Hide and Hurt

249 45 13
                                    

"We shouldn't know each other"

****

Bintang-bintang yang terpapar dilangit, masing-masing menunjuk-an cahaya-nya di balik celah jendela yang sedang ku tatap ini. Ruangan piano yang selalu terlihat gelap dan berdebu dulunya, kini terlihat terang dan bersih.

Bisa dibilang, ini tempat persembunyianku dulunya. Sedih, senang, kesal, semua ku curahkan disini di balik not balok bersimfoni dengan tuts yang selalu ku tekan.

Hanya saja, sekarang rasanya sangat berbeda. Ruangan ini tak terlihat seperti biasanya, pemiliknya pun juga tak hanya aku saja sekarang.

Perlahan, langkahku semakin tak masuk akal. Aku kehilangan arah, terlihat sangat berantakan dan ke-ego-an selalu menumpahkan setiap alurku padanya.

'Siyeon unnie, apa kau sebenarnya mengerti dengan tindakan yang kau ambil ini?'

Siyeon unnie benar-benar membulatkan tekad-nya untuk menyelesaikan semua masalah yang sudah jelas tak ada sangkut-pautnya dengan kehidupannya, dan kini ku benar-benar mengkhawatirkan langkahnya (lagi).

Dia,
Adalah satu-satunya orang yang berani melihatku disini. Menarikku dibalik tirai persembunyian untuk duduk bersama dan berbagi cerita.

Juga, satu-satunya orang yang memberikan senyum hangatnya dengan cuma-cuma kepadaku.

Dan,
Satu-satunya orang yang mengajarkanku untuk mendengar dan mengerti dibalik simfoni indah dari siulan burung kenari.

Ah, burung kenari...
Burung yang terkadang selalu mengisyaratkan kita untuk tetap mengingat seseorang yang berharga dalam kehidupan karena "kebodohan".

...

Cinta..?
Jika kupikir lagi, kata 'cinta' disini memiliki seribu makna yang misterius dalam alurnya. Tak ada yang berhasil melewatinya tanpa alur yang menyisakan rasa sakit dan luka.

Janji...?
Sebuah kata yang dapat membuat seseorang tenang dari langkahnya sesaat, namun sangat diragukan ketika kita mencoba untuk selalu menepatinya, dan aku mulai meragukan hal yang pernah ku janjikan padanya malam ini.

Sekarang, dimana celah cahaya bintang yang selalu mencoba mencuri waktu diantara langkah kita berdua?

Kau mencoba menyelamatkanku yang mungkin saja bisa merenggut 'nyawa'-mu sewaktu-waktu. Kau benar-benar bodoh, menghabiskan waktumu untuk hal yang bisa saja memiliki perbandingan 50:50 dari kenyataan takdir.

Dapatkah aku berdoa untukmu?

Jika aku meminta-Nya pada sang hukum alam, dapatkah aku memohon kebahagiaan untukmu kali ini?

Tak apa jika sang hukum alam memang membuat kita terpisah pada akhirnya, tak apa jika aku selalu diberikan hukuman dalam memiliki perasaan yang mungkin sudah jelas tak terbalas karena dua dimensi yang selalu bersinggungan ini. Aku hanya ingin kau bahagia dengan hidupmu, itu saja.

Ku tatap langit dibalik jendela dalam keheninganku, 'Ini kah yang dinamakan luka tak terlihat?'

Luka ketika kita menyukai seseorang dengan rasa penyesalan yang mendalam karena tak bisa saling meraih tangan dan menyatakannya secara langsung...

FADE SYMPHONY | SIYOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang