7. Waktu Pulang

73 9 3
                                    

ALI

Pukul 16:25, jam tanganku menunjukkan angka yang menyeru padaku untuk segera pulang. Langit mulai menggelap, angin bertiup kencang hingga kulihat dari jendela kaca besar di ruang kerjaku pohon-pohon bergoyang.

Hampir seluruh rekan kerjaku sesama guru sudah pulang karena melihat langit yang mendung, mereka takut hujan di tengah jalan dan malah terjebak banjir. Sementara murid-murid memang sudah dipulangkan sejak satu jam lalu.

Kurapikan barang-barangku dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah itu akupun melangkahkan kakiku menuju parkiran dimana motorku berada.

Saat tengah berjalan di lorong, kudengar suara seseorang. Sepertinya ia sedang mengobrol dengan seseorang di telepon. Akupun berusaha mengindahkan pembicaraannya dan melanjutkan jalanku sebelum akhirnya kudengar ia berkata..

"Ezi, gue gak mau. Titik. Dia tuh galak, gamau ah... yang ada gue diterkam duluan"

Sepertinya aku cukup hapal dengan suara ini. Akupun sengaja memelankan langkahku dan mengintip siapa orang yang berada di balik pilar itu.

Dan benar rupanya.

"Zi, jempuutt ih, please" rengek Jasmine pada seseorang yang kuduga adalah Ezi.

"Zi gue udah sendirian disini" katanya lagi pada Ezi yang entah anak itu jawab apa, namun akhirnya Jasmine berkata, "yaudah lah, gue naik ojol aja. Biarin gue bilangin Tante Zihra kalo lo menelantarkan gue"

Aku nyaris mengeluarkan dengusanku jika saja aku tidak ingat kalau sekarang aku sedang menguping. Jasmine mungkin terlihat seperti gadis yang kuat dan berani. Namun kalau sudah bersama orang yang ia percaya, dari apa yang kulihat, ternyata ia adalah gadis manja yang sukanya merajuk.

"Bodo amat! Lu jahat!" ujar Jasmine yang diakhiri hentakan kakinya yang terdengar kesal. Rupanya gadis itu sudah menyelasaikan panggilannya dengan Ezi.

Kuperhatikan kini ia sedang fokus pada ponsel yang entah menampilkan apa.

Aku jadi teringat tentang pembicaraannya di video call tadi malam dengan Kak Zihra. Kalau tidak salah kakakku itu mengundang Jasmine untuk datang ke rumah. Apa karena itu juga gadis itu meminta Ezi menjemputnya? Kalau begitu kenapa tidak....

"Kenapa belum pulang?" Tanyaku yang ternyata membuatnya terkejut dan kemudian membalikkan badannya.

Kulihat wajahnya seketika tegang seperti orang yang ketahuan mencuri. "Eh, bapak belum pulang?" Balas gadis itu tak bisa menyembunyikan kegugupannya.

"Kamu itu ya, saya nanya kamu kenapa malah nanya balik?"

Padahal kurasa aku bertanya baik-baik, tapi kenapa gadis di hadapanku ini malah gelagapan?

"Uh, Maaf, Pak. Saya baru aja mau pesen ojek online" jawabnya kemudian.

Apa aku tawarkan tumpangan saja? Apalagi tujuan kita sama, rasanya jahat sekali kalau aku membiarkannya pergi naik kendaraan umum sementara akupun hendak pulang ke tujuan yang sama.

"Kamu mau kemana?" Tanyaku lagi.

Kulihat lagi-lagi cengiran itu muncul di wajahnya. "Ke rumah Ezi, Pak" jawabnya. Benar kan, gadis ini memang mau ke rumah yang kini menjadi tempatku tinggal juga. Jadi sebaiknya...

"Bareng saya aja kalau gitu" tawarku dan malah mendapati matanya terbelalak lebar. Apa tawaranku semenakutkan itu?

"Se-serius, Pak?" Lagi-lagi suaranya terdengar gugup. Kenapa dengan anak ini?

"Iya"

Kulihatnya berpikir sebentar, kemudian berkata, "Yah, tapi saya udah terlanjur pesen ojek online nih, Pak"

Teach Me How To Love You RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang