IX🍺

205 15 3
                                        


Seminggu sudah berlalu. Tetapi hati nata masih terasa membilu. Tolong katakan kemana perginya abhim yang memiliki sifat lembut yang dimiliki nya dahulu.

Awan mendung seakan mengikuti keadaan hati nata beberapa hari terakhir ini. Tanpa ada candaan, senyum manis yang menghiasi gawai saat sedang melakukan panggilan video, atau gombalan receh dari keduanya.

Semuanya terasa berbeda!

Sangat--dan nata benci keadaan ini.

Setiap hari terasa cepat berlalu, tanpa merasakan hawa lapar ataupun haus dahaga karna berpuasa sebab dirinya sedang menunggu kabar dari seseorang.

Gawai berdenting, menandakan satu notifikasi masuk. Senyum merekah terbit di wajah cantik nata, dengan kecepatan laju ia membalas pesan tersebut. Kesalah pahaman ini harus cepat terselesaikan.

Abhim🦄

Kita ketemu nanti sore, di kafe depan kantor

Sangat datar dan dingin tanpa ada embel-embel atau emote love yang biasa terselip di ujung kata, pesan ini terasa hampa. Sungguh air mata ingin sekali mendesak keluar dari pelupuk mata.

Nata rasa, tuhan sedang berpihak kepadanya. Jam menunjukkan pukul 04.00 sore yang sudah menandakan waktu untuk segera pulang. Melangkah dengan cepat melewati ruangan bos besar, pikir nya sehun sedang menjaga jarak, lagi.

Sifat dingin, dan jutek milik lelaki hidung bangir itu kembali muncul. Yang tak nata hirau kan, kepalanya sibuk memikirkan beberapa kata saat harus berpapasan dengan abhim nanti.

"Abhim, apa--kabar?" menanyakan dengan nada riang, nata berusaha menghapus euphoria canggung yang mengelilingi keduanya.

Yang dijawab dengan kata-kata singkat tanpa ada basa-basi. Bahkan manik mata abhim focus melihat sang gawai. "Baik, duduk dulu nat"

"Ah iya"

"Mau pesen makanan apa untuk buka puasa?" suara lembut itu, nata merindukannya. Maka dengan senyum yang kembali menghiasi sang wajah, dirinya memekik girang dalam batin "Samain kayak punya kamu aja, dan air minumnya tawar ya"

Yang kini manik mata abhim tak lagi ter-fokuskan pada gawai melainkan tertuju pada nata, sepenuhnya. "Kabar kamu pasti baik ya? Walau agak kurusan?" entah itu sebuah kata untuk menyindir atau pertanyaan tapi tak gadis itu perpanjang.

Dirinya kembali tersenyum tenang-walau hati berseru kencang. "Faktor puasa kali ya? Kamu, pulang ke yogya dari tanggal kapan? Kok gak kasih kabar ke aku, sih?" sungut nata keki.

Raut wajah tersenyum sinis, abhim persis seperti pemeran antagonis dalam film azab kegemaran Naresh. "Pas malem kamu di antar sehun pulang? Saat itu aku baru sampai dan hendak turun dari motor. Rencananya mau ngasih kejutan buat kamu nat, biar keliatan romantis? Mungkin." sangat tegas dan menusuk jantung di dada. Abhim menjelaskan dengan nada dan raut wajah santai.

Nata menganga kan mulut nya lebar, sebuah respon dari pernyataan yang baru saja di dengar nya. "Mungkin memang aku yang gak pernah berarti di hati kamu ya? sampai-sampai sehun yang sudah berulang kali nyakitin kamu rela di biarkan masuk kembali. Ke dalam hati dan kehidupan kamu lebih tepatnya?"

Nata menggeleng pelan, menolak argument yang diberikan abhim. "Bukan git—"

"Aku kurang apa sih nata?" terpangkas, abhim bertanya dengan raut wajah kesal. "Segala cara sudah aku lakuin biar hati kamu terisi sepenuhnya oleh aku, tapi apa? SEMUANYA SIA-SIA!"

"Abhim dengerin penjelasan aku dulu!" yang sekarang suara teriakan serta isakan tertahan memenuhi ruangan sepi itu. Beruntung mereka memesang ruangan berprivasi.

SENA dan Rasa {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang