Haloo semuanya ak up lagi:)
Yuk vote komen dlu lah yaa:)
Lagu utk menemani,
SHINEE_selene 6.23 (berhubung ak lg kangen SHINee khususnya jonghyun yg mau ultah tgl 8 april ini) yeaa shawol detected:))Happy Reading~~
***
Metta menyentuh dadanya sekali lagi, masih teraba jelas bagaimana denyut jantungnya memompa darah lebih cepat dibanding biasanya. Ritme jantung gadis itu bertalu-talu seolah ada gendang yang tengah ditabuh. Mungkin terdengar agak berlebihan, tapi yang jelas jantung Metta masih deg-degan sampai sekarang. Apakah efek pelukan bisa separah ini? Tapi kenapa? Kok bisa? Apa ada yang bisa menjelaskan ke Metta? Apa tiba-tiba sekarang ia punya penyakit jantung atau apa?!
Metta menatap kamar cowok itu yang dipakainya tidur sekarang. Kamar yang sama yang ia lihat saat pertama kali terbangun dirumah Radi. Pokoknya cowok itu bersikeras agar Metta tidur disini. Dan lagi-lagi perkataan cowok itu tadi berhasil melelehkan Metta seperti es krim.
"Lo tidur dikamar gue aja, biar gue yang tidur disini"
"Gak apa-apa kok biar gue aja yang tidur disofa atau gue bisa pakek kamar tamu kan? Gue yakin kamar gak cuma ada 1 dirumah sebesar ini"
"Kamar lainnya belum gue bersihin"
"Gue bisa bersihin sen..."
"Bisa gak sih sekali aja lo nurut kata-kata gue? Susah amat dah" Radi mendorong Metta berjalan menuju kembali kearah kamar Radi, lalu cowok itu segera menutup pintu rapat-rapat saat Metta sudah berhasil masuk kedalam.
Metta menghela napas. Pokoknya besok pagi Metta janji akan menghajar Radi habis-habisan, sebab cowok itu dengan seenak udelnya memeluk Metta erat, dan bertingkah seperti cowok romantis. Sialan! Sekarang gimana coba Metta bisa tidur? Jantungnya ini berulah lagi, deg-degan disaat yang tidak tepat!
Perlahan Metta melangkah keluar, ia berjalan pelan kearah ruang tengah. Samar-samar dengan disinari cahaya rembulan yang menembus gorden putih dijendela, Metta bisa melihat Radi yang tengah tertidur pulas, meski terkadang menggeliat karena kedinginan.
Dengan telaten Metta mengambil selimut dan bantal dari dalam kamar, meletakkan bantal secara perlahan dibawah kepala cowok itu lalu segera menyelimutinya.
Pandangan Metta jatuh pada jari manis cowok itu yang tergores dan luput dari pandangannya tadi sehingga belum diobati. Ia kembali beranjak dan mengambil kotak P3K untuk mengobati luka itu. Sepertinya Radi benar-benar kelelahan, cowok itu hanya menggeliat sedikit saat Metta berhasil menempelkan plester luka dijarinya.
"Maafin gue... hhhh...gue bener-bener gak maksud...hhhhh...."
Metta mengamati Radi yang tampak tidak tenang dalam tidurnya. Meski penasaran mengenai maksud perkataan cowok itu, Metta memilih menahannya dan akan bertanya besok. Ia memutuskan duduk disisi sofa sambil menepuk punggung Radi yang berbaring menyamping menghadap Metta.
Tepukan pelan yang syukurnya membantu cowok itu kembali tertidur pulas. Terdengar dengkuran halus Radi lagi. Metta tersenyum samar. Ia sendiri sejujurnya masih takut untuk mengakui perasaan aneh yang ia rasakan dihatinya tiap kali Radi menatap kearahnya atau tiap kali Radi bersikap manis padanya. Pokoknya Metta takut untuk menerka-nerka.
Tanpa sadar, gadis itu tertidur disana.
***
Matahari menampakkan dirinya, pertanda bahwa hari sudah berganti pagi. Radi menggeliat, ia perlahan mengucek matanya sendiri tapi langsung kaget saat merasakan ada sesuatu yang menempel dijarinya. Sebuah plester kuning melingkar manis disana. Belum usai sampai disana, kekagetan Radi berlanjut saat ia menemukan Metta yang tertidur dengan posisi duduk meringkuk dilantai dengan kepala yang direbahkan diatas sofa yang ada disisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Say I Love You [END]
RomansaMetta Anastasya yang notabenenya cewek populer dikalangan anak-anak SMA Tunas Bangsa suatu hari kedatangan tetangga baru. Metta pikir tetangga nya itu adalah sosok yang baik hati seperti apa yang orang-orang katakan, tapi saat bertemu dengannya Mett...