Menjauh

83 20 4
                                    

Haloo gue update lagi:))

Jangan lupa VOTE DULU SAMA KOMEN

lagu utk menemani,
NCT Dream_fireflies
(Gak sabar sama Reload)

Happy Reading~

***

Metta benar-benar merasa Radi semakin menjaga jarak darinya. Buktinya saja cowok itu yang biasanya mengajak dirinya berangkat Sekolah bersama, sekarang bahkan mobil cowok itu saja sudah tidak ada digarasi mobilnya lagi. Radi sepertinya sudah pergi pagi-pagi sekali. Begitulah yang kerap terjadi beberapa hari belakangan ini.

Metta menghela napas, pagi ini pun sama. Ia harus berangkat Sekolah sendiri. Dan di Sekolah, meskipun Radi duduk dibelakangnya, cowok itu tidak akan mau repot-repot melirik kearahnya dan menyibukkan diri sendiri atau sengaja mengobrol berlama-lama bersama Farel. Lalu saat dirumah, Metta tidak bisa menemui Radi secara leluasa karena ia harus bekerja di restaurant Sean sampai sore, sedangkan di malam hari, rumah Radi akan keliatan sepi seolah pemiliknya tak pernah berada dirumah.

Malam ini saking kesalnya Metta sudah membulatkan tekad untuk menunggu kedatangan cowok itu didepan rumahnya. Masa bodoh meski jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, tak ada yang akan melarangnya sebab Bang Ardan tengah lembur kerja dan Bang Kenzo seperti biasa tidak pulang kerumah.

Gadis itu memeluk tubuhnya sendiri. Badannya sudah menggigil kedinginan tapi masa bodoh, ia harus bertemu dan bicara dengan Radi. Bukankah mereka sudah cukup dekat? Tapi kenapa cowok itu berubah drastis? Apa cowok itu sedendam itu hanya karena insiden tempo hari? Menyebalkan....

Lampu mobil menyorot dari kejauhan. Metta menyipit dan agak sedikit lega ketika mendapati itu adalah mobil tesla milik Radi. Ia ingin bangkit tapi kakinya benar-benar mati rasa mungkin efek kedinginan dan juga karena ia sudah berjongkok disana selama 4 jam-an lebih.

Cowok itu membanting pintu mobilnya sehingga pintu itu menutup keras, Metta memijit pelan kakinya, tapi sungguh meski dipijit pun kakinya benar-benar mati rasa.

"Minggir.... ngapain sih disitu?"
Baru juga beberapa detik melihat kehadirannya disini, Radi bahkan sudah membentaknya seperti itu membuat nyali Metta untuk bicara berdua makin menciut.

"Guee.. mau.. ngomong.. sam..sama lo..." oke bukan hanya tubuhnya, bahkan bibirnya pun bergetar saat bicara. Metta menutup matanya rapat-rapat. Entah kenapa tiba-tiba pusing mendera kepalanya.

"Ngomong apa cepetan?"

"Apa lo masih marah? Kenapa gue ngerasa lo ngejauh dari gue?"

"Memangnya ada keharusan gue harus deket sama lo? Emang biar apa? Biar gue makin sial? Lo kan pembawa sial dalam hidup gue"

Metta terhenyak. Kata-kata itu. kamu bener-bener anak pembawa sial!!

"Apa gue bener-bener pembawa sial Di?" sahut Metta pelan.

"Iya lo tuh emang..."

"Stop please stoppppp" Radi kaget, tidak, ia benar-benar kaget saat melihat Metta berteriak seperti orang kesetanan.

"Metta?" Terdengar suara berat dibelakang mereka. Radi yang ingin melangkah menghampiri Metta jadi tertahan ditempat.

Ia melirik dan lebih kaget lagi saat melihat seseorang yang baru saja mendekat kearah mereka itu, "loh lo kok bisa ada di...?!"

Kenzo melirik tajam kearah Radi, ia menutupi pandangan Radi dari adiknya Metta yang sekarang hanya bisa menutup telinganya rapat-rapat, "brengsek, apa lo sedendam itu sama gue? Kalau iya lo bisa bunuh gue, tapi jangan sakitin adek gue bangsat!"

Please Say I Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang