25. Gadis Penyulut Kesabaran

54 9 2
                                    

JASMINE

Seperti permintaannya, aku sudah menunggunya di parkiran. Benar-benar menunggu, karena ia belum juga datang sejak kedatanganku 15 menit lalu. Tanpa peduli aku duduk di atas motornya, mengabaikan tatapan orang-orang yang melewatiku. Pasti mereka bertanya-tanya kenapa aku dengan sangat kurang kerjaannya duduk di atas motor salah satu guru tergalak di sekolah ini. Hah, tidak tahu saja mereka, aku juga sebenarnya terpaksa.

Sambil memainkan ponselku, aku menunggu Pak Ali yang tak kunjung datang. Ih, kalau 5 menit lagi ia tidak datang juga, aku mau pulang saja lah!

"Jasmine, lagi apa disitu?" Suara seorang wanita membuatku mendongakkan kepala. Kulihat Bu Mila berdiri sedikit lebih dekat di depanku.

"Lagi duduk, bu" jawabku sekenanya.

Kudengar helaan napas dari mulut Bu Mila sebelum ia kembali bertanya, "Maksud saya ngapain duduk di atas motor Pak Ali?". Dari nada bicaranya aku menangkap ada rasa tidak suka yang ia lontarkan padaku.

Aih, nih guru caper kenapa sih. Aku dari dulu memang tidak suka dengan ibu guru yang satu ini. Gayanya yang sok galak, sok tegas, padahal malas-malasan mengajar. Semua itu ia lakukan untuk mencari perhatian bapak kepala sekolah saja. Aku tahu, aku tahu persis tipe guru seperti apa Bu Mila ini.

"Ya..gapapa, Bu" balasku akhirnya. "Ngomong-ngomong ibu liat Pak Ali gak?" Akupun bertanya karena sebenarnya sudah agak muak jika harus menunggu lebih lama lagi.

"Emang kenapa?" Tanyanya menyelidiki.

Kukernyitkan dahiku atas jawabannya yang malah menanyaiku balik. Aku yakin ia mengerti jika pertanyaan adalah untuk dijawab bukannya ditanyai balik.

Kulihat ia menajamkan tatapannya padaku, membuatku semakin keheranan. Ih, dasar wanita aneh! Pantas saja aku selalu melihatnya sendirian saat jam istirahat.

Baru saja aku hendak mengatakan sesuatu padanya, seseorang datang. Seseorang yang seharusnya datang 15 menit lalu.

"Nunggu lama?" Tanyanya membuat aku, maupun Bu Mila menoleh.

Aku menatap Pak Ali malas, sedangkan kulihat Bu Mila menatap pria itu kaget dan heran.

"Banget" jawabku ketus sambil memutar bola mata jengah.

Mendengar responku pada Pak Ali yang terkesan tidak sopan, Bu Mila semakin terlihat keheranan. Tapi sepertinya Pak Ali belum menyadari kehadiran wanita itu, makanya akupun memberi kode padanya untuk menengok ke kiri dimana Bu Mila berdiri.

"Bu Mila?" Pak Ali yang baru menyadari Bu Milapun keheranan melihat ekspresi aneh wanita itu.

Kemudian tersadar dari keheranannya, ekspresi Bu Mila seketika berganti menjadi lebih hangat. Senyum merekah di bibirnya tatkala ia menoleh ke arah Pak Ali.

"Eh, iya, Pak"

"Umm....mau pulang, Bu?" Hah, aku tahu pria itu hanya berbasa-basi. Terlihat sekali ia sebenarnya agak canggung untuk menanyai hal tersebut.

"Iya nih, Pak" jawabnya, masih tersenyum manis pada Pak Ali. Entah mengapa hal tersebut membuatku geram, karena itu membuatku harus terus berdiri disini lebih lama. Meski hanya sedetikpun. "Besok Pak Ali ngawas di lab berapa?" Tanya Bu Mila kemudian, seperti mencoba mencari topik pembicaraan dengan satu-satunya pria di antara kami.

"Lab 4, Bu. Bu Mila ngawas juga?" Jawab Pak Ali yang ikut larut dalam perbincangan ini. Aih, masih lama kah?

"Wah, kita bareng dong, Pak. Saya juga ngawas lab 4 soalnya" ujar Bu Mila antusias. Wah, kelewat antusias sebenarnya. Wanita itu terlihat sangat senang untuk hal yang sangat aneh, dan tidak penting.

Teach Me How To Love You RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang