Truth or Lie?

248 48 13
                                    

"Karena Sua unnie, tahu satu hal yang mungkin telah kita lewatkan selama ini"

***

Pagi ini, pikiranku sudah dipenuhi dengan informasi seperti biasa. Secangkir kopi americano hangat, juga selalu tak pernah absen di awal hari ku.

Aku masih memikirkan dengan apa yang dikatakan Handong dua hari yang lalu, ia membuka semua informasi yang diketahuinya tentang Yoohyeon saat itu.

Anehnya, dia memintaku untuk menanyakan semua itu lebih lanjut ke Sua unnie. Aku tak pernah berpikir sama sekali Sua unnie mengetahui Yoohyeon, begitu juga dengan Yoohyeon yang tak mengetahui Sua unnie sama sekali kalo ia juga terlibat dalam permainan terror bodoh ini.

'Apa hubungan Sua unnie, Handong, dengan semua ini?'

'Kenapa mereka semua memilih untuk bungkam seakan tak mengenal Yoohyeon sama sekali?'

'Lalu, darimana Sua unnie bisa mengenal murid Hancheon ini? Sedangkan ia sendiri, sangat jarang menapakan kakinya di Incheon.'

Kepalaku semakin dipenuhi pertanyaan-pertanyaan aneh sekarang, kebuntuan dalam berpikir-pun semakin berkelubut dalam heningku.

Ini antara kebenaran dan kebohongan sekarang, aku benar-benar tak mengerti kenapa penerror itu melibatkan hampir semua teman-temanku sebagai umpan. Yang tentunya, tanpa ku sadari sama sekali.

Aku bahkan bingung, apakah aku harus percaya atau menganggap semua yang dikatakan Handong itu hanyalah kebohongan yang tak bermakna (lagi).

Pikiranku kembali teringat tentang Sua unnie yang menawarkan bantuan-nya beberapa kali padaku,

'Apa itu hanya kebetulan atau, sebenarnya Sua unnie tahu dengan apa yang terjadi padaku?'

Aku harus menanyakan semua ini dengan Sua unnie se-segera mungkin. Aku harus mengakhiri  semua ini dengan cepat. Bahkan semua bukti-pun, juga perlahan sudah mulai ku kumpulkan.

Aku sengaja tak ingin melaporkan hal ini dengan polisi setempat, karena bukti yang ku kumpulkan masih acak dan tak jelas. Aku harus menyelesaikan semua ini sendiri, setidaknya sebelum penerror itu mengacaukan-nya.

Orang itu benar-benar pintar dalam menutup identitas-nya dan jika aku salah langkah sekali saja, orang itu pasti bisa menebak langkahku selanjutnya dengan cepat. Untuk itu aku memilih untuk tenang dan berhati-hati.

Apa yang dikatakan Sua unnie pertama kali itu, benar. Orang itu tidak bermain-main dalam aksinya, tapi aku tetap ragu jika ia 'membunuh' seperti yang ia katakan di surat ancamannya.

Surat Ancaman itu hanyalah segelintir tulisan gertak-an yang biasa dimataku, aku bahkan tak peduli dengan apa yang ia ucapkan. Karena tekad-ku telah bulat untuk menolong Yoohyeon, dan aku menjanjikan jawaban itu pada-nya.

Aku telah mengirim pesan kepada Sua unnie untuk ke Incheon dan ia setuju untuk menemuiku di ' Bakery & Pastery Cafe' yang telah di tentukan oleh-nya.

Tak jauh dariku duduk, Yoohyeon memperhatikan televisi yang ku nyalakan sebelumnya. Aku tak sengaja membuka saluran kartun dan ia memaksaku untuk tak memindah-nya, karena 'Toy Story' the movie yang tayang di saluran itu adalah kartun kesukaannya.

FADE SYMPHONY | SIYOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang