JASMINE
Seperti pagi-pagi sebelumnya. Aku hampir kesiangan. Entah tadi malam aku mimpi apa sampai rasanya tidurku nyenyak sekali. Untuk bangun dari ranjang saja rasanya malas dan tak rela. Uh, tapi aku tetap harus bangun.
Jam menunjukan pukul 6:30, berarti waktuku tersisa 30 menit lagi. Ya, untuk seorang Jasmine Ardinal, 30 menit adalah waktu yang cukup.
Meski Ezi sering bilang kalau aku mandinya lama, tapi kalau sudah kepepet begini, mandiku bisa lebih cepat dari flash. Cukup mengucurkan air dari shower, berdiri di bawahnya, mengambil sedikit sabun lalu mengusapkannya ke seluruh tubuhku secara asal. Tidak sampai satu menit, aku sudah membilas tubuhku kembali dengan air. Setelah itu aku berjalan menuju washtafel. Membasahi sedikit wajahku, mengambil sabun muka, lalu mengusapkannya di wajahku juga secara asal, yang penting kena sabun. Lalu setelah itu aku membilasnya. Dan jangan lupa, bagian terpenting, sikat gigi. Bagian ini bisa sedikit lebih lama dari bagian yang lainnya. Karena menurutku, kalau mulut sudah bau dan kotor, penampilan sudah tidak akan menarik lagi. Jadi, putihkan dulu gigimu sebelum memperhatikan hal lain dalam tubuhmu. Ya, itu menurutku sih.
Tidak sampai 10 menit, aku sudah selesai dengan urusan kamar mandi. Buru-buru aku meraih seragamku dan memakainya dengan cepat. Ah, siap! Aku sudah selesai. Tidak perlu memoles wajah kalau sudah kepepet begini, lagipula tidak akan ada yang berubah juga.
Setelah selesai bersiap, aku segera turun ke lantai bawah menuju ruang makan. Seperti biasa, hanya ada aku. Mungkin Papa sudah berangkat kerja, atau bahkan mungkin Papa tidak pulang semalam. Aku juga tidak tahu. Di ruang makan hanya ada Bi Ani yang sedang menyiapkan sarapan.
Kududukan tubuhku di kursi lalu meraih sehelai roti. Kuoleskan roti itu dengan selai coklat kesukaanku. Setelah selesai, kulahap roti itu dalam sekejap.
Kulihat Bi Ani menaruh segelas susu di hadapanku, kemudian ia berkata, "Diminum dulu, Non"
Kuraih gelas berisi susu itu dan tidak lupa menjawab Bi Ani "Iya, Bi. Makasih ya" yang dibalas anggukan ramahnya.
"Papa mana, Bi?" Tanyaku.
"Bibi belum lihat dari tadi, Non" balasnya dan aku hanya mengangguk. Pasti Papa tidak pulang. Karena tidak mungkin Papa tidak kelihatan dari tadi. Biasanya kalau ia ada di rumah, ia akan bangun sangat pagi untuk segera berangkat ke kantor.
Setelah aku menyelesaikan sesi sarapanku, akupun pamit pada Bi Ani untuk berangkat sekolah. Setelah itu, akupun berangkat diantar supir pribadiku---Pak Bayu.
Tak berapa lama, karena aku meminta Pak Bayu untuk ngebut, akhirnya akupun sampai di sekolah tepat 5 menit sebelum gerbang ditutup. Lalu aku turun dari mobil dan berlari ke dalam sebelum Pak Zikra yang kini bertugas piket mengeluarkan toa-nya.
Tinggal naik ke lantai atas, aku memelankan langkahku. Huh, capek juga lari depan kesini. Kutarik napasku dalam-dalam lalu melanjutkan langkahku menuju kelas. Saat aku sampai di lantai atas, kulihat teman-temanku sudah nongkrong di depan kelas. Gadis-gadis itu berkerumul dengan telinga tajam yang sudah terpasang dengan baik di masing-masing sisi kepala mereka. Satu gadis yang kini menjadi sumber utama informasi sedang berbicara entah tentang apa dengan wajah yang serius. Aih, gadis-gadis ini, seperti tidak ada kerjaan lain saja.
Mata mereka kemudian dengan kompak terarah ke bawah, tepatnya ke arah lapangan upacara. Aku yang penasaran, turut mengalihkan pandanganku ke arah sana.
Tak ada apapun. Aneh.
Oh, kecuali kalau memang alasan mereka melihat ke arah itu adalah karena Pak Ali yang sedang berjalan menenteng tumpukan buku, maka pantas saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me How To Love You Right
RomanceKetika Jasmine Ardinal, seorang gadis tak tau arah tujuan hidup bertemu dengan Ali si guru dingin yang perfeksionis. Kejadian-kejadian kecil di antara mereka memupuk sebuah perasaan aneh yang masing-masing dari mereka belum pernah rasakan sebelumny...