Perasaan yang Aneh

107 27 2
                                    

Halo semuaa.. jangan lupa vote dulu yaaa~

Lagu utk menemani,
WAYV_Take Off

Happy reading~

***

Metta menatap matahari dengan pandangan menyipit. Asli, ia benar-benar kepanasan sejak tadi, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali mengikuti permintaan Pak Budhi untuk lari keliling lapangan sebanyak 10 kali. Mungkin terdengar mudah, tapi kalian harus tau seberapa luas lapangan SMA Tunas Bangsa ini terlebih dahulu. Mungkin kalau dibuatkan atap, lapangan ini bisa berubah menjadi stadion dalam sekejap.

Metta melirik pria yang kini tengah berlari didepannya. Beda halnya dengan Metta yang baru berlari sebanyak 6 kali, pria itu sudah ada di putaran ke 8 sekarang.

"Radi.." teriak seseorang dari pinggir lapangan, membuat dua manusia yang tengah asyik berlari dilapangan itu menolehkan kepala sejenak.

Disana Pak Budhi berdiri tegap, guru olahraga sekaligus merangkap sebagai guru BK mereka itu memang dikenal sangat galak, "kamu diminta ke ruangan guru sekarang sekaligus mengurus kepindahanmu ke Sekolahan ini..."

Radi akhirnya mampu bernapas lega, setidaknya ia bisa mengakhiri hukuman ini jauh lebih awal, "baik pak" sahutnya kemudian segera berlari ke tepi lapangan.

"Heii mau kemana kamu?" Teriak Pak Budhi mengagetkan Radi yang sedikit lagi sampai dihadapan pria itu.

Radi menatap Pak Budhi dengan raut wajah bingung, "kata Bapak saya harus ke ruangan guru buat urus kepindahan saya kesini"

"Hah? Bukan kamu! Maksud saya Metta" Radi melirik ke belakang tepat dimana ia meninggalkan Metta yang masih asyik berlari tadi. Benar saja posisi gadis itu sekarang sudah ada di tepi lapangan, tapi perlahan dengan raut wajah kesal dan menggerutu, gadis itu beranjak kembali melanjutkan hukumannya, "balik kamu, memang kamu pikir Bapak gak tau kamu baru lari 6 kali?"

"Yah tapi kan pak.. Radi aja baru 8 kali..."

"Lah itu beda, dia harus mengurus kepindahannya ke Sekolahan ini atas perintah Bu Paula, lha kamu.... memangnya kamu juga anak baru disini?" Metta memutar bola matanya malas mendengar alasan Pak Budhi.

"Metta kamu mau saya panggil kakak kamu menghadap ke saya lagi? Udah 2 kali kakak kamu menghadap saya bulan ini loh, ini masih tanggal belasan, belum juga akhir bulan, gimana?"

"Iya pak ini saya lanjut lari kok, jangan hubungin abang saya lah pak, kasian abang saya, lagi jam kerja"

Metta jujur saat mengatakannya. Dulu Metta pernah terlibat perkelahian dengan salah satu cewek paling menyebalkan di sekolahan ini, saat itu Metta harus menerima kenyataan diskors selama 2 hari dan Bang Ardan harus menghadap kepala sekolah, membuat pria itu meninggalkan kantornya di jam kerja dan berakhir mendapat peringatan. Metta tidak akan bisa membayangkan bagaimana jika abangnya itu kehilangan pekerjaan yang amat dicintainya itu karena kebodohan dirinya. Metta tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

"Ya sudah lanjut larinya..." mendengar kalimat terakhir Pak Budhi, Metta kembali melanjutkan larinya sambil dengan kesal melirik Pak Budhi yang kini mengantar Radi pergi ke ruang guru, tempat yang masih asing keberadaannya bagi pria itu. Mentang-mentang anak baru, enak banget sih gak usah lari, gue capekkkk

***

"Gue ini kotor... gue menjijikkan hiks huaaaaaaa" suara dengan nada sarat akan tangisan dan rengekan kembali terdengar di kelas XII IPA 2. Murid-murid lain yang masih berfokus untuk belajar berusaha menutup kuping, kebanyakan anak cewek dikelas itu, sebab anak cowoknya sibuk mengerumuni bangku Metta yang notabenenya salah satu gadis populer di SMA Tunas Bangsa.

Please Say I Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang