Doubt

229 50 10
                                    

"Karena perasaan tak akan pernah berdusta dengan kebodohan yang selalu kau lakukan ketika kau berada di dekatnya"

**

'Slurp..'

Ku meminum americano hangat yang telah ku pesan sebelumnya dari cafe ini sembari menggulirkan layar ponsel.

Jam semakin menunjukan siang, hampir tiga pulu menit aku menunggunya di cafe ini dan orang yang ku tunggu belum juga menunjukan batang hidungnya.  'Haah.. ini benar-benar membuat waktu-ku terbuang sekarang'

Ya, ada seseorang yang ku tunggu disini sejak pagi. Ada yang ingin ku tanyakan dan kupastikan soal  festival musikal di Hancheon itu.

Jujur, aku selalu menghadiri acara ini setiap tahunnya  dulu. Tapi anehnya, aku tak pernah tahu sama sekali soal pianist bernama "Kim  Yoohyeon" ini.

Jika Yoohyeon adalah seorang pianist andalan dari akademinya, itu sudah pasti Yoohyeon akan hadir dan memainkan beberapa melodi dari pianonya di setiap 'rundown' acara yang di selenggarakan, tapi...

'Apa Yoohyeon seorang pianist yang baru memiliki nama setelah aku memilih keluar dan meninggalkan dunia itu?'

'Apa Yoohyeon saat aku hadir disana, ia masih kelas junior? Yang berarti ia hanya bisa melihatnya melalui kursi penonton tanpa bermain?'

Kepalaku dibanjiri pertanyaan yang tak jelas sekarang, kehadiranku disana memang benar-benar sudah lama. Setidaknya, itu sudah dua tahun yang silam dan aku benar-benar memutuskan untuk tak peduli dengan apa yang terjadi di festival Hancheon setelahnya.

Tapi perkataan Yoohyeon tadi malam, berhasil membuatku berpikir dua kali untuk menerima undangan kehadiran itu lagi.

'Seseorang yang berharga..'

Benar. Memainkan musik untuk seseorang yang berharga, dapat menutupi rasa kekesalan kita sesaat dalam soal permasalahan dunia.

Tapi berharap orang itu melihat  penampilan kita dan tersenyum setelahnya, itu hanya akan membuat kita jatuh terluka tanpa menyadarinya.

Berdusta dengan berbuat kebodohan ketika berada di dekatnya, itu hanya akan semakin mengais goresan yang tak terlihat dalam perasaan.

Menyadari nyawaku yang bisa saja hilang sewaktu-waktu ketika menggali masalah ini, sudah semakin jelas bahwa aku memilih untuk menetap dalam pengorbanan bodoh- ku.

Rasa keraguanku yang mulai menyelimuti secara perlahan setiap waktunya, semakin tak ingin ada kata 'selamat tinggal' diantara ku dengannya.

Tapi bagaimanapun juga, kata itu adalah akhir dari semua cerita ini. Yoohyeon akan menemukan jawabannya dan aku akan kembali ke aktivitas harian seperti biasa.

Bahkan sebuah doa yang selalu ia panjatkan dengan berbagai ekspetasi dikepalanya selama ini, semakin perlahan mulai terdengar 'inti' dibalik semuanya. 'Bukankah ini yang kau tunggu, Yoohyeon-ssi?'

Ku tepiskan pemikiran yang mungkin saja akan membuatku terluka jika semakin dipikirkan. Menghela nafasku dengan panjang dan merenung sesaat, kini kepalaku kembali di penuhi dengan segerombolan pemikiran acak yang lain sekarang.

FADE SYMPHONY | SIYOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang