Tak berapa lama, seorang cowok dari panitia MOS masuk ke kelas mereka. Semua siswa duduk di bangkunya masing-masing. Cowok yang dari awal suka mengomel dan cerewet itu, namanya Rafa. Pengampu kelas MOS mereka selama tiga hari.
"Selamat pagi semua. Saya bakal menyampaikan pengumuman bahwa pensi dimulai pukul 8. Untuk sekarang waktunya siap-siap. Oke, karena saya adalah pengampu kelas ini, dan seperti kesepakatan kemarin, dua orang yang akan tampil, salah satu maju ke depan dan mengambil undian ini." Ujar Rafa lantang di depan kelas. Ia meletakkan toples berisi undian di meja guru. Kana lebih dulu maju ke depan sebelum Kelvin turun tangan.
Rafa memperhatikan Kana yang perlahan mendekat. Ia menatap wajah Kana lekat dan merutuki dirinya. Kenapa gue baru sadar ada cewek secantik dia di kelas ini? Begitulah gerutuan hatinya. Kana sekarang berada di depannya. Karena Rafa hanya diam dan menatap Kana, Kana mengangkat sebelah alisnya karena bingung kenapa pengampu kelasnya tidak juga bicara.
"Kak, undiannya mana?" Tanya Kana kemudian.
Rafa tersentak saat Kana bicara. Ia mati-matian menyembunyikan kegugupannya dengan menunduk sebentar dan mengambil sebuah toples yang tadi sempat diletakkan di atas meja guru. Isi toples itu adalah gulungan-gulungan kertas yang berisi nomor undian untuk tiap kelas. Dan kebetulan kelas mereka mendapat giliran ke-3 sehingga kertas gulungan masih banyak tersisa.
Rafa berdehem gugup ketika Kana mulai merogoh tolpes yang di pegangnya. Jantungnya memompa dengan cepat dan sebisa mungkin ia tidak melihat wajah Kana yang akan membuat debaran di dadanya bertambah kencang.
"Udah, Kak. Nomor 5." Ujar Kana datar setelah membuka gulungan itu. Ia menatap Kelvin di pojok kelas dan tersenyum sangat manis.
Tak ada yang berkedip melihatnya kecuali Kelvin yang balas mengacungkan jempolnya ke arah Kana. Rafa yang masih bengong, tidak sadar bahwa Kana tersenyum bukan ke arahnya, dan Kana sudah kembali ke tempat duduknya. Ia bertos ria dengan Kelvin.
"Ehem..., oke. Kelas kalian mendapat giliran ke-5, silahkan untuk satu jam ke depan, kalian boleh gladi resik, atau bersiap-siap. Pensi akan diadakan di auditorium. Nanti saya ke sini lagi untuk membimbing kalian menuju auditorium. Terima kasih." Rafa tersadar dan langsung mengucapkan pengumuman terakhir. Ia melirik Kana sekilas dan keluar kelas secepatnya dengan dada yang masih berdebar hebat.
Kini kelas itu ramai. Leana dan Annas kembali mendatangi meja Kana dan Kelvin. Beberapa siswa gabut hanya memperhatikan dari jauh, yang lainnya ribut sendiri. Mengobrol dan bergosip, bahkan diam-diam mereka membicarakan si kembar yang benar-benar jadi idol baru di kelas mereka.
"Kalian mau gladi resik ngga? Kalo iya, kita bakal nyuruh yang lain mundurin meja-mejanya biar punya area yang luas buat kalian gerak. Gimana?" Ujar Annas kepada si kembar, tetapi pandangannya lurus menatap Kana.
"Mending lo pinjem gitar ke panitia. Untuk dance udah aman. Ngga usah latian lagi. Tinggal lagunya aja dan gue cuma perlu latian sekali doang." Ujar Kelvin kemudian.
"Oke, biar gue yang ambil gitarnya ke panitia." Ujar Annas. Ia berlalu keluar kelas dan menuju ruang OSIS.
"Eh, beneran kalian ngga perlu gladi?" Leana bertanya kepada si kembar.
"Iya. Lo santai aja. Kita udah terlatih kok." Ujar Kana kemudian tersenyum. Senyum yang menular kepada Kelvin dan Leana.
"Syukur deh kalo gitu. Eh btw, gue beneran kepo sekarang. Lo berdua ada hubungan apaan sih?" Leana bergeser dan menduduki meja Kana. Ia menatap si kembar lekat.
"Hmm, lo harus jadi sahabat gue dulu. Dan Kelvin harus setuju." Ujar Kana mengulang kalimatnya tempo hari.
"Gue mau kok jadi sahabat lo. Terus maksudnya Kelvin harus setuju itu gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Only 5 Minutes Appart (End)
Roman pour AdolescentsKana dan Kelvin. Saudara kembar yang kadang orang-orang melihat mereka seperti sepasang kekasih. Kelvin sebagai kakak, dan Kana adalah adiknya. "Ya bener. Gue lahir duluan" -Kelvin "Apaan sih? Cuma beda 5 menit!" -Kana Finalnya, Kana akan selalu bil...