Kana (Marsmellow dan Pantai Malam Hari)

336 27 0
                                    

Aku masih belum menyurutkan pandangan tajamku ke arah dua manusia yang sudah berdiri di depanku dengan cengiran khas mereka. Terkejut? Agak. Sebal? Sangat. Kenapa bisa ada dua manusia itu di sini??

"Kak Babay sama Kak Yoyon kok bisa di sini?" Kataku ketus. Jujur saja aku kesal karena dua sepupuku itu datang dengan tiba-tiba.

"Jagain kamulah, Dek. Ngapain lagi? Tante Diana yang bilang langsung ke aku sama Deon." Ujar Kak Babay sambil nyengir lebar. Sebenarnya nama aslinya Kak Bayu. Tapi aku memanggil mereka dengan panggilan berbeda karena sudah terbiasa sejak kecil.

"Evin tau?" Aku menoleh ke arah Kelvin yang menggaruk kepalanya.

"Mama ngasih taunya waktu mereka udah otw ke sini. Aku baru tau tadi sore, Ana." Dia memandangku dengan puppy eyes. Jika Lean yang melihat itu, mungkin dia akan langsung memeluk Kelvin dan memaafkan begitu saja. Tapi, itu tidak mempan padaku.

"Kenapa ngga ngasih tau?" Tanyaku lagi ketus.

"Tadi lupa...," Kelvin nyengir dan sekarang terlihat sama menyebalkannya dengan dua kakak sepupuku itu.

"Udahlah, Na. Lagian makin banyak orang, makin seru jadinya." Rana merangkulku dan menaik-turunkan alisnya.

"Iya, Na. Ngga papa. Kalo mereka gangguin lo, kita gangguin balik. Gampang, kan?" Kali ini Lean menangkup wajahku dan ia tersenyum jahil.

Aku menghembuskan napas pelan. Tidak ada yang berkomentar. Hanya ada desauan angin dan deburan ombak yang mengisi kesunyian.

"Terserah deh. Kalo kalian berdua ngeselin, kalian bakal bangun di tengah laut!" Ancamku lalu masuk tenda begitu saja. Lean dan Rana mengikutiku.

Sunset sudah berakhir dan sekarang sudah malam. Jam tangan menunjukkan hampir setengah 7, kami sedang bersiap untuk pesta barbeque dan marsmellow bakar. Aku yang sudah ada di tenda, beralih menyambar gitar dan menyetem sebentar.

"Eh, Na, sepupu lo ngga pada kerja apa? Perasaan kalo lo pergi agak jauhan dari rumah selalu dibuntutin mereka." Tanya Lean yang kini sedang meraih chiki di tas kresek besarnya. Rana duduk di sampingnya sambil melihat-lihat hasil jepretan di kamera.

"Kerja kok. Mereka tuh owner kafe Marimar yang jadi langganan Guntur itu loh..., Kak Babay terutama, suka seenaknya pergi-pergi yang penting kafe mereka terkendali dan sesuai target. Kalo Kak Yoyon kadang masih suka ngisi live musik di kafe itu sama band-nya. Ya gitu deh, bisa dibilang kalo mereka itu pekerja lepas karena mereka yang jadi bosnya." Ujarku sedikit bercerita tentang dua manusia menyebalkan itu.

"Hmmm, pantes aja. Tapi gue masih heran deh, Na. Kok mereka mau-mau aja disuruh ngikutin lo kemana pun lo pergi jauh?" Kali ini Rana yang terheran-heran.

"Ngga tau juga ya gue. Tapi semua sepupu gue selalu nurut kalo disuruh ngikutin gue kemana-mana. Gue jadi ngerasa punya bodyguard banyak gitu. Lo tau ngga, rasa menyebalkan karena sekalipun tugas mereka cuma ngikutin, tapi gue selalu dilarang-larang kalo ngga sesuai sama aturan keluarga." Curhatku heran. Aku membuka mulut dengan isyarat meminta Lean menyuapiku potato chipsnya. Ia peka dan menyuapiku.

"Tapi kayaknya gue ngerti deh kenapa mereka oke-oke aja kalo disuruh ngikutin lo." Rana sudah menaruh kamera Lean dan ikut mencomot makanan ringan milik Lean.

"Karena aturan keluarga mereka?" Lean bertanya sambil mengunyah.

"Bukan. Kalo cuma itu, mereka masih bisa mungkir kalo ngga suka dan ngga bakal mau repot buat ngelarang-larang Kana. Secara kan tugas mereka tuh cuman mastiin keadaan Kana aman." Rana berujar dan sudah merebut snack Lean. Lean membuka yang baru tanpa protes.

"Terus karena apa? Karena pengin ngerjain Kana gitu?"

"Ih, bukan itu, Lele. Tapi karena elo sendiri, Na. Semua keluarga lo termasuk sepupu-sepupu nyebelin lo itu, sayang banget sama lo. Mereka juga suka deket-deket sama lo. Siapa sih yang ngga suka ada di deket lo. Gue pertama liat lo aja, langsung pengin kenalan dan ngobrol ngalor-ngidul." Rana barujar sambil mengunyah keripik itu dengan santai.

It's Only 5 Minutes Appart (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang