Setelah seminggu resmi menjadi bagian dari Osis, aku dan Kana belum sempat mendaftar untuk mengikuti eskul yang ingin kami masuki. Pendaftaran setiap eskul sendiri berbeda-beda karena disesuaikan dengan pemahaman dasar dari eskul itu sendiri.
Awal minggu setelah MOS, dibuka pendaftaran untuk eskul olahraga. Lalu sebulan kemudian menyusul eskul olimpiade dan karya ilmiah. Lalu hari ini adalah pembukaan untuk pendaftaran bidang seni dan literasi.
Aku dan Kana sudah memutuskan untuk mengambil bidang seni karena pada dasarnya kami sudah menggelutinya sejak kecil.
Dalam bidang seni, ada pembagian dalam kelas-kelas khusus yang memiliki kepengurusan berbeda satu sama lain. Istilahnya seperti departemen di sebuah fakultas. Bagian-bagian itu adalah teater, musik dan band, seni lukis, paduan suara, dan tari. Setiap siswa dibebaskan untuk memilih lebih dari satu karena jadwal masing-masing bagian berbeda dan tidak saling bertabrakan.
Saat ini aku dan Kana sedang membereskan ruangan rapat Osis. Kami akan mengadakan acara untuk ulang tahun sekolah sekitar 2 bulan dari sekarang. Kami sudah mulai sibuk dengan urusan-urusan Osis yang memang mamakan banyak waktu dan tenaga.
"Kana, Kelvin, kalian bisa balik ke kelas sekarang. Ini biar gue sama Rendy aja yang beresin." Ujar Kak Tama selaku wakil ketua Osis di bawah Kak Rendy.
"Yaudah, makasih Kak. Kami balik dulu ke kelas." Kana pamit dan aku mengikutinya keluar ruangan.
"Vin, sekarang pelajaran apa?" Kana melirik jam tangannya dan menautkan alisnya tanda sedang berpikir. Aku ikut memeriksa jam tanganku. Sudah pukul 10.30. Itu artinya istirahat sudah berlalu 10 menit yang lalu.
"Pelajaran Matematika." Ujarku karena mengingat bahwa ada PR yang harus dikumpulkan di pelajaran Pak Jafar. Walaupun bukan guru paling killer, tapi cara mengajar Pak Jafar memang menimbulkan kesan menegangkan.
Kami sampai di kelas dan aku meminta izin untuk mengikuti pelajaran beliau. Karena alasan kami terlambat ada rapat Osis, kami pun diizinkan masuk.
***
Aku, Kana, Lean, Rana, dan Guntur berjalan ke arah kafetaria. Saat sampai, ternyata kafetaria sedang hening entah karena apa. Aku melihat ke sekeliling dan mendapati geng kakak kelas yang pernah membuat keributan dengan Kana tempo lalu, sedang menatap bengis ke arah cewek berkacamata tebal di depannya. Pakaian cewek itu sudah kotor oleh cairan kuning yang sepertinya disiram jus jeruk oleh geng kakak kelas. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku bisa menebak jika yang mencari gara-gara adalah kakak kelas dan gengnya itu.
"Lo tau lagi berurusan sama siapa?" Salah satu yang kuingat bernama Nataya, sudah berlagak di depan cewek berkacamata itu.
"T-tau Kak... aku minta maaf,"
"Penindasan lagi? Kok ngga kapok sih Kak Nata?" Kudengar Lean berbisik ke arah Kana.
Kana melirikku sebentar kemudian tersenyum misterius. Sedetik kemudian dia berlari keluar kafetaria dan menuju gedung utama. Aku tidak yakin apa yang akan Kana lakukan, tapi kurasa dia memiliki ide yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah di depanku itu.
"Kana mau kemana?" Lean bertanya. Mungkin heran mengapa aku tidak mengikutinya padahal setiap saat aku selalu menempatkan Kana dalam pengawasanku.
"Mau hukum Kak Nata. Kita ke tempat biasa aja yuk, sekalian pesenin buat Kana." Aku berjalan duluan, menghindar untuk jadi pusat perhatian dengan langsung menuju pojok kafetaria tanpa memutus atensi seluruh siswa yang ada di dalamnya.
"Kana mau ngapain emang? Kak Nata kayaknya makin ngamuk sama cewek itu. Kita ngga ngelerai aja atau gimana gitu?" Lean bertanya lagi dan kami sudah duduk di meja pojok tempat kami biasa nongkrong.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Only 5 Minutes Appart (End)
Teen FictionKana dan Kelvin. Saudara kembar yang kadang orang-orang melihat mereka seperti sepasang kekasih. Kelvin sebagai kakak, dan Kana adalah adiknya. "Ya bener. Gue lahir duluan" -Kelvin "Apaan sih? Cuma beda 5 menit!" -Kana Finalnya, Kana akan selalu bil...