JASMINE
Aku tidak pernah benar-benar tertidur. Meskipun mata ini rasanya sangat berat, ditambah kepalaku yang peningnya belum juga hilang. Aku tetap tidak bisa tidur, apalagi saat Pak Ali masih berada di ruangan yang sama denganku. Tidak, tadi saja ia sudah berani bicara yang aneh-aneh dan astaga, pria itu juga menutup jendela dengan tirai! Maksudnya apa coba?
Aku tidak bisa memprediksi apa yang akan dilakukannya padaku, kan? Jadi lebih baik waspada.
Meski sebenarnya aku juga yakin, Pak Ali tidak mungkin melakukan hal yang aneh-aneh. Karena kalau ia sampai berani melakukannya, aku tidak akan pernah segan-segan mengadu pada Tante Zihra. Biarlah wanita itu menjewer telinga Pak Ali hingga berdarah kalau bisa!
HAHAHA
Tapi,
Huh, pegal juga kalau tidur dengan posisi miring begini. Tapi kalau aku berbalik, hah, rasanya malas sekali harus lihat wajah pria itu! Tapi lagi, punggungku rasanya ingin remuk.
Jadi mau tidak mau, akupun membalikkan tubuhku hingga posisinya menjadi telentang. Dan dari ekor mataku, aku dapat melihat Pak Ali tengah berkutat pada laptop di hadapannya. Aih, sedang apa pria itu? Daripada disini, kenapa ia tidak memilih perpustakaan untuk melakukan pekerjaannya saja? Dasar pria aneh!
Saat tiba-tiba Pak Ali memutar kepalanya ke arahku, lantas akupun kembali berpura-pura tidur. Astaga, dalam mataku yang tertutup ini pun aku masih bisa merasakan tatapannya yang tajam dan sedingin es itu. Semoga acting-ku tidak seburuk acting-nya beberapa saat lalu.
Suara kenop pintu yang dibuka terdengar hingga ke pendengaranku. Hah, ada orang!
"Loh, Pak Ali?"
Kelza!!!!
Huh, kehembuskan napasku lega. Tak sadar aku sudah menahan napas sejak suara pintu itu terbuka. Aku tidak bisa melihat siapa orang itu karena mataku masih tertutup. Tapi ketika kudengar suara Kelza yang sangat kukenal, sungguhlah suaranya terdengar seperti kicauan burung dari surga.
Beruntung sekali itu Kelza, kalau ternyata orang lain yang masuk, entahlah aku harus bagaimana. Mungkin aku tidak lagi pura-pura tidur, tapi pura-pura mati saja sekalian.
Mendengar suaranya, aku yang kesenanganpun langsung membuka mata dan bangkit dari posisi tidurku. "Kelza, akhirnya!" Pekikku yang ternyata membuat kedua orang di ruangan ini tersentak.
Lantas gadis itupun menghampiriku. Kulihat ia juga membawa sesuatu di tangannya. Sesuatu yang sangat kuhapal.
"Nih, makan... belum makan dari pagi, kan?" Kelza menyodorkan mie instan kesukaanku. Huaah, harumnya sangat menarik indra penciumanku ini. Dan tanpa menunda-nunda lagi, akupun sudah memindahkan cup mie instan itu ke tanganku. Lalu memakannya dengan lahap, melupakan Kelza yang masih bingung dengan kehadiran Pak Ali disini bersamaku.
Sepertinya Kelza tidak berani menanyakan keheranannya itu langsung pada Pak Ali, jadi ia masih terdiam mematung. Tapi wajahnya mengatakan segala bentuk pertanyaan itu.
"Thanks ya, Za. Tahu aja gue tuh butuhnya makanan..." sindirku pada Pak Ali yang masih memerhatikanku. Sengaja kutekankan kata makanan tadi, kemudian kulanjutkan, "bukan tiduran"
Kulihat Kelza semakin keheranan. Kuyakin sehabis ini gadis itu akan mengintrogasiku dengan beberapa pertanyaan.
Tak berapa lama kemudian, yang tak kukira juga, Pak Dika menyusul masuk ke dalam UKS dimana di dalamnya sudah ada aku, Pak Ali dan Kelza. Alisnya tertaut mendapati kami bertiga disini.
Kulihat Pak Ali menutup laptopnya, lalu menaruh benda itu di atas meja. Setelah itu ia berdiri ketika Pak Dika berjalan mendekat.
"Loh, Pak Ali masih jagain Jasmine?" Tanya Pak Dika. Pertanyaan wali kelasku itu menambah kerutan di dahi Kelza--sahabatku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me How To Love You Right
RomantizmKetika Jasmine Ardinal, seorang gadis tak tau arah tujuan hidup bertemu dengan Ali si guru dingin yang perfeksionis. Kejadian-kejadian kecil di antara mereka memupuk sebuah perasaan aneh yang masing-masing dari mereka belum pernah rasakan sebelumny...