"Kau... Ringo yang itu?"
"Yang mana?"
"Yang-- oke, tidak ada gunanya membahas ini sekarang. Apa rencanamu?" Valen benar-benar mencoba untuk terdengar serius. Tapi suaranya yang melengking melewati batas wajar membuat beberapa pasang mata menatapnya seolah ia baru saja tersedak angin. Termasuk Ringo.
Valen harus menahan tangannya sekuat tenaga agar dia tidak langsung log out.
Untung saja Ringo menjawabnya. "Rencanaku?" ucapnya sembari menyeringai.
"A-apa?!" Semua orang, kecuali Ringo, mengalihkan pandangannya ke arah Thanatos. Lima naga sihir dan ratusan pisau mengitarinya dari tiap arah, dan Sahaquiel sendiri sudah mempersiapkan Skyclad Shimmer miliknya.
"Sudah dimulai."
...
Sahaquiel hampir tidak mengerti apa yang terjadi.
Dari awal pertarungan mereka, dia dan Thanatos saling membalas serangan. Sabit bertemu pedang, tinju membalas cakar, cacian dibalas tatapan. Awalnya, pertarungan mereka seimbang. Tiap serangan tepat menyerang titik lemah, tiap tangkisan melindungi seluruh tubuh dari ujung kepala sampai ujung kaki (atau ujung dagu, Thanatos tak punya kaki), dan tiap elakan membuka celah bagi kedua belah pihak untuk membalas. Namun, semakin lama mereka berdansa, semakin yakin juga Sahaquiel tentang kekuatan Thanatos.
Sang dewa kematian lebih lemah darinya.
Tidak, lebih tepatnya Summoner si dewa kematian bukan apa-apa dibandingkan Eleanor. Membandingkan seorang pendeta tolol yang sok hebat dengan seorang pemain yang sudah mencapai Level yang sangat tinggi untuk seorang pemain tidaklah adil. Sudah menjadi hukum umum di dunia ini kalau para Summon hanyalah sekian persen dari kekuatan aslinya, dan semakin kuat Summoner mereka semakin dekat para Summon dengan kemampuan mereka yang sesungguhnya. Apalagi mereka sedang bertarung di atas udara, di dalam domainnya.
Hasilnya? Hilang sudah senyum Thanatos dari wajahnya, digantikan raut yang menunjukkan kebingungan.
Tapi ekspresi yang sama juga dia pasang ketika ia melihat Thanatos membeku. Bukan hanya sang dewa kematian, semua hal disekitarnya terhenti. Eleanor dan teman-temannya, mahkluk-mahkluk yang tak ia kenal, bahkan api yang membara dan asap yang mengepul. Semuanya berhenti seolah-olah waktu sendiri berhenti.
Waktu?
"Ini kan--"
"Time Lock. Waktu telah terhenti. Tapi entah mengapa kau masih bisa bergerak." Sahaquiel mengalihkan pandangannya menuju satu-satunya suara yang masih terdengar. Seorang pria dengan sebuah trisula berada dibawahnya, menatapnya dengan wajah datar.
"Aku adalah seorang Archangel. Aku hidup di Surga dimana waktu tidak lebih dari sekedar mainan. Tapi aku tidak menyangka bisa terlepas dari kendalinya ketika dipanggil ke dunia ini." Pria itu terlihat tidak peduli dengan penjelasan Sahaquiel dan hanya mengambil sebuah pisau dari Inventory-nya. Ia lalu melemparkannya kearah Thanatos. Pisau itu membeku tepat didekat sang dewa kematian yang tidak sadar apa yang sedang terjadi.
"[Time Line]." Ia menempelkan kelima pasang jari tangannya lalu mengarahkannya ke pisau tadi. Kemudian, ia melepaskan jarinya perlahan, dan Sahaquiel jelas melihat kalau semacam benang yang menyambungkan tiap jari yang berpasangan terbentuk. Bersamaan dengan itu, pisau yang tadinya hanya satu, memecah menjadi lima pisau yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wyburn Online: The First Support
FantasiWyburn Online, sebuah permainan bergenre VRMMORPG yang digadang-gadang sebagai game yang akan menjadi pengubah dunia. Mengapa? Karena pada game ini, ZetaVirus Corp menyatakan bahwa semua NPC-nya akan bersifat seperti manusia. Mereka juga menyatakan...