The Truth

86 21 4
                                    

Haloo akhirnya up..

Smoga msh ad yg nungguin

Lagu utk menemani,
NCT DREAM_PUZZLE PIECE

Happy Reading~

***

"SIALLL BRENGSEK!"

Kenzo menghempaskan semua benda diatas meja dalam sekali hempas. Sean dan Gerry hanya menatap cowok itu bingung.

"Lo kenapa bro? Datang-datang malah langsung marah-marah gini, gak jelas lo" sahut Gerry singkat. Ia menghembuskan asap rokok dari mulutnya pelan.

Sean berjalan mendekat, menarik lengan cowok itu lalu mendudukkannya dengan paksa, "ngomong...jangan kayak gini.. lo bisa omongin semuanya kan"

"Gue bener-bener kesel banget sama Radi, emang brengsek tuh cowok bangsat satu!"

"Wooooo kalem bro, emang lo ketemu dia dimana?" Tanya Gerry menepuk bahu Kenzo pelan yang langsung dihempas oleh Kenzo kasar.

Gerry tersenyum remeh, "emosian terus dah lo, sama aja lo berdua" sahut Gerry singkat, lalu bangkit membuang puntung rokoknya ke tempat sampah. Sean yang ikut dikatai pun hanya bisa mengangkat bahu tidak peduli.

"Jadi... biar gue tebak.. Radi emang bener-bener tetangga lo sekarang iya kan?" sahut Sean, ia sudah bisa menebak sejak awal, jadi hal ini bukanlah hal yang mengejutkan lagi untuknya.

Kenzo mengangguk lemah, sementata Gerry menganga tak habis pikir, "sumpah? Dari sekian rumah, dari sekian tempat, harus banget lo tetanggaan sama si bangsat itu?!"

"HAHAHHAHAHA" Kenzo menghela napas kasar mendengar suara ledak tawa Gerry memenuhi rumah Sean yang sepi ini.

"DIAM LO BACOT!"

"Okee sorry sorry" Gerry mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

"Sean.. si brengsek itu berulah lagi"

Mendengarnya entah kenapa membuat Sean tertarik. Ia melirik Kenzo dan memberi perhatian penuh pada cowok itu, membuat Gerry mendadak terdiam dan ikut memberikan atensinya pada Kenzo yang tengah meremas kedua tangannya erat.

"Dia nyakitin Metta..." satu kalimat penuh yang mampu membuat Sean bangkit berdiri dan meraih jaketnya.

Gerry menatap cowok itu yang sekarang meraih kunci mobil tesla nya, "lo mau kemana?"

"Bikin perhitungan sama Radi" sahut Sean singkat, membuat baik Kenzo atau Gerry tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemanapun cowok itu pergi.

***

Radi menatap arena balap disekitarnya. Semua orang-orang yang berada disini jelas-jelas sekarang jadi musuhnya. Entah kenapa Radi mengikuti kemauan Sean untuk bertemu padahal Radi tau sendiri satu-satunya hal yang ia cari dengan datang kemari sendirian ialah mencari mati.

"Ngomong Sean, gue gak punya banyak waktu.. ngomong mau lo apa?!"

"Gue denger dari Kenzo lo nyari perkara sama Metta" sepertinya Sean tidak ada niatan untuk basa basi lagi.

Harusnya Radi sudah tau alasan Sean memanggilnya kemari tidak jauh-jauh dari Metta. Semua orang yang mengenal Sean jelas tau perasaan cowok itu untuk Metta lebih dari sekedar sahabat.

"Kenapa? Yang gue bilang ke dia juga gak salah kan"

"Kalau sampe terjadi sesuatu sama Metta gue bersumpah lo gak bakal bisa balik hidup-hidup Rad, denger gue gak pernah main-main"

Radi mengernyit, "lo terlalu berlebihan, gak akan terjadi apapun pada Metta, harusnya lo seneng, dengan begini Metta menjauh dari gue, dan gak ada alasan buat lo manggil gue pengkhianat... lagi" sahut Radi sarkas. Ia sengaja menekankan kata lagi.

Please Say I Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang