甘い傷 -confess-

273 45 14
                                    

"Katakan dengan luka"

***

Hari ini langit sangatlah bersahabat. Pantulan cahaya dari matahari yang sangat memenuhi ruangan tanpa celah dibanding biasanya, membuat hari ini terasa sangat berbeda dan hangat.

Siyeon unnie juga sudah berada diruang musik dan mulai melanjutkan lirik lagunya, sangat jarang sekali aku melihatnya melakukan hal yang menguras ide di pagi hari tanpa segelas kafein disebelahnya.

Siyeon unnie bilang kalau ada satu diantara dua lagu dan nada yang ia tulis itu akan selesai hari ini, aku dimintanya untuk menunggu lagu itu tanpa mengintip apa yang ia tulis. 'Ah, ini menyebalkan'.

Aku menunggunya sembari mendengar siulan burung kenari dari balik jendela yang terbuka, mencoba mengikuti 'humming'-nya dengan selaras sangatlah menyenangkan.

Seketika, pikirku kembali terbawa dengan janji-janji yang pernah aku ikat dengan Siyeon unnie. 'Bagaimana caranya aku menepati semua janji-janji itu?'

Aku bahkan tak tahu keadaan ragaku, aku bisa saja hanyalah roh yang tersesat di dimensi mereka. Bukan sebagai seseorang yang hidup seperti apa yang aku ekspetasikan hingga sekarang.

Disisi lain dari aku yang harus menepati janji, aku tak ingin nyawa Siyeon unnie terancam karena permasalahan yang tak berujung ini.

Semakin aku memikirkan hal ini, rasa bersalah dan penyesalan ku untuk meminta bantuan padanya, perlahan semakin menyelimuti.

Juga tentang perasaan yang tumbuh secara tak wajar karena perbatasan dimensi, pada akhirnya hanyalah sebatas luka yang tak tersampaikan tanpa kata.

Jika aku menyampaikannya, mungkin saja itu akan memperburuk semua keadaan. Aku tak ingin kecanggungan dan perbatasan kembali menghadiri diantara ku dengannya.

Tapi..
Bagaimana cara menyampaikan semuanya?

Bagaimana cara perasaan ini bisa tersampaikan tanpa merusak peraturan dunia?

Bagaimana cara menyampaikan untuk tetap bersama tanpa kata 'selamat tinggal'?

Memilih untuk bungkam-pun rasanya tiada guna, dan mencoba untuk melawan arus dimensi, rasanya hanya membuat luka semakin membesar tanpa pernah bisa disembuhkan.

Ku menghela nafas panjang, semua cara yang aku pikirkan selama ini hanyalah akan berakhir sama pada akhirnya, yaitu sia-sia.

Semakin cepat Siyeon unnie membantuku mencari semua jawabannya, semakin cepat juga aku hilang darinya dan Siyeon unnie, bisa saja akan melupakan ku pada akhirnya.

Ku memperhatikan wajahnya yang sedang sibuk mengatur melodi dari tuts untuk lagunya. Ia begitu teliti, seakan tak membiarkan satu kesalahan dari melodi melewati kelincahan tangannya.

Lagi, Siyeon unnie benar-benar orang yang tak akan pernah bisa dinilai dengan sekilas.

Orang-orang bisa saja mengatakan hal yang sebaliknya jika mereka hanya menilainya dari wajah secara sekilas, tapi tidak untuk diriku.

FADE SYMPHONY | SIYOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang