Fear:((

77 15 4
                                    

Halooo:))

Cerita ini gw dedikasikan buat 1st win ridin for nct dream
Chenji gemesin bgt dah ah:))

Lagu utk menemani,
Nct dream_ridin & 7 days

Happy Reading^^

***

"Gue ngelakuin itu mungkin karena gue cemburu Ta, karena lo deket sama Sean yang notabenenya musuh gue.."

Meski masih syok, Metta berusaha untuk kembali ke kenyataan. Ia berdecih sinis sebelum akhirnya menatap Radi lekat-lekat, "lo jangan ngomong sembarangan Rad, gue bisa aja marah dan ngehajar lo sampek..."

"Kenapa susah banget sih Ta buat bikin lo percaya? Gue harus gimana lagi coba biar lo bisa percaya sama omongan gue?!"

Metta terdiam. Apa iya Radi serius? Metta cuma takut harus tersakiti lagi. Dan ia masih belum bisa percaya sepenuhnya pada ucapan Radi barusan. Cowok itu tampan, mapan dan populer. Ada banyak gadis yang jauh lebih sempurna akan sedia mengantri demi menjadi kekasih cowok itu, Metta yakin, tapi kenapa Radi malah memilihnya? Cewek pembuat onar yang bahkan punya riwayat penyakit depresi?! Tentu saja tidak, mungkin cowok itu hanya sedang bingung mengenali antara suka dan perasaan bersalah serta kasihan. Ya pasti seperti itu.

"Gue gak butuh rasa kasihan dari lo..." Radi mengusap wajahnya kasar, ia benar-benar bingung bagaimana caranya agar ia bisa meyakinkan Metta?

"Terserah lu mau mikir gimana, gue yang punya hati jadi jelas cuma gue yang paham sama perasaan gue.. bukan lu ataupun orang lain.. terserah lu aja udah gue capek.."

Radi memutuskan menutup pintu mobilnya kasar, lalu masuk kedalam rumah, bahkan sampai mengunci pintu gerbang rumahnya rapat-rapat.

"Dia bahkan gak capek-capek buat noleh sedikit pun..." aneh memang. Tapi Metta merasa bersalah atas ucapannya barusan. Akhirnya ia hanya bisa berjalan kembali pulang kerumahnya dengan gontai.

Sesampai di kamarnya pun Metta tidak bersusah payah untuk mengganti seragam sekolahnya, makan ataupun mandi. Ia malah merebahkan diri sambil mengingat Radi. Ya rasa putus asa yang sarat akan emosi dari ucapan Radi barusan terus menggema dipikirannya sampai sekarang.

Ucapan Radi benar-benar berputar bak kaset rusak didalam pikirannya, benar-benar menetap dan enggan pergi.

Gue ngelakuin itu mungkin karena gue cemburu Ta, karena lo deket sama Sean yang notabenenya musuh gue..

Tunggu dulu!

Dengan gerakan cepat Metta bangkit dan terduduk kembali diatas kasurnya, kenapa baru terpikirkan sekarang? Apa coba maksud perkataan Radi barusan? Jadi..jadi Radi mengenal Sean? Musuhnya? Maksudnya Sean itu musuhnya Radi? Ehh gimana sih kok bisa?
Dan betapa bodohnya Metta, pikirannya baru benar-benar waras sekarang, ia baru teringat malam itu saat kakaknya Kenzo bicara seolah mengenal sosok Radi sejak lama.

Lah iya kenapa baru kepikiran sekarang coba? Jelas masuk akal sebab Sean sendiri memang terus bertanya terkait Radi yang jadi tetangganya. Okee sekarang semuanya mulai tampak jelas.

Tapi ada satu pertanyaan penting, bagaimana mereka bisa saling mengenal? Lalu kenapa Radi menyebut Sean sebagai musuhnya??

Sejujurnya pikiran Metta sendiri sudah cukup kalut ditambah lagi dengan informasi baru yang diperolehnya hari ini. Kalau begini siapa coba yang bisa ditanyainya? Ahh Sean sepertinya pilihan terbaik untuk saat ini. Cowok itu pasti tau segalanya.

Metta
Lu dimana? Gue mau ngomong, penting

Sean
Tumben.. ada apaan sih? Kalau kangen tinggal bilang, gausah pakek alasan.

Please Say I Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang