Bab 3

7.1K 660 33
                                    

Koas telah berakhir, ujian sertifikasi sudah kulalui, bahkan wisuda dan sumpah dokter juga sudah kujalani.

Dalam wisuda kemarin tante Karin datang bersama om Niko, bahkan Umi Sachi juga datang dengan sang suami, ayah dari Saka.

Setelah dimana waktu aku pertama kali di antar pulang oleh Saka, setelahnya aku tak pernah lagi bertemu denganya.

Informasi yang kudengar dari teman-teman, Saka sang calon direktur utama rumah sakit itu telah menempuh pendidikan S2.

Saat-saat menunggu waktu untuk internship, permintaan tante Karin untuku datang kesalah satu restoran.

Setelah sholat magrib, kuganti bajuku dengan gamis dan set jilbab senada, memang undangan makan malam ini yang kata tante Karin, acara sangat penting, Sehingga kupoleskan sedikit makeup, setidaknya aku tak akan membuat malu adik Abi.

Om Niko menawarkan untuk menjemputku, tetapi kutolak secara halus, aku tak mau merepotkan beliau pasalnya kita tak searah, dan akan putar balik cukup jauh.

Memesan taksi online setelah kurasa riasanku cukup rapi, kemudian membawa tas jinjing kecil ku, keluar apartemen miliku, dan segera turun ke lobby.

Taksi yang kupesan telah tiba bersama dengan aku keluar lobby.

Perjalanan malam ini, entah kenapa aku tiba-tiba aku sedikit gugup, mungkin karena lama tak menghadirkan acara makan malam formal.

Dua puluh menit tiba di restoran yang di maksud tante Karin, saat aku tiba bersamaan dengan Om Niko yang keluar restoran, sedang mengangkat telepon.

Menunggu om Niko selesai menelpon di dekat pintu masuk, cukup malu rasanya bila nanti aku di dalam celingukan.

"Nungguin ya? Maaf panggilan dari rumah sakit, Yuk"

Penjelasan om Niko, dan aku segera mengekor di belakangnya setelah om Niko mengajaku masuk kedalam.

Masuk kedalam ternyata di dalam sudah ada tante Karin dan juga Kevin, sepupuku, putra kedua dari tante Karin.

Dan yang lebih mengagetkan lagi disana ada keluarga Umi, Om Satria juga keempat putra putrinya.

"Sayang, apa kabar?"

Setelah mencium tangan tante Karin, juga berpelukan dengan Kevin, kini mencium tangan Umi juga sang suami.

"Ais ini anak-anak Umi"

Saat aku sudah duduk di samping Kevin, Umi Sachi memulai mengenalkan anak-anaknya.

"Si Kembar Shiza-Shezi, yang bungsu Syafi"

Bergantian kami bersalaman berkenalan, sama-sama perempuan dengan si kembar, sedangkan bersama Syafi hanya melambaikan tangan.

"Kalau yang ini sudah kenal kan"

Dengan tersenyum, beda dengan sang putra yang terdiam bermain ponsel, pasti sedang bermain game.

Menunggu makanan datang, hanya berisi dengan segala macam pertanyaan untuku dari Umi maupun tante Karin, tentang rencana ku kedepan.

Makanan tiba, dan selanjutnya kami semua menikmati makanan, sesekali Syafi terdengar suaranya yang menggoda kedua kakak kembarnya.

Tiba-tiba Kevin berbisik padaku.
"Habis ini siapin mental ya kak".

Menoleh padanya, memberi kode dengan raut wajahku, tanda bertanya maksudnya apa.

"Surprise, tapi ini Kevin sangat setuju"

Dengan terkikik, Kevin kembali berbisik ditelinga ku. Kevin sepupuku yang terbaik, sangat berbeda dengan sang kakak, yang begitu sombong dan kasar.

I am Aisha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang