ALI
Kubukakan pintu Café itu untuk Jasmine, membuat bel di atasnya berdenting. Setelah gadis itu masuk, barulah aku menyusul dan menggiringnya untuk duduk di satu spot favoritku.
Ya, akhirnya kubawa gadis ini ke salah satu Café favoritku. Sengaja, karena di tempat ini biasanya aku bisa dapat ketenangan dan membuatku lebih fokus. Alasannya, karena Café ini tidak terlalu ramai dan pembagian tempat duduknya cukup memberikan privasi. Jadi kuharap Jasmine bisa lebih fokus belajar.
Selain itu juga, kebetulan aku ada janji dengan client-ku dari Bandung untuk membahas bisnis yang akan kami kerjakan.
"Buka buku kamu" kataku sesaat setelah kami duduk.
"Pesen minum dulu kali, Pak" sahutnya membuatku hanya mampu memutar bola mata malas. Dasar gadis ini.
Tanpa minta persetujuanku, ia memanggil seorang pelayan untuk memesan minuman. Gadis itu memesan segelas Green Iced Milk Tea, kemudian perhatiannya teralih ke arahku. "Bapak pesen apa?" Tanyanya.
"Black Coffee aja" jawabku kemudian si pelayan mengangguk dan mencatatkan pesananku.
Setelah pelayan Café itu pergi, kulihat Jasmine lantas mengeluarkan beberapa buku dari tas kecilnya.
"Pak, ini saya nulis apa?" Tanyanya.
"Kerjain tugas dari Bu Tia dulu" kataku kemudian ia mengangguk dan mengambil salah satu buku bersampul coklat. Setelahnya ia menyodorkan buku itu kepadaku.
Alisku tertaut, bingung. Maksudnya apa ia memberikan buku ini padaku? Mau aku yang mengerjakan tugasnya? Enak saja!
Melihat raut heranku, ia pun berkata, "Bapak ajarin. Saya sama sekali gak ngerti"
Aih, lagi-lagi aku memutar bola mataku jengah mendengar jawabannya. Sebenarnya gadis ini di sekolah belajar atau tidak sih.
Dan akhirnya akupun, sesuai janji, mengajarkan gadis di hadapanku ini dengan penuh kesabaran.
- - -
JASMINE
Pak Ali mengajarkan dengan sangat sabar meski beberapa kali aku memintanya mengulang. Mau bagaimana lagi, ekonomi adalah mata pelajaran yang sangat kuhindari. Tapi aku heran juga, Pak Ali ini kan guru sejarah, tapi kenapa bisa sangat paham seluk beluk materi ekonomi ya. Aku saja yang belajar 2 kali seminggu selama 2 semester, masih terjebak di jurnal transaksi.
Tapi, dilihat-lihat, ketika pria dingin di hadapanku ini tengah fokus, ia kelihatan tampan juga ya. Apalagi dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Pantas saja gadis-gadis di sekolahku menggilai pria ini.
Hm, tapi mau tampan bagaimanapun, kalau sikapnya dingin seperti ia sih tetap saja bagiku menyebalkan.
Aku juga heran sebenarnya. Di balik nada bicaranya yang sedingin es di kutub utara itu, ia sebenarnya adalah seseorang yang sangat perhatian. Cuma, karena gayanya yang terkesan cuek tersebutlah yang membuat beberapa orang salah mengira. Ya, awalnya aku juga begitu. Tapi makin kesini aku tahu, itu memang tabiatnya yang tidak bisa bicara hangat seperti manusia normal. Mungkin kebiasaan makan salju dulunya, jadi dingin begitu.
Kulihat pria itu memandang ke arah jendela sedari tadi, seolah sedang memastikan kehadiran seseorang. Beberapa kali ia juga mengalihkan pandangannya pada ponsel, seolah lagi, sedang menunggu pemberitahuan seseorang. Dan kegiatannya itu lumayan mengusikku.
"Pak..." panggilku, berusaha mengalihkan pikirannya. Ia pun menoleh ke arahku. "Nih, coba diperiksa" kataku lagi, sambil menyodorkan buku ekonomi yang tugasnya baru kuselesaikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/215684472-288-k104741.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me How To Love You Right
RomanceKetika Jasmine Ardinal, seorang gadis tak tau arah tujuan hidup bertemu dengan Ali si guru dingin yang perfeksionis. Kejadian-kejadian kecil di antara mereka memupuk sebuah perasaan aneh yang masing-masing dari mereka belum pernah rasakan sebelumny...