A Look into Life

512 60 4
                                    

"Sialan. Masih lama lagi jam 5." Bobby menghela nafasnya berat. Nasi goreng, salah satu makanan favoritnya, telah tersaji dihadapannya. Tapi kelezatan masakan Rumah Makan Restu tetap tidak sanggup membuatnya bersemangat. Bukan hanya itu, bahkan dengan kehadiran Rachel dihadapannya, tidak sedikitpun ada semangat pada raga si pengangguran.

Hari ini dia bangun dan berolahraga sendirian. Ibunya tidak bisa ikut karena pergi ke tempat abangnya, Elroy, bersama ayahnya. Katanya, Ferdy dan Shin, abangnya yang pertama dan ketiga, juga ada di sana membahas sesuatu. Satu keluarga diperlukan hadir, kecuali satu orang.

Yap, orang itu adalah pria yang makan nasi goreng ini.

"Emangnya ada masalah apa, Bob?" Tanya Rachel. Dikarenakan toko sedang sepi, gadis itu menyempatkan dirinya untuk bercakapan dengan teman lamanya. Sudah lima tahun mereka tidak berjumpa sebelum kejadian kemarin, dan ia belum tahu sedikitpun bagaimana kehidupan Bobby.

"Tahu Wyburn, gak?"

"Iya. Aku main, kok." Bobby tak terkejut mendengarnya. Dikarenakan pengumuman ZetaVirus kemarin, semakin banyak orang yang tertarik untuk bermain. Menurutnya, orang yang tidak bermain Wyburn malah terkesan lebih aneh daripada yang main secara akut.

"Nah. Aku di-Ban sehari. Nanti jam 5 aku bisa main lagi." Sebuah tawa kecil memasuki telinga Bobby. Ah, kapan terakhir kali dia mendengar suara tawanya? Lama sekali pastinya. Dan tak pernah tawa itu tidak menimbulkan gejala aneh pada dirinya. Detak jantung yang semakin cepat hanya satu dari sekian banyaknya fenomena yang terjadi mendengar tawa sederhana itu.

"Wah. Emangnya kau ngapain sampai di-Ban gitu?" Bobby menyandarkan badannya pada kursi plastik biru yang ia duduki. Sebenarnya, dia juga mempertanyakan hal tersebut. Secara teknis, memang dia yang menggunakan Skill Salvation. Tapi ia sendiri tidak tahu apa efek Skill itu dan secara tidak sadar mengaktifkannya. Mungkin sistem sendiri yang memaksa dirinya? Tapi kenapa malah dia yang di-Ban?

Atau malah apa memang Salvation alasannya di-Ban?

"Aku tidak tahu. Aku hanya sekedar bermain seperti biasanya. Mencari bahan untuk bertualang dan semacamnya. Kau mengerti, kan?" Gadis dihadapannya mengangguk. Dia lalu merogoh saku bajunya lalu memberikan semacam kartu kepada Bobby.

"Nih, nomorku. Sama bro-mu juga. Entar chat aku, ya." Rachel pun beranjak dari tempat duduknya untuk melanjutkan pekerjaannya. Bobby merentangkan tangannya untuk menghentikan gadis itu, tapi kemudian ia urungkan niatnya. Dia hanya bisa menatap punggung sang pujaan hati dengan lesu.

"Setidaknya nasi goreng ini enak."

...

"Halo?"

"Selamat pagi, pak. Ini dengan SMA Puncak Harapan. Ada yang bisa saya bantu?" Bobby tertawa dalam hatinya mendengar suara itu. Suara yang cukup berat ditambah dengan jeleknya speaker HP-nya membuat suara dari sisi lain terdengar suram. Tapi, pria yang diseberang mencoba terdengar halus dan hasilnya menjadi seperti mendengar banci di jalan raya tengah malam.

"Sok-sok sopan pula kau, Steve. Bobby ini."

"Bjir. Bobby? Bah, udah lima tahun, boy." Pria itu, 'Steve', memang benar-benar mengatakan 'bjir'. Hilang sudah kesopanan tadi, meninggalkan suara bersahabat yang lebih berat tapi masih terdengar familiar di telinga Bobby. Si pengangguran kembali tertawa dalam hatinya karena tingkah sobat lamanya itu.

"Tumben nelpon. Dapat nomor ini darimana?"

"Rachel."

Wyburn Online: The First SupportTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang