Kelvin (Pernyataan Cinta)

195 15 8
                                    

Happy reading...,

***

Hari Rabu. Dan upacara bendera akan dimulai beberapa menit lagi. Jika ada yang bertanya dalam rangka apa hari Rabu ini, jawabannya tidak dalam rangka apa-apa. Di SMA Andromeda ini, beberapa sistem dan mekanisme kegiatan cenderung berbeda dengan SMA lainnya. Upacara rutin dilaksanakan hari Rabu, bukan hari Senin seperti peraturan kebanyakan sekolah. Alasannya? Entahlah. Peraturan itu sudah dibuat sejak sekolah ini pertama kali didirikan 27 tahun lalu.

Kali ini kami diantar oleh Pak Arwin karena mobil yang biasa kami naiki sedang berada di bengkel untuk perawatan bulanan. Jam menunjukkan pukul 6.30 yang itu artinya kami harus masuk gerbang sekolah dalam waktu 15 menit atau kami akan terkena poin pelanggaran ketertiban. Dan hal itu akan berimbas kepada nilai sikap hingga kelulusan. Jika dalam satu tahun pelajaran terlambat sampai 5 kali dan setiap tahun melakukannya, maka siswa tersebut akan mendapat hambatan di kelulusannya. Tapi bel masuk yang lebih pagi itu hanya berlaku di hari Rabu. Untuk hari lainnya bel masuk akan berbunyi pada pukul 07.30.

Saat sampai aku dan Kana langsung masuk gerbang dan lolos pemeriksaan anggota ketertiban sekolah yang berjaga di gerbang. Tidak banyak. Hanya 4 orang yang masing-masing mengawasi penggunaan seragam siswa.

"Kana, Kelvin, tungguin gue!" Kami menoleh dan mendapati Lean yang berlari dari gerbang. Tumben lagi dia datang setelah kami datang. Biasanya dia paling rajin berangkat pagi bahkan sebelum pukul 6.30 dia sudah duduk di kursinya.

Lean langsung menubruk Kana dan memeluknya erat. Banyak siswa yang memperhatikan tingkahnya dan sejujurnya aku agak risih berada dalam perhatian seperti ini karena ulah Lean yang seheboh itu.

"Kanaaa, gue kangen banget sama lo, ya ampun...!" Kana hanya tertawa melihat tingkah Lean. Ya, bagaimanapun kami sudah sekitar 5 hari tidak melihat cewek berkacamata itu.

"Udah udah. Kangennya nanti aja, Le. Diliatin banyak orang ini." Tegurku dan kemudian dia cengengesan sambil merangkul Kana berjalan terlebih dahulu. Aku mengikuti dari belakang mereka. Lean asik bercerita tentang kegiatannya selama ada acara keluarga di luar kota dan Kana seperti biasa, menanggapi dengan antusias semua yang Lean ceritakan. Mereka berdua memang cocok jika sudah mengobrol.

Saat sampai di kelas, suasana ramai dan sedikit rusuh. Aku bertanya-tanya sambil menghampiri bangkuku. Kulihat kebanyakan anak kelas sibuk menulis di buku tulisnya atau lebih tepatnya menyalin satu buku lain. Jika keadaannya seperti ini, pasti mereka lupa mengerjakan PR untuk jam pelajaran pertama. Siapa lagi kalau bukan guru ter-killer sepanjang sejarah, Pak Badrun, guru untuk mata pelajaran geografi. Dan buku yang mereka salin adalah buku anak-anak rajin yang tidak ingin mendapat hukuman keluar dari kelas Geografi.

"Tumben lo udah dateng, Tur?" Lean menyapa Guntur yang kondisinya tidak jauh berbeda dengan anak-anak kelasku yang lain. Dia grusak-grusuk mengerjakan PR geografinya. Lebih tepatnya menyalin buku milik Genta, teman sebangkunya.

"Gue lupa banget ada PR geografi. Ini soal diem-diem mulu, sih. Jadinya gue ngga tau. Ngga keliatan ada tanda-tandanya waktu gue di rumah." Guntur menjawab asal dengan masih menyalin jawaban. Tulisannya pun acak-acakan.

"Sejak kapan lo ngerjain PR di rumah?" Aku berbalik dan melihat Rana yang sudah berdiri dengan wajah juteknya.

"Berisik lo Mak Lampir. Diem deh, gue lagi fokus ini!" Guntur mengomel dan Rana hanya berdecih lalu duduk di kursinya. Aku pun ikut duduk dan beralih memainkan rambut Kana yang sedang asik mengobrol dengan Lean, juga Rana. Membahas BTS dan comeback-nya yang tidak pernah kumengerti sistemnya.

***

"Eh, Vin! Udah denger belom gosip yang baru gue dapet?" Guntur berbisik di sebelahku ketika pembina upacara sedang menyampaikan amanat.

It's Only 5 Minutes Appart (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang