30. Simulasi Ujian, Ujian Batin

42 8 0
                                    

P.s : entah kenapa aku sarankan kalian jangan baca ini pas lagi makan. Oke?? Tapi ya gapapa juga sih kalo mau sambil makan.





JASMINE

Aku bangun tepat waktu. Sejujurnya, lebih awal 10 menit dari yang kukira. Dan disinilah aku. Terduduk di salah satu kursi panjang yang ada di koridor dekat lab komputer. Memang bukan hanya aku, sudah ada beberapa murid yang datang. Kebanyakan dari mereka adalah para kutu buku yang biasa kulihat di mading karena memenangkan kejuaraan. Oh, kuharap mereka tidak memandangku aneh karena datang sepagi ini. Aku juga tak mengerti mengapa aku bisa ada disini di pagi yang cerah dengan semangat empat lima.

"Jasmine?" Kudongakkan kepalaku untuk melihat seseorang dengan nada tidak percaya itu memanggil namaku.

Disanalah sahabatku satu-satunya di sekolah, berdiri dengan pandangan tak percaya ke arahku. Seolah ia sedang menatap hantu. Atau kehadiranku memang semenyeramkan itu?

"Muka lu biasa dong, kayak lihat setan aja" ledekku kemudian mendengus.

"Mungkin gue emang lagi lihat setan" jawabnya lantas kubalas sebuah pelototan.

"Sialan" umpatku kemudian menarik lengan Kelza untuk duduk di sebelahku. "Duduk, capek gue lihat lo berdiri"

"Tapi lu beneran Jasmine, kan?" Tanyanya masih menatapku dengan cara yang sama.

Kuputar bola mataku malas, "Bukan, gue hantunya" jawabku asal.

Kulihat bola mata Kelza hampir keluar dengan mulutnya yang terngaga seperti goa. Astaga. Berlebihan sekali reaksinya. Dasar Miss Lebay.

"Astaga, Za. Ini gue Jasmine. Gue belum mati"

"Tapi Jasmine yang asli gak mungkin dateng ke sekolah sepagi ini. Bahkan biasanya dia gak akan dateng ke sekolah di hari sabtu" ujar Kelza. Ya ampun, sahabatku yang satu ini. Dia benar-benar mengenalku. Aku memang tidak akan datang ke sekolah di hari sabtu sekalipun itu adalah hari pengambilan rapot. Tak heran jika wajahnya sangat ketakutan ketika melihatku sudah datang lebih pagi darinya hari ini.

Aku tertawa mendengar jawaban sekaligus ekspresi kosong wajahnya ketika mengatakan itu. "Tapi gue emang Jasmine yang asli. Mau bukti?" Jelasku.

Kulihat Kelza mengangguk. Kemudian, secara kebetulan seseorang berjalan di hadapanku. Kurentangkan kakiku ke depan hingga kaki orang tersebut menabrak kakiku dan berakhir dengan dirinya yang tersungkur di lantai. Aku cukup puas dengan melihat mulut Kelza menganga sempurna setelah melihat pembuktianku.

"Astaga! Itu memang dia!" Pekik Kelza samar-samar lalu bangkit dari duduknya untuk menghampiri laki-laki yang kini merintih kesakitan di atas lantai.

Nah, akhirnya gadis itu percaya.

"Ya, ampun....aduh, gue sengaja, maaf ya" Kelza memelototiku ketika ia mendengar komentarku pada laki-laki di hadapannya.

"Dion, maaf, ya. Jasmine gak sengaja. Lu gak apa-apa, kan?" Tanpa menanggapiku, Kelza kemudian melayangkan pertanyaannya pada Dion----si cowok kutu buku yang barusan aku selengkat.

Kulihat Dion menggeleng dan kemudian berusaha bangun dari posisinya. Suara bedebum yang dihasilkan ternyata cukup keras hingga kini beberapa pasang mata menatap ke arah TKP. Tepatnya menatap Dion dengan pandangan prihatin dan menatapku dengan pandangan menuduh. Oh, ya. Aku tidak menyangkal itu perbuatanku. Tapi, tatapan kalian tidak sopan! Mereka hanya berani menghakimiku dengan tatapan mereka. Namun tak ada satupun yang berani membela Dion di hadapanku. Entahlah, padahal aku juga akan tetap menerima omelan mereka jika seandainya ada yang berani melakukannya.

Dengan rasa bersalahku, sungguh, aku menghampiri Dion lalu merangkul sambil menepuk-nepuk pundaknya akrab. "Dion, maafin gue ya. Gue emang beneran sengaja. Tapi lu gak apa-apa, kan?" Kataku sambil memeriksa bagian tubuhnya yang kemungkinan cedera.

Teach Me How To Love You RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang