JASMINE
"Eziiiiiii" aku berlari ke arah Ezi dan menghambur ke dalam pelukannya. Aku baru saja sampai di Villa Ezi, dan laki-laki itu ternyata sudah menungguku di depan. Lantas saja kuhampiri ia dengan penuh semangat.
Kuregangkan pelukanku dengan tangan yang masih tersampir di sekitar lehernya, kemudian berkata, "Selamat ulang tahun" dengan senyum merekah di wajahku.
Senyum lain muncul di wajah laki-laki dihadapanku ini. Senyum manis dan tulusnya. Aih, sahabatku ini. Siapa yang tidak akan luluh dengan laki-laki ini?!
"Besok kali, Min" katanya yang kubalas kekehan.
"Ya gapapa, dong. Biar gue yang paling pertama ngucapin ke lu" balasku kemudian.
Ezi kembali menarikku ke dalam pelukannya. Setelah cukup lama, akupun melepaskan pelukan kami.
"Cie..tua" ledekku dengan seringaian kemudian tertawa puas ketika ia hanya dapat mencebikkan bibirnya kesal.
"Tapi tua-tua juga tetep ganteng, kok" kataku berusaha mengembalikan kesenangannya. Dan benar, senyumnya kembali mengembang. Senyum percaya diri yang menjijikan. Ahahaha, langsung besar kepala anak ini.
"Udah, yuk, masuk. Lu gak dingin apa disini?" Ajak Ezi setelah itu.
Benar katanya. Disini memang dingin. Tidak seperti di Jakarta yang sore hari masih saja panas. Huh, semoga aku tidak lupa membawa jaket.
"Ayo" balasku dan segera Ezi menggiring dengan tangannya yang merangkulku.
Kamipun masuk ke dalam Villa milik keluarga Ezi yang lumayan besar. Sebenarnya terasa sangat besar jika kini hanya ada kami berlima. Harusnya Ezi mengajak lebih banyak orang supaya ulang tahunnya tidak sepi.
"Hai, Tante...Hai, Om" sapaku ketika melihat kedua orang tua Ezi sedang duduk di ruang keluarga.
"Waah...ini Jasmine?" Tanya Om Rizman dengan tatapan tak percayanya.
Aku terkekeh, "Iya, Om.. ini Jasmine. Om apa kabar?" Balasku.
"Om baik. Ya ampun Jasmine sekarang makin cantik aja, ya" Aku tersipu, jarang-jarang ada yang bilang aku cantik soalnya. "Iya, kan, Zi?" Om Rizman kemudian menanyai pendapat Ezi.
Aku menoleh ke arah Ezi untuk mengetahui jawabannya. Tapi ternyata Ezi kini hanya melamun sambil menatapku. Ih, dasar bodoh! Akupun menyikut perutnya pelan agar ia tersadar dari lamunannya. Dan berhasil, ia gelagapan kemudian berkata, "I-iya, dong"
"Eh, ngomong-ngomong Ali dimana?" Tanya Tante Zihra menyadarkanku jika Pak Ali tidak terlihat lagi setelah aku turun dari mobil tadi. Kemana pria itu?
"Eehm...tadi sih masih di mobil, Tan" kataku ragu-ragu.
Tak lama kemudian, yang dibicarakan datang dengan beberapa kantung belanjaan di tangannya. Heh, sejak kapan ia membawa itu semua?! Aku tidak melihat plastik-plastik itu di mobil.
"Kamu tuh, ya! Bukannya bantuin saya, malah langsung kabur!" Omel Pak Ali ketika aku mencoba membantunya membawa satu kantung plastik. Ih, mode marahnya mulai deh.
Aku hendak mengomel balik padanya ketika aku tersadar jika disini ada Tante Zihra dan juga Om rizman. Kalau aku membalas ucapan Pak tua ini, bisa-bisa mereka menganggapku tidak sopan. Padahal, memang dasarnya Pak Ali ini bikin kesal. Tiba-tiba marah dan menyalahkanku. Ia saja tidak memintaiku tolong sebelumnya. Memangnya aku tahu! Ih!!!!
"Maaf, Pak. Saya gak tahu" jawabku berusaha menenangkan diri.
Kemudian aku mengikutinya yang menaruh plastik-plastik itu di atas meja bar. Lalu kudengar ia berbisik, "Tumben kamu gak ngebantah"
![](https://img.wattpad.com/cover/215684472-288-k104741.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me How To Love You Right
RomanceKetika Jasmine Ardinal, seorang gadis tak tau arah tujuan hidup bertemu dengan Ali si guru dingin yang perfeksionis. Kejadian-kejadian kecil di antara mereka memupuk sebuah perasaan aneh yang masing-masing dari mereka belum pernah rasakan sebelumny...