibuat oleh raihan ayubi.

"Makasih bang" ucap sehun dengan wajah sumringah. Yang tidak raihan tanggapi. Adik teman-nya kambuh sejak kejadian semalam. Sehun yang pulang dengan senyum tertahan.

"Jangan senyum terus, geli abang liatnya"

Menggidik kan bahu acuh, sehun berjalan tenang memasuki singgasana miliknya. Memilih baju yang paling bagus mengikuti naluri.

Kira-kira nata sedang apa ya?

Ah, sehun sungguh biadab sepertinya. Memikirkan bahwa nata telah putus jalinan dengan seorang abhim membuatnya ingin terus tersenyum. Memang ya, tertawa di atas penderitaan orang lain ada rasa tersendiri bagi yang menikmatinya?

Beralih kepada Nata yang membuang nafas jengah, aplikasi ojek online di gawainya sedang bermasalah kah? Sebab sedari tadi memesan selalu saja minta di tolak.

Padahal jam sudah menunjukkan pukul Tujuh lebih lima menit, yang artinya ia memiliki waktu dua puluh lima menit lagi sampai ke kantor.

Yang kebetulan keberuntungan sedang berpihak pada nata. Daniel datang di waktu yang tepat. Menggunakan mobil tentunya. "Ayok masuk"

Senyum merekah nata terbit. "Terbaik deh lo" puji nya mencubit pipi sang kawan. Daniel mendengus geli, tak lama tatapan matanya beralih pada wajah sembab nata.

Ternyata putus beneran?

Seolah melupakan kejadian semalam. Gadis itu sedang terkikik geli menonton sebuah drama yang ada di gawainya. Berulang kali pula Daniel membasahkan kedua bilah bibirnya.

Tenggorokan yang terasa mencekat dengan jantung yang sedari tadi membahana membuat dirinya menghasilkan keringat yang lebih banyak di pelipis.

"Se-senja" nah kan gagap.

Nata menoleh. Kedua alisnya bertautan. "Gue nggak pa-pa"

Ah sudah ketebak ya?

"Maaf seharusnya gue nggak ngenalin abhim ke elo. Dan-"

Terpangkas. "Serius gue nggak pa-pa. jangan di bahas oke?" yang Daniel anggukan setelah mendengar pernyataan nata barusan. Seharusnya nata baik-baik saja kan? Sebab perasaan di hati nya tidak penuh terisi oleh abhim seorang.

"Ada meeting apa lagi hari ini?"

"Nggak ada pak. Dilanjutkan besok lusa, kantor kita bakal ketemu klien sesuai tempat yang di ajukan"

Merasakan aura aneh pada bos nya, nata bergidik ngeri. Padahal sejak kemarin-kemarin dirinya sangat jutek dan pedas sekali jika sedang bersangkut paut pada nata. "Kalau begitu saya permisi pak" pamit undur diri, nata hendak hengkang dari sana.

"Nata" terhenti. Gadis itu memutar badan nya menatap si bos.

"Nanti malam pulang sama saya"

Astagfirullah, sehun!

Lelaki tidak punya otak, kalau di dengar orang lain bagaimana? Yang mata nata melotot sedemikian rupa menatap sehun di sana. "Iya pak" memilih menutup mulut dan tidak mengatakan umpatan indah. Sebab nata masih sayang kepada gaji dan nyawa.

"Kenapa nata?" itu rani, wanita cantik berbalut kemeja berwarna pastel itu menatap temannya heran.

"Nggak pa-pa mbak, Cuma... sedikit pusing aja"

"Kamu puasa kan? Mecah aja mau? Mbak ambilin minum deh" seketika divisi nata menjadi ramai. Pertanyaan tentang kondisi tubuh menjadi faktor utama. Yang semalam diri nya terlupa untuk bangun sahur. Padahal unjin sudah menggedor.

SENA dan Rasa {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang