Kana berkali-kali menguap saat kegiatan MOS di hari pertamanya akan berakhir. Ia sudah sangat lelah hingga ingin sekali rasanya ia langsung berbaring nyaman di kasurnya atau setidaknya tidur di punggung Kelvin. Ia lelah tapi tidak mengantuk. Ia menguap tapi tidak dapat tidur. Kana hanya menatap sayu ke arah panitia yang sedang menjelaskan tentang MOS hari kedua besok.
"Kana, gue capek banget. Itu si Mak Lampir emang udah gila. Tega banget hukum kita cuma gara-gara cita-cita. Alasannya ngga intelektual banget. Gue jadi benci kakel. Padahal gue kira mereka bakal baik-baikin kita gitu kayak kakel waktu gue SMP." Leana curhat lirih di samping Kana. Ia terlihat sama lelah dengannya tapi mulutnya tak berhenti nyerocos tentang betapa sebalnya ia dengan kakak kelas yang dipanggilnya Mak Lampir itu.
Kana setuju bahwa kakak kelasnya memang keterlaluan. Mereka dihukum berlari keliling lapangan yang luasnya hampir sama dengan setengah lapangan sepak bola sebanyak tiga putaran. Alasannya pun hanya karena cita-cita mereka yang tertulis rapi di tanda pengenal, tidak sesuai aturan. Kana membatin, sejak kapan cita-cita diatur oleh mereka?
Sebenarnya yang dihukum hari itu tidak hanya mereka berdua, tapi ada seorang siswi lagi dan juga Kelvin. Tadi saja Kana hampir meminta Kelvin untuk menggendongnya, tapi dia ingat bahwa itu akan menimbulkan masalah lain nantinya. Mereka berempat bahkan sudah ditandai dan seketika jadi terkenal karena kekonyolan itu.
"Hei, yang cowok tadi siapa lo? So sweet banget langsung ngasih minuman ke lo." Seorang cewek yang tadi ikut dihukum bersama Kana dan Leana, tiba-tiba bertanya. Dari mereka bertiga, yang paling kuat berlari tanpa kelelahan adalah cewek itu. Namanya Rana Bianca. Dihukum karena bercita-cita menjadi suami Jimin BTS. Dan motto hidupnya kurang lebih sama dengan milik Leana yang intinya bakal mengejar cinta oppa-oppa ganteng itu. Bahkan tadi Kana sempat berpikir tentang kenapa kedua teman barunya membawa nama boyband yang juga disukainya dalam skandal hubungan cita-cita?
"Kalo lo mau tau, lo harus jadi sabahat gue dan ketemu Kelvin buat tanda tangan." Ujar Kana lalu bertopang dagu karena kepalanya semakin berat. Dia benar-benar lelah tapi tetap tidak bisa tertidur.
Rana yang mendapat jawaban Kana langsung menatap heran cewek itu. Bahkan alisnya hampir menyatu karena bingung. Namun itu tidak lama karena ketua OSIS telah mengakhiri kegiatan MOS hari itu.
Semuanya bangkit meninggalkan lapangan dengan wajah kusutnya. Kana tidak sanggup berjalan lagi. Ketika melangkah satu kali, lututnya bergetar karena kelelahan. Ia hampir jatuh jika tidak ada tangan yang merengkuhnya.
Kelvin bergerak cepat menangkap tubuh Kana yang baginya ringan karena hampir setiap hari ia menggendongnya. Kelvin menatap khawatir ke arah Kana. Sedangkan Kana mulai mengantuk karena keberadaan Kelvin.
"Evin...,"
"Kamu tidur aja. Aku gendong." Kelvin langsung sigap menaikkan Kana ke punggungnya dan seketika itulah Kana tertidur pulas.
Pemandangan itu sudah jelas tak luput dari penglihatan para siswa, terutama Leana dan Rana yang melongo dramatis. Mereka bahkan meleleh karena perlakuan manis Kelvin kepada Kana. Dan tentu di detik itu juga, mereka menjadi bahan pembicaraan hingga seantero sekolah mengenal mereka berdua sebagai pasangan yang serasi. Karena tepat adegan itu berlangsung, bel pulang sekolah berbunyi sehingga banyak siswa yang berhamburan keluar kelas. Entah itu dari kelas 11 maupun kelas 12. Ditambah bentuk bangunan utama sekolah itu berleter □ sehingga mau tidak mau, atensi utama adalah ke arah lapangan.
Kelvin berjalan santai tanpa peduli tatapan di sekitarnya. Ia sedikit tidak suka dengan hari ini karena kedua harapannya(tidak bertemu kakel galak dan ada yogurt di kantin) tidak berjalan lancar ditambah Kana yang kelelahan membuatnya suntuk sendiri. Tapi yang membuatnya paling kesal adalah ketika Kana diperlakukan semena-mena oleh kakak kelasnya. Ia tidak terima kembaran sekaligus adik kesayangannya dibentak-bentak bahkan disuruh berlari keliling lapangan karena kesalahan yang dikarang-karang oleh panitia MOS alias anggota OSIS.
Kelvin mengabaikan bisik-bisik di sekitarnya dan berjalan ke kelas. Ia memasukkan barang-barang Kana ke dalam tas dan membereskan miliknya lalu memakai kedua tas itu di dadanya. Leana yang mengikuti si kembar itu pun masih belum berkata-kata. Ia berjalan ke mejanya yang berada di barisan ketiga dari depan. Masih terbengong diam dalam pesona Kelvin sampai si kembar keluar ruang kelas.
"Astaga, Lean. Lo jangan berkhianat dari Bang Jungkook!! Fokus fokus!" Ujarnya lirih sambil menepuk-nepuk pipinya.
Sementara Kelvin sudah menuju mobilnya dan menurunkan Kana di jok samping kemudi. Ia memasangkan sabuk pengaman dan menurunkan sandaran jok hingga hampir datar. Kana benar-benar sudah tertidur dan demi melihat wajah Kana yang polos, Kelvin tersenyum untuk pertama kalinya sejak Kana dihukum tadi siang.
Ia masuk di jok kemudi lalu melajukan mobilnya di jalanan yang lumayan padat karena bertepatan dengan para siswa pulang sekolah. Ia mampir sebentar di supermarket dan menenteng dua krat yogurt kesukaan mereka berdua, es krim untuk persediaan satu minggu, dan snack ringan berbahan dasar coklat. Setelah selesai, Kelvin segera memasukkan belanjaannya ke dalam bagasi lalu kembali melajukan mobilnya ke rumah.
***
Lagu Fire dari BTS, terdengar keras dari kamar Kana. Ia sedang menirukan dance dari boyband kesukaannya itu. Melupakan kejadian tadi siang dan kelelahannya. Bergerak mengikuti musik yang diulang berkali-kali. Sebenarnya saat itu adalah sore yang menyenangkan untuk suatu keluarga. Namun karena musik Kana yang terlanjur keras itu, sore yang tadinya tenang dan damai, kini malah penuh kebisingan.
"Ana, musiknya jangan keras-keras!" Tegur Diana yang tengah menyiram tanaman di halaman belakang rumah. Ya, musiknya terlalu keras hingga sampai di halaman belakang rumah. Diana bahkan khawatir jika tetangga di dekat rumahnya merasa terusik dengan musik keras yang berulang itu.
Sayangnya Kana tidak mendengar frekuensi bunyi yang lebih lemah dari musiknya. Ia tetap melanjutkan kegiatannya tanpa tahu yang terjadi di luar sana. Bahkan ia semakin semangat karena berhasil menguasai koreografi hingga pertengahan lagu.
Tiba-tiba pintu kamar Kana terbuka lebar dan menampakkan sosok Kelvin dengan penampilan sehabis bangun tidur. Ia mendekati sound system di dekat tv Kana, lalu memutar volumenya hingga menyisakan suara yang sangat lirih. Kini, giliran Kana yang sebal.
"Ih, Evin kenapa sih?" Kana mengatur napasnya yang sedikit tidak teratur karena sedari tadi bergerak mengikuti tutorial dance.
"Berisik Ana! Kamu ngga denger tadi Mama ngomong? Tetangga sebelah sampe keganggu tau!" Kelvin berjalan malas ke arah tempat tidur Kana lalu berbaring di sana. Ingin melanjutkan tidurnya tapi tidak bisa karena sudah terlanjur bangun.
"Oh gitu... yaudah." Kana bergerak ke arah sound system dan mengaktifkan mode bluetooth lalu mengambil headset dan memasangnya di kuping. Ia kembali bergerak dan mengikuti irama musik dari sound systemnya.
Kelvin yang melihat itu, menatap jengah ke arah Kana. Ia ingin ikut bergerak melihat Kana yang mempelajari gerakan baru. Tapi ia masih berusaha mengumpulkan nyawa sehabis bangun tidur. Akhirnya ia keluar dari kamar Kana dan memilih untuk mandi. Nanti dia akan minta ajari Kana untuk dance lagu itu karena menurutnya gerakannya lumayan seru.
Sementara ia mandi, ia menyalakan musik juga dengan volume sedang. Lagu-lagu Ariana Grande mengisi kamar mandi. Ia ikut bernyanyi dan suaranya menggema dalam kamar mandi. Kebiasaannya setiap sore adalah karaoke sambil mandi. Bahkan Kelvin bisa menghabiskan waktu berjam-jam jika ia sudah memutar lagu penyanyi kesukaannya itu. Terkadang sampai Kana menggedor-gedor kamar mandi karena kebiasaan Kelvin yang menurutnya membosankan itu.
***
Happy reading...
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Only 5 Minutes Appart (End)
Novela JuvenilKana dan Kelvin. Saudara kembar yang kadang orang-orang melihat mereka seperti sepasang kekasih. Kelvin sebagai kakak, dan Kana adalah adiknya. "Ya bener. Gue lahir duluan" -Kelvin "Apaan sih? Cuma beda 5 menit!" -Kana Finalnya, Kana akan selalu bil...