Burn Your Way

3.7K 207 77
                                    

"Hah.... Mau berapa lama lagi aku jadi pengangguran?" Ucap seorang pria muda yang terlihat sopan tetapi dengan wajah yang agak berantakan. Rambutnya yang cukup panjang berdiri-diri ia biarkan begitu saja ketika diterpa angin. Badannya sedikit kurus meskipun jas kerja itu membuat badannya terlihat sedikit berisi. Saat ini, pria itu sedang membawa sepeda motornya yang bermerk Honda pulang.

Dia baru saja ditolak dari sebuah universitas ketika dia mengajukan diri menjadi dosen. Sebenarnya, ia sudah menjadi dosen sebelumnya tetapi universitas tempat pria itu bekerja dilanda sebuah tragedi rumit yang akhirnya membuat universitas itu tertutup. Orang-orang yang berasal dari sana menjadi tercap sebagai kriminal secara tidak langsung oleh universitas-universitas lain.

Pria itu adalah salah satu korbannya.

"Mau kemana mukaku kubuat. Hanya aku yang belum punya pekerjaan diantara abang-abangku semua." Pria itu memacu sepeda motornya lebih cepat, ingin pulang dan melupakan semua kejadian ini diatas ranjang kecilnya. Tentu saja ia sudah mencapai rumahnya dengan kecepatan layaknya pembalap liar.

Rumah itu adalah rumah yang sangat sederhana, memiliki pagar dan dinding yang terbuat dari kayu yang dicat merah. Rumah itu hanya memiliki dua tingkatan, dimana di tingkat dua itu merupakan tempat menjemur pakaian karena langsung berhubungan dengan atap yang terbuat dari seng. Pria itu memarkirkan keretanya setelah membuka pagar itu dengan paksa menggunakan tangannya yang cukup kecil.

"Bobby! Sudah berapa kali Mamak katakan untuk tidak melakukan itu! Tanganmu bisa luka nanti!"

"Mak, umurku 22. Kalau ini saja melukaiku bukankah itu aneh?" Pria itu, Bobby, membalas ibunya dengan santai. Ibunya hanya menghela nafasnya, memandang anaknya dengan wajah khawatir. Wanita itu adalah wanita yang sebenarnya paruh baya, tetapi wajahnya lebih terlihat seperti wanita yang baru saja menginjak umur 30 tahun. Wanita itu memiliki tubuh yang agak lebar karena efek dari melahirkan, tetapi tetap saja wanita itu terlihat cantik. Tetapi, di depan anaknya kali ini wanita itu hanya mengenakan sebuah daster merah muda. Bobby tahu kalau ibunya baru bangun tidur tanpa harus melihat rambutnya yang acak-acakan. Bobby menggaruk kepalanya karena canggung akan situasi itu.

"Kurasa aku tidak akan mengulanginya lagi," ucap pria itu pelan. Wajah ibunya menjadi cerah ketika mendengar anaknya mengatakan itu. Bobby lalu masuk kerumah itu bersama ibunya. Rumah itu bukanlah rumah yang luas. Luasnya hanya sekitar 45 meter persegi, bahkan lebih kecil, dengan ruangan yang dibagi menjadi ruang tamu, sebuah kamar tidur, ruang keluarga, dapur, dan kamar mandi. Kamar tidur itu merupakan kamar bagi kedua orang tua Bobby, sementara ia tidur di sebuah ranjang kecil di ruang keluarga. Meja makan rumah itu juga berada di ruang keluarga, sehingga tempat Bobby terasa sangat sempit karena keberadaan meja belajarnya juga.

Tetap saja Bobby merasa sangat nyaman tinggal dirumahnya, bagaimanapun isinya.

"Mak, sudah kubilang jangan melengketkan fotoku yang berasal dari dalam game di dinding. Mana ada orang yang mengenalku seperti itu."

"Ah, tidak apa-apa. Mamak mendengar kalau kau sebenarnya mendapatkan uang tambahan juga dari situ, kan? Tentu saja mamak bangga. Padahal dulu mamak selalu melarangmu bermain game."

"... Tapi mamak selalu membelikanku paket ketika aku memintanya." Ibu Bobby tertawa kecil. Tentu saja, sekarang mereka sudah menggunakan wi-fi, sehingga masalah paket sudah tidak perlu dipikirkan. Bahkan, Indonesia akan membuat wi-fi gratis di seluruh Indonesia apabila proyek mereka berhasil. Mengenai proyek itu...

"Oh iya, Bobby. Tadi pas mamak menonton TV, mamak melihat game baru itu sangat mirip dengan game yang kau mainkan. Kenapa kau tidak mencobanya?" Bobby mengangkat alisnya kepada ibunya. Dia dulu sudah mengatakan kepada ibunya kalau ia memainkan game itu, kemungkinan besar dia tidak akan mendapat pekerjaan lagi. Hal itu berarti kalau dia, seorang pria lulusan S1 Sarjana Sastra Inggris dengan nilai yang hampir sempurna, adalah pengangguran yang lebih memilih bermain game.

Wyburn Online: The First SupportTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang