Teka-Teki Baru

66 15 4
                                    

Haloo yey akhirnya update..

Lagu utk menemani,
Secret number_ who dis
(Yuk dkung Dita idol kpop asal Indonesia^^)

Happy Reading~

***

Sore ini Radi membawa Metta ke taman dekat Sekolah. Ditaman itu ada lapangan basket mini yang syukurnya dalam keadaan sepi. Radi melirik sekeliling dan ia pun melihat sebuah bola basket yang diletakkan diujung lapangan, cowok itu segera meraihnya. Metta sendiri memutuskan duduk selonjoran dipinggir lapangan, sementara matanya melirik malu-malu pada Radi yang kini melepas sepenuhnya kancing seragam sekolahnya, menampakkan kaos hitam yang membalut pas tubuh cowok itu dibalik baju seragamnya.

"Buruan lo mau ngomong apa.. ngapain ngajak gue kemari segala?" Metta tak tahan untuk tidak bertanya. Radi sendiri malah asik bermain basket, mendriblenya lalu melompat dan memasukkan bola coklat tersebut kearah ring. Jujur saja Metta kagum dengan permainan cowok itu.

Radi berlari untuk kembali meraih bola basket itu kemudian terus-terusan memantulkannya kelantai. Metta pikir cowok itu tidak akan bicara, "kalau gak ada hal penting, gue pulang sekarang"

Radi melompat lalu memasukkan bola basketnya ke ring, bola itu jelas masuk dengan sempurna, lalu memantul dan menggelinding sampai kedekat Metta. Gadis itu memilih berdiri, lalu melempar bola tadi kearah dada Radi yang ditangkap cowok itu dengan sempurna, "gue pulang" sahut Metta singkat.

"Apa segitu gak betahnya ya lo deket sama gue? Kenapa Ta?" Suara berat cowok itu berhasoil menghentikan pergerakan Metta sepenuhnya.

Metta lalu menghela napas berat, "gue gak sama Di.. gue beda sama cewek-cewek yang biasa lo godain...kalau mau cari target buat main-main jangan sama gue, lo kan dah tau sendiri penyakit gue kayak gimana, emang gak ada kasihannya apa lo sama gue?"

Radi mulai jengah. Ia melepaskan bola ditangannya membiarkan bola itu memantul pelan sebelum akhirnya menggelinding sampai ke tepi lapangan, "berapa kali sih gue hsrus jelasin ke lo Ta? Apa yang udah Sean sama abang lo bilang itu semuanya gak bener.. apa yang sebenarnya terjadi gak seperti itu Ta..."

"Lo khianatin Sean dengan deketin cewek yang dia suka, terus mau rebut calon pacarnya Bang Kenzo yang sebelumnya mantan pacar lo yang udah lo sakitin, bahkan lo berani fitnah Sean didepan anak-anak arena dan berakhir gagal, apa itu semua masih belum seberapa buat lo? Gak kaget sih...sekali brengsek ya tetap aja brengsek..." Metta melirik Radi sinis sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya kearah lain, kemanapun asal tak melihat Radi. Dada Metta bisa sesak lagi nanti.

"Ta...plis..filter dikit omongan lo.. gue juga punya hati..lo pikir gue gak sakit apa denger fitnahan lo yang keji kayak gini?"

Metta terdiam, ia kaget melihat Radi yang menatapnya dengan pandangan terluka. Meski begitu Metta tidak boleh lemah, "yaudah.. lo gak mau denger bacotan gue kan? Yaudah gue pulang, simple kan?"

Dengan sigap Radi menarik lengan Metta membuat gadis itu tertarik kearahnya. Selama sepersekian detik keduanya hanya saling menatap dengan wajah mereka yang hanya berjarak beberapa senti. Metta jadi orang pertama yang memutus tatapan diantara keduanya, "mau lo apa lagi sih? Lo bisa dapetin cewek manapun yang lo mau, tapi jangan gue, karena gue gak akan mau terima lo hanya untuk ditendang setelah lo puas---"

"BISA DENGERIN GUE NGOMONG DULU GAK SIH TA?!" Metta menatap kaget, apa Radi baru saja meneriakinya? Jujur saja Metta orangnya gak bisa diteriakin. Dia akan mulai ketakutan setengah mati. Menyadari kesalahannya, Radi megusap wajahnya kasar kemudian kembali mendekat, "Ta makanya dengerin dulu gue mau ngomong... kalau kayak gini lo gak akan pernah percaya ama omongan gue kan? Lo akan lebih percaya omongan sahabat sama abang lo itu sampai kapanpun, gue bener kan?" Radi berusaha bicara selembut mungkin, ia tau Metta mudah ketakutan jika ada yang membentaknya.

Please Say I Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang