Jealous?!

108 17 8
                                    

Halooo:))

Lagu utk menemani,
Nct dream_puzzle piece & quiet down

Happy Reading~

***

Pagi ini suasana rumah kembali sunyi. Metta melirik kedua kakaknya diam-diam. Ardan nampak kelelahan, akhir-akhir ini kakak tertuanya itu memang sering lembur bekerja. Sementara Kenzo? Pria itu jauh lebih pendiam dari biasanya. Sungguh Metta tidak suka suasana yang seperti ini, maka meskipun harus menyembunyikan isi hatinya yang sesungguhnya, Metta memilih untuk berpura-pura bahwa ia baik-baik saja dan kembali pada mode cerewetnya lagi. Mungkin itu memang pilihan terbaik, meski luka sayatan baru di lengannya seolah meneriakkan sebaliknya. Luka yang baru saja dibuatnya kemarin malam setelah berdebat dengan kata hatinya yang selalu menolak percaya terhadap ucapan Radi kemarin. Dan hari ini mau tak mau ia akan memakai jaketnya sepanjang hari untuk menyembunyikan luka ini atau dua temannya mendadak akan jadi wartawan abal-abal yang tanya ini itu padanya.

"Bang lo gak Sekolah? Mau bolos lagi apa gimana?"

Perlahan kedua kakaknya menengadah dan menatap dirinya. Beda halnya dengan Ardan yang tersenyum, Kenzo malah memutar bola matanya malas, "sampe kapan coba lu nyebutnya Sekolah.. kuliah..kuliah.. gue udah kuliah!" Teriak Kenzo kesal.

"Ohh lo udah kuliah? Gue gak tau kalau lo dah lulus SMA bang.. kapan lo lulusnya? Kok bisa ya bang lo lulus kan kerjaan lo nyari masalah terus.."

"Ngomongin gue apa ngomongin diri sendiri? Lo pikir berapa kali gue sama bang Ardan dipanggil ke Sekolah lo hah?!"

Metta mengedikkan bahu tidak peduli. Memang selama ini Metta selalu menyebut Kenzo itu anak sekolahan ketimbang anak kuliahan. Sengaja untuk menggoda kakaknya itu, bahkan ketika Farel dan Angel bertandang kerumahnya pun, Metta akan selalu mengatakan bahwa kakaknya itu hanyalah anak sekolahan yang ngebet pengen lulus. Membuat dua sahabatnya itu juga jadi ikut-ikutan menggoda Kenzo juga, karena mereka rasa Kenzo selalu menyakiti Metta.

Ditambah lagi kelakuan nakal Metta membuat pihak Sekolah harus memanggil wali, dan bang Ardan tidak bisa datang setiap saat yang memaksa Kenzo harus mau tak mau datang sebagai wali dan berakhir mendapati nasehat-nasehat dari para mantan guru yang pernah mengajarnya dulu. Sebenarnya sebagian guru disini menyayangi Kenzo meskipun cowok itu sering terlibat masalah.

Metta sendiri juga bingung. Apa itu karena dulu kedua orang tuanya adalah donatur terbesar di sekolah SMA Tunas Bangsa ini? Atau ada alasan lain? Entahlah juga.

"Gue hari ini free, lo gimana? Mau gue anter atau lo bisa pergi sendiri?"

Metta mengunyah roti isi selai strawberry nya pelan-pelan, "lo niat nawarin apa gak sih? Gausah, gue bisa pergi sendiri..."

Baru saja Metta hendak mengambil tasnya, langkahnya terhenti, apa hal ini harus gue tanyain ya?

"Bang ntar sore lo ada acara?"

"Lo ngomong sama siapa? Gue apa Bang Ardan?"

"Ya sama lu lah.."

"Ada.. gue sibuk..."

"Sibuk buat onar?!"

Kenzo menatap kesal kearah Metta. Entah kenapa adiknya itu selalu saja membuatnya kesal. "Bisa gak ngomongnya nyantuy dikit?!"

Merasa keadaan sudah semakin tak terkendali, Ardan berusaha menjadi penengah, "wohooo kalem adek-adek.. ini masih pagi.. jangan bikin kepala gue pusing, bisa gak?" Oke ternyata kesabaran Ardan pun ada batasnya juga. Dia tidak bisa jadi penengah setiap saat apalagi disaat kedua adiknya malah menatapnya balik seolah tengah bersatu memusuhinya.

Please Say I Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang