Asal Usul Bisa Terkenal (Bagian 3)

486 46 0
                                    

Part ini lumayan panjang. Selamat membaca...

***

Leana berdiri di depan kelas bersama seorang cowok jangkung di sampingnya.

"Jadi temen-temen semua, nama gue Annas. Gue ditunjuk Kak Rafa buat jadi ketua kelas kalian untuk sementara kelas ini. Salam kenal, semuanya." Ujar cowok jangkung bernama Annas itu mengakhiri kalimatnya dengan diplomatis. Beberapa siswa mengampresiasi dengan tepuk tangan sekilas.

"Dan nama gue Leana. Kalian bisa panggil gue Lean. Gue jadi koordinator pensi buat kelas kita dan gue juga ditunjuk sama Kak Rafa. Salam kenal guys!" Kali ini tepuk tangan lebih meriah dari kaum cowok.

"Sekarang sampe sejam ke depan kita disuruh bahas pensi buat besok. Harus ada perwakilan dari kelas kita minimal dua orang buat tampil di pensi. Sekarang kita tentuin dulu, kelas kita mau nampilin apaan. Ada yang punya ide?" Semua diam mendapat pertanyaan Annas. Tidak ada yang tertarik untuk mengangkat tangan dan tidak ada yang merasa antusias dengan kata "pensi".

Kana yang sedang bersandar di bahu Kelvin pun menatap tanpa minat cowok di depan kelas itu. Ia melirik Leana yang malah sedang menatapnya dengan tatapan yang entah bagaimana menjelaskannya, itu terlihat jahat di mata Kana. Ia tidak ambil pusing dan menguap karena mulai mengantuk. Siswa lainnya sudah sibuk berbisik-bisik oleh pembahasan di depan kelas yang menurut mereka kurang berfaedah.

Leana di depan kelas sudah merencanakan sebuah ide agar kelas aneh ini dapat menampilkan pensi dengan profesional. Ia menatap Annas kasihan lalu menepuk bahu cowok itu pelan. Annas balas menatap Leana dengan tatapan bertanya.

"Gue ada ide bagus. Kelas kita ini manusianya ngga ada yang beres. Mereka ini kayaknya calon-calon penghuni kelas manja yang ga bakal mau ribet buat bikin pensi-pensian begini. Kita kudu nunjuk mereka biar mau. Ngga mungkin, kan kelas kita ngga nampilin apa-apa?" Jelas Leana setengah berbisik. Tidak ada yang memperhatikan mereka berdua di depan kelas karena kelas sudah ribut mirip pasar.

Annas memikirkan kalimat Leana. Ia melirik sekilas keadaan teman-teman sekelasnya yang memang tidak ada yang mempedulikannya sebagai ketua kelas sementara.

"Apa rencana lo?"

Leana tersenyum lebar. "Lo serahin aja sama gue. Udah lo tinggal terima beres." Ujarnya kemudian. Annas hanya mengangguk.

"Oke guys, karena kalian ngga ada usulan, gue punya usul sekaligus punya kandidat buat bikin kelas kita nampilin pensi." Atensi seluruh kelas kembali ke arah Leana.

"Karena kalian pasif, mau ngga mau gue sama Annas bakal nunjuk salah dua di antara kalian buat tampil di pensi." Kini dengungan kembali terdengar. Protes-protes kecil karena merasa tidak adil, juga gerutuan was-was kalo sampai mereka yang ditunjuk oleh Leana.

Sementara Kelvin dan Kana di pojok sudah terhanyut dalam dunia mereka sendiri. Kini posisi Kana sedang bermain hp dan Kelvin sedang menata rambut Kana sedemikan rupa seolah ia adalah seorang stylist. Yang memperhatikan itu hanyalah Leana dengan smirknya.

"Kana!" Panggil Leana membuat Kana mengalihkan atensinya ke arah Leana. Kelvin ikut menatap ke arah depan kelas. Posisi mereka masih sama dengan Kana yang masih memegang hp dan Kelvin yang sedang mengepang rambut Kana. Tapi seluruh atensi kelas kini teralih ke arah si kembar itu.

"Lo sama Kelvin ke sini bentar, deh." Leana kembali mengeluarkan suaranya. Kana dan Kelvin yang masih bingung hanya mengerutkan kening dan saling pandang satu sama lain sebentar. Tapi kemudian mereka berjalan ke depan kelas diiringi tatapan seluruh kelas yang berekspresi macam-macam. Kelvin sempat melepas kepangan Kana dan merapikan rambut Kana seperti semula.

It's Only 5 Minutes Appart (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang