13. Tidak Bisa Mengikuti Kemauannya

64 8 0
                                    

JASMINE

Mengapa rasanya menyesakkan melihat si beruang kutub itu dengan jelasnya menghindariku. Setiap kali kami tidak sengaja berpapasan atau sekedar berada di ruangan yang sama, pria itu seolah mengabaikan kehadiranku. Melihatku saja tidak! Sebegitu tidak pentingnya kah?

Lalu tanpa sengaja aku melihatnya memesan kopi di kantin. Yang saat itu aku memang sedang memesan mie instan di salah satu kedai disana, tepatnya di samping kedai dimana Pak Ali memesan kopinya. Kulihat wajahnya kusut dan rambutnya yang tebal itu sedikit berantakan. Lalu kuperhatikan ia duduk di salah satu kursi di pojok kantin.

Perasaanku bergejolak untuk menghampirinya atau tidak. Karena sebenarnya aku sudah tidak tahan dengan sikapnya yang menghindariku terus menerus. Aku mau tahu, apakah ini hanya perasaanku saja atau ia memang sengaja melakukan itu.

Entah mengapa, bayangan diabaikan olehnya membuatku sangat tidak nyaman dan menyesakkan. Aku sudah tidak bisa lagi mengikuti tingkahnya yang menganggap kejadian kemarin hanya hal biasa. Karena bagiku, waktu yang kuhabiskan kemarin dengan kehadirannya disana sangatlah berarti. Dan itu sama sekali bukan hal yang biasa.

Jadi, kubulatkan tekatku untuk menghampirinya saat itu. Berusaha bersikap sesantai mungkin, aku mendudukkan diriku di hadapannya. Aku sadar jika ia sedikit terkejut dengan kehadiranku. Lalu suaranya terdengar sangat dingin ketika ia bertanya padaku. Meski aku mulai terbiasa dengan nada bicaranya yang datar itu, tapi tetap saja aku merasa sebal setiap kali mendengarnya.

Dan ketika ia memutuskan untuk pergi dari sana, aku tahu dengan jelas bahwa ia memang sengaja menghindariku. Buktinya, ia baru duduk di kursi itu beberapa saat yang lalu, bahkan kopinya belum habis. Dan ia bilang, "Saya sudah selesai" ia pikir aku percaya!

HAH!

Tentu tidak.

Aku tahu ada sesuatu yang salah disini. Masalahnya, aku tidak tahu apa itu!

- - -

Aku tidak menuruti perkatan Pak Ali tadi ketika ia menyuruhku untuk kembali ke kelas. Aku dengan sengaja melama-lamakan diri bersantai di kantin.

Ponselku terus-terusan berdenting. Kelza dan kawan-kawanku yang lain tak henti-hentinya mengirimiku pesan. Ah, pasti mereka mencariku. Sudahlah, malas juga. Ini kan semester akhir, seharusnya sudah tidak banyak lagi materi yang dipelajari. Dan seharusnya aku bisa lebih santai.

Lagipula, ini kan sudah jam terakhir dan juga saat ini mata pelajaran Pak Dika---wali kelasku. Pasti pria tua itu akan memaklumiku seperti biasanya. Kuberitahu, Pak Dika adalah satu-satunya guru yang tidak pernah marah. Tidak seperti guru-guruku yang lain. Ah, apalagi seperti si beruang kutub itu! Jelas berbeda.

Dentingan ponselku yang sangat menganggu itu membuatku tidak tahan lagi. Lalu kuraih benda persegi itu dan melihat salah satu pesan yang tertera. Malas berurusan dengan yang lain, kuputuskan untuk membuka pesan dari Kelza saja.

14:56

Kelza : Min, lu dimana?
Kelza : woi, lu dicariin nih
Kelza : ini Pak Dika udah di kelas
Kelza : nyariin lu
Kelza : lu dmn sih
Kelza : P
Kelza : P
Kelza : P
Kelza : P

Jasmine : apaansi
Jasmine : dikantin
Jasmine : ngapain Pak Dika nyariin gue?
Jasmine : jangan bilangin dulu ke orangnya gue udh bales lu

Kelza : gila lu ya
Kelza : ini dia udh kek mau marah
Kelza : kaga balik ke kls lu?

Jasmine : Pak Dika marah gmn dah
Jasmine : kaga mungkin
Jasmine : gue kantin aja ah, sampe balik entar

Teach Me How To Love You RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang