Aku menunggu di depan ruang kepala sekolah bersama Rana, Lean, Guntur, dan Genta. Tidak bisa melibatkan diri di dalam ruangan dimana Kelvin dan Kak Ando berada. Sesaat aku merasa takut ketika mengingat Kelvin yang berkelahi karena aku. Lagi-lagi aku menempatkannya dalam keadaan yang kurang menyenangkan.Seharusnya Kak Ando tidak nekat mencegat Kelvin yang sudah emosi seperti tadi. Aku sangat mengenal Kelvin dan segala sikapnya terhadap orang lain. Kelvin tidak akan memandang siapa dan apa posisinya jika sudah marah seperti tadi. Kelvin tidak pernah menunjukkan sisi seperti itu jika bersamaku. Hanya sekali saat 2 tahun lalu dan hampir terjadi lagi hari ini. Aku bersyukur Guntur dan Genta menahan Kelvin yang seperti itu. Jika tidak, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Kelvin setelahnya.
"Kana, lo ngga papa, kan?" Lean memelukku dengan lembut. Ah, tanpa sadar aku tremor lagi dengan bayangan-bayangan yang melintas di pikiranku. Aku hanya mengangguk dan bersandar di bahu Lean.
"Semuanya bakal baik-baik aja kok. Maaf ya, harusnya tadi langsung bawa lo pergi dari sana." Kudengarkan ucapan Lean yang sarat akan nada penyesalan.
"Gue ngga papa, Le. Bukan salah kalian. Kita sama-sama kaget tadi." Ujarku sambil melepas pelukannya dan tersenyum ke arahnya. Kulirik Rana, Guntur, dan Genta yang sedari tadi memperhatikan kami.
"Gue berterima kasih banget karena kalian selalu ada di samping gue." Ujarku bersungguh-sungguh.
"It's ok, Na. Kita ini sahabat lo. Dan udah jadi tugas kita buat selalu ada di samping lo." Rana menepuk bahuku pelan dan aku hanya balas tersenyum. Aku bersyukur mereka masih ada bersamaku meskipun aku merepotkan mereka dengan urusan pribadi begini.
Tak berapa lama, pintu ruangan terbuka dan Kak Ando keluar diikuti Kelvin di belakangnya. Kak Ando melihatku sebentar lalu membuang pandangan dan langsung berjalan menuju tangga. Menuju kelasnya di lantai 2 gedung ruang kelas di sisi barat.
Kini atensiku berpindah pada Kelvin. Aku memeluknya erat. Kelvin balas memelukku.
"Maafin aku, Ana." Dari nada bicaranya aku tahu Kelvin merasa sangat menyesal dengan kejadian tadi. Aku mengangguk pelan. Masih memeluknya.
"Gimana hasilnya, Vin? Lo ngga dihukum, kan?" Guntur bertanya.
"Cuma disuruh bantuin penjaga perpustakaan selama seminggu. Harusnya skorsing, tapi karena gue murid teladan yang rajin selama ini, jadi hukumannya diringankan." Kelvin terkekeh ringan.
"Iya deh yang murid teladan. Ikut bersyukur gue kalo lo ngga kena skorsing. Bakal repot jadi bodyguard Kana dong nantinya." Ujar Guntur lagi. Aku cuma tersenyum samar.
"Tapi lo ngga dihukum bareng si Ando, kan?" Kali ini kudengar suara Lean bertanya.
Kelvin menghela napas sejenak. Dia masih memelukku erat. "Sayangnya gue harus bareng dia selama seminggu." Ujar Kelvin membuatku cemas.
Aku mendongak dan mendapati Kelvin yang sedang tersenyum ke arahku.
"Tenang aja, kalo dia nyari gara-gara, bakal ada penjaga perpustakaan yang negur. Aku ngga bakal ladenin dia kok." Ujar Kelvin padaku. Aku hanya mengangguk dan kembali memeluknya erat.
Aku memejamkan mata. Nyaman saat samar-samar aku dapat merasakan degub jantung Kelvin yang statis. Merasa tenang saat aku mengenali aroma tubuhnya yang khas. Perlahan ketakutanku hilang. Aku merasa aman setelah tahu dan sadar yang kupeluk adalah Kelvin, manusia yang paling aku sayangi di dunia ini.
"Evin, gendong!" Ujarku pelan masih dengan memejamkan mata. Aku mulai merasa mengantuk karena kenyamanan ini benar-benar melenakanku.
Kurasakan Kelvin memindahkanku ke punggungnya dengan mudah. Aku tidak perlu membuka mata dan kini sudah berada di gendongannya. Ini posisi terbaik untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Only 5 Minutes Appart (End)
Novela JuvenilKana dan Kelvin. Saudara kembar yang kadang orang-orang melihat mereka seperti sepasang kekasih. Kelvin sebagai kakak, dan Kana adalah adiknya. "Ya bener. Gue lahir duluan" -Kelvin "Apaan sih? Cuma beda 5 menit!" -Kana Finalnya, Kana akan selalu bil...