I'm Sorry

122 24 4
                                    

Lagu utk menemani,
SHINee_tell me what to do

Happy Reading~~ (jgn lupa vote dulu)

***

Dengan pelan Radi membaringkan tubuh Metta ditempat tidurnya. Benar sekali. Radi tidak memiliki keberanian untuk membawa Metta pulang dalam keadaan kacau seperti ini. Bagaimana jika kedua orang tua dan kedua kakaknya melihat kondisi Metta yang seperti ini dan memarahi Metta abis-abisan. Radi jelas tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Metta sendiri nampak kacau, bahkan gadis itu meracau tidak jelas, dengan sebelah tangan yang berusaha membuka kancing kemeja nya sendiri, "ahhh..panas.. uhhh...panas..." sahut Metta mengigau. Gadis itu jelas masih berada dibawah pengaruh alkohol. Brengsek! Sebenarnya berapa banyak minuman mereka cekoki pada Metta?! Memikirkannya saja berhasil membuat Radi bertambah marah.

"Ta berhenti ta plis jangan kayak gini" gadis itu membuka matanya sayu. Metta tersenyum dan kembali meracau, "Radi? Ini semua tuh gara-gara lo, tau gak?!" Deg! Jantung Radi berpacu lebih cepat dari biasanya.

"Gara-gara lo gue sial terus,, lo salah Di, bukan lo yang sial ketemu gue, tapii guee... gue yang sial ketemu lo.. hutang yang gue punya bener-bener bisa bunuh gue... gara-gara lo, gue jadi harus kerja ditempat terkutuk itu brengsekkkkkk"

Radi masih terdiam. Ia sendiri jelas kaget dengan pengakuan gadis itu. Tapi Radi memilih diam dan mendengarkan semuanya.

"Dan lo tau apa yang bikin gue lebih marah?! Karena tiap kali deketan sama lo.. disini..." Metta memegang dadanya dengan gerakan memutar membuat Radi menelan ludah susah payah, ditambah lagi dengan kancing kemeja gadis itu yang terlepas dibagian atasnya, berhasil menjungkirbalikkan pikiran Radi, "jantung gue... jadi aneh.. berdebar gak karuan, puas lo?!"

"Ini semua gara-gara lo pokoknya gue benci sama lo Radi! Lo ngebuat gue takut..takut kalau perasaan berdebar aneh ini karena.. gue...suka...sama...lo"

Metta menarik baju Radi sembarangan, ia menatap tepat di mata Radi dan kejadian selanjutnya sukses membuat Radi terduduk diam ditepi ranjang, Metta dengan agresif bergerak maju dan menciumnya! Asli ciuman yang terkesan amatiran yang sangat tidak ahli. Mata Radi kontan semakin membulat saat gadis itu menciumnya dengan paksa membuat bibir Radi terbuka sepenuhnya.

Lidah gadis itu masuk dan mengabsen gigi Radi satu persatu, tak lama Metta melepaskan pagutan mereka membuat keduanya mengambil napas dengan cepat, "kenapa lo diem? Apa perasaan gue akan sama kayak dulu? Bertepuk sebelah tangan?"

Metta menunduk dan menangis, membuat Radi jadi semakin tidak tega, "maaf atas apa yang gue lakuin sekarang ta..." sahutnya lagi sebelum akhirnya menarik dagu Metta dan menciumnya balik!

Astaga Radi pasti sudah gila! Apa yang sedang ia lakukan sekarang??
Mereka semakin larut akan ciuman itu. Entah apakah karena sekarang giliran Radi yang memegang kendali, tapi tindakan pria itu berhasil membuat Metta mengerang, "uhhhh..." membuat Radi hilang akal sehat dan kembali mencium gadis itu dengan brutal.

"Sial.. brengsek.. sorry ta.. lo harus tidur.. maaf" Radi dengan cepat berdiri, menatap tak enak kearah Metta, "gue gak bisa lakuin ini apalagi lo gak dalam keadaan sadar sepenuhnya, maafin gue ta"

Perlahan Radi mengarahkan agar Metta berbaring, tapi gadis itu menolak dan terus menatap Radi intens, hingga tak lama kemudian terdengar suara nyaring gadis itu, "hueeeekkkkk" Radi menutup mata dan hanya bisa pasrah saat menyadari bahwa gadis didepannya ini baru saja muntah kearahnya.

***

Silau. Metta mengulet dan mencari posisi tidur yang lebih nyaman. Kini ia tidur menyamping, mungkin Metta tidak akan bangun karena posisinya yang benar-benar nyaman, tapi sayangnya hidungnya mencium aroma masakan yang enak dan sukses membuatnya semakin merasa lapar, "bang Ardan pasti lagi masak..." sahutnya tersenyum. Ia mengucek matanya pelan dan langsung terduduk diranjang.

Please Say I Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang