16

2.2K 161 3
                                    

DUARRRR

DUARRRR

DUARRRR

"Terlihat dari layar kaca anda terjadi ledakan yang dahsyat di 3 tempat yang berbeda, entah karena disengaja atau tidak disengaja ledakan itu meledak secara bersamaan. Kita sudah terhubung dengan reporter yang berada disalah satu lokasi sil –"

PIP

Naruto segera mematikan tv tunernya, dia kira semua peledak telah aman di tangan Shino ternyata ada bagian yang terlewatkan juga, walau begitu masih lumayan tidak terlalu banyak memakan korban jiwa.

Zzzttt zzttttt

"Maaf Naruto ternyata ada peledak yang aku lewatkan ,aku kurang teliti lagi"

"yah mau bagaimana lagi setidaknya kau sudah bekerja dengan baik, lanjutkan tugasmu Shino"

"Siap bosku" PIP

.

.

Sementara itu Hinata sekarang berhadapan dengan orang yang tak ingin dia temui seumur hidupnya, tatapan dan seringai yang licik menandakan kebengisan didalam dirinya. Hinata berusaha setenang mungkin didalam hatinya yang paling dalam, ada secuil rasa ingin balas dendam dan kebencian yang terus membesar. Ingatan masalalu tiba tiba muncul gambaran setiap wajah orang orang terdekatnya dulu, lamunan Hinata langsung buyar ketika orang dihadapannya mulai bicara.

"Sudah lama ya hinata, 10 atau 11 tahun entahlah kau sudah tumbuh dewasa yang menawan. Syukurlah kau kubiarkan hidup sampai saat ini" dengan gaya yang arogan pria itu mulai melangkah mendekat kearah Hinata

"Hmm kau masih mengingatku rupanya dan kau masih sama seperti yang dulu" Hinata setenang mungkin menanggapi

"Yah kau tahu Hinata mengapa aku membunuh ayahmu dulu? Tidak ayahmu memang tak melakukan kesalahan apapun tapi ibumu, ibumu yang membuat ayahku mati. Ibumu yang memanfaatkan kebucinan ayahku dulu untuk melakukan sesuatu yang di inginkan termasuk membunuh"

"Ho cerita karangan apalagi yang kau buat Toneri? Bodo amat ibuku melakukan apa terhadap ayahmu aku tak peduli lagipula sejak kecil aku tak mengenal sosok yang namanya ibu" Hinata tersenyum miring seolah mengejek cerita karangannya

"HAHAHAHAHA kau tumbuh menjadi wanita sialan Hinata aku senang kau bukan wanita lemah seperti dulu yang hanya penakut, tapi asal kau tahu orang yang paling kau cintai sekarang berada di tanganku"

"Apa maksudmu" raut wajah Hinata berubah

"Yah aku tak percaya kau sudah mempunyai seorang malaikat kecil yang selalu menemanimu, padahal aku ingin melamarmu dalam waktu dekat" wajah sedih yang dibuat buat Toneri membuat Hinata muak

"Kau . . apa yang kau lakukan pada Boruto?"

"Ah Boruto? apa itu namanya? Aku jadi teringat seorang rivalku jaman kuliah"

"Dimana dia"

"Oh maaf aku belum beritahu padamu ya kalau anakmu berada di Negara tirai besi, ah jangan marah dulu sayang anakmulah yang ingin ikut denganku"

"Ah mungkin segitu saja pertemuan kita kali ini aku hanya ingin menyapa saja jadi bye"

"tunggu!!! Tidak semudah itu kau pergi"

DOR
DOR
DOR

Tiga tembakan untuk Toneri yang langsung dihindari dengan cepat "ups apa ini sambutan yang kau maksud baiklah baiklah aku akan ikuti permainanmu cantik"

DOR DOR

Dengan cepat Toneri menembak orang yang tadi menembakinya dan semua tepat pada sasaran, Hinata sudah menduga hal ini akan terjadi semua anak buahnya menyerang secara membabibuta setidaknya itu dapat mengulur waktu untuknya pergi dari sini. Sebelumnya Hinata menyuruh salah satu dari mereka memukul Toneri paling tidak menempatkan alat seperti pelacak ditempat sekitar dalam rambut putihnya. Benda itu tak lebih besar dari seekor lalat yang mencengkeram erat rambut silvernya.

great motherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang