Warning : keseluruhan yg ada di dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka.
Jeleknya silahkan dibuang jauh2, dan yg baiknya bisa ditiru..
Lagu utk menemani,
SHINee_asideHappy Reading~~
***
Hari Sabtu adalah hari untuk bermalas-malasan. Setidaknya itulah pemikiran seorang Metta Anastasya. Sedari pagi sampai hari sudah menjelang sore seperti sekarang, gadis itu masih asyik selonjoran di sofa sambil membaca novel yang dua hari lalu baru dibelinya. Tak lupa ditemani oleh secangkir coklat panas yang isinya tinggal setengah.
Kenzo kakak keduanya itu tiba-tiba datang dan menepuk bahu Metta pelan. Pria itu lalu duduk di sofa setelah menyambar coklat panas adiknya diatas meja, "lo gak bosen apa dek, kerjaannya rebahan mulu"
Metta melirik kakaknya itu dengan ujung mata, menghela napas mendengar omelan pria itu yang tidak jelas, "bang Kenzo jangan diabisin..." cuma itu yang Metta bisa lakukan sekarang, berteriak sekeras-kerasnya, sebab tangannya terlalu mungil jika disuruh menggapai cangkir coklat panas yang kini sudah berpindah tangan pada kakak keduanya itu.
Kenzo kontan menutup sebelah kupingnya mendengar teriakan Metta yang membahana, "sumpah dek suara lo, bisa pelan dikit gak sih? Udah macam lumba-lumba aja"
Kenzo memilih mengembalikan coklat panas gadis itu sebab tak ingin mendapat serangan mematikan ditelinganya lagi. Sudah cukup. Telinganya bisa berdarah nanti jika harus dihadapkan oleh teriakan Metta yang memekakkan gendang telinga itu.
Metta mencibir, kembali merasa tidak peduli setelah cangkir coklat panasnya telah kembali berada ditangannya. Ia menyesap sisa coklat panas itu kemudian meletakkan cangkir yang sudah kosong diatas meja. Memilih mengabaikan keberadaan Kenzo sepenuhnya, sibuk membolak-balik halaman novel barunya.
Sejujurnya Metta tidak terlalu suka dengan Kenzo. Bukan apa-apa, kelakuan bejat dan kenakalan pria itu-lah membuat Metta hilang respect pada pria itu.
Kenzo menghela napas, "lo kayaknya gak suka banget liat gue"
Metta menutup buku novelnya dengan keras, "tumben lo dirumah, biasanya dirumah cuma ada gue sama bang Ardan kan?"
"Emang salah kalau gue ada dirumah?!" Kenzo menatap adiknya itu kesal. Siapa yang tidak tersulut emosinya? Tiap kali ia jarang pulang, Metta dan bang Ardan akan menganggunya, meneleponnya berulang kali, tapi ketika ia berada dirumah, mereka berdua malah terkesan mengabaikan dirinya seperti sekarang.
Metta menurunkan kakinya, menutup buku novel barunya itu sepenuhnya, kemudian menatap Kenzo dengan ujung matanya, "kemana lo saat gue sama bang Ardan perlu sama lo? Kemana lo saat kita berdua nangis waktu kita kehilangan mereka?"
Metta bersumpah. Pertahanannya sebentar lagi mungkin akan runtuh sepenuhnya. Bertemu Kenzo entah kenapa selalu berhasil membuat Metta mengingat masa-masa kelam itu lagi.
"Lo egois bang, lo cuma mentingin diri lo sendiri, lo cuma ngelindungin hati lo sendiri, lo gak sadar kalau dua saudara lo ini butuh kehadiran lo!" Suara Metta asli udah tercekat parah. Ngomong sekali lagi mungkin pertahanannya akan runtuh total. Dan Metta gak mau mempermalukan dirinya sendiri dengan menangis seperti anak kecil didepan Kenzo.
"Mau kemana lo?" Meski Kenzo sendiri belum pulih dari keterkejutan atas ucapan Metta tadi, ia tetap bertanya ketika melihat Metta meraih kunci mobil Ardan yang diletakkan sembarangan diatas meja.
"Jalan-jalan, gue sumpek"
"Bentar lagi udah mau malem, mau kemana sih? Nyetir aja belum bisa juga"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Say I Love You [END]
عاطفيةMetta Anastasya yang notabenenya cewek populer dikalangan anak-anak SMA Tunas Bangsa suatu hari kedatangan tetangga baru. Metta pikir tetangga nya itu adalah sosok yang baik hati seperti apa yang orang-orang katakan, tapi saat bertemu dengannya Mett...