Bab 21

6K 615 16
                                    

Usia kehamilan telah enam minggu, seminggu yang lalu baru kami ketahui tentang adanya dua janin dalam rahimku.

Benar apa yang dikatakan Saka, saat ini aku tak ada jadwal dinas malam sama sekali, KKN kah itu namanya.

Tetapi aku juga merasa nyaman, karena setelah kuketahui jika aku hamil, maka saat itu emesis mulai kurasakan di pagi hari di saat bangun tidur dan disaat siang hari nya, sudah biasa saja aku beraktivitas.

Eyang Ara pernah mengandung bayi kembar yaitu ibu kandung Saka juga Bunda, dan begitu pun bunda yang mengandung Sheza dan Shezi, adik ipar kedua dan ketigaku.

Sedikit banyak kedua wanita yang berpengalaman mengandung bayi kembar itu memberikan nasihat dan cerita pengalaman beliau ketika hamil.

Berang dan pulang selalu bersama Saka, kemana pun aku pergi selalu bersama nya tak boleh sedikitpun aku lengah dari pantauan nya.

Tetapi siang ini, ketika Saka diminta Bunda untuk ke sekolah si bungsu Sami, atau Samudra, membuatku harus menunggu Saka sampai kembali ke rumah sakit dan kami pulang bersama.

Menunggu memang tak menyenangkan, sudah hampir satu jam aku duduk di ruangan Saka, mulai duduk cantik sampai berganti posisi tengkurap di atas Sofa, sebelum perut membuncit kunikmati posisi ini.

Hampir terlelap masuk kedunia mimpi, tiba-tiba pintu ruangan Saka terbuka dan suara Saka yang sedikit keras menegurku, hingga aku kesal sendiri karena terkejut dan rasa kantukku menghilang.

"Sayang, kegencet nanti baby-baby nya"

"Kamu sih kelamaan, katanya sudah selesai dari satu jam yang lalu, ini aku lapar ngantuk nungguin kamu"

Aku sudah mengomel, meluapkan kekesalan ku, dan bertambah kesal ketika Saka hanya merespon ku dengan terkekeh, kemudian berjalan kearah meja kerjanya.

"Sebentar ya, aku buka email bentar kok"

Sibrondong yang gila kerja, istrinya mengantuk dan kelaparan pun kalah dengan pekerjaannya.

"Terserah"

Aku kembali berbaring di atas sofa, hendak kembali memejamkan mata, Saka memberiku sekotak bolu keju, entah darimana asalnya.

"Tadi di kasih Bunda"

Meletakan bolu yang telah di potong kecil di atas meja, dan mengambil sepotong untuk di suapkan padaku.

"Ganjal ini dulu ya, bentar kok aku selesaikan"

Akhirnya kunikmati bolu di depanku, dengan menonton drama dari layar ponselku, menunggu Saka menyelesaikan pekerjaan nya yang katanya sebentar itu.

Sebentar menurut ku adalah hitungan detik dan menit untuk menyelesaikan pekerjaanku, karena berhubungan dengan nyawa tetapi tidak dengan Saka, kata sebentar itu bisa menjadi dua jam berlalu tetapi tak kunjung selesai.

Berjalan mendekati Saka, dan tanpa kusadari aku bisa seberani ini, dengan tiba-tiba duduk di pangkuan Saka melingkarkan tanganku di lehernya.

"Sebentar ya, ini tinggal kirim email balasan sekali"

Masih dengan kata sebentar, mengusap punggung ku lembut, menenangkan diriku yang mungkin dirinya sudah tahu jika aku sangat lelah.

"Tahu gini aku di ruangan"

Sejatinya jika aku di ruangan ada banyak teman yang akan kuajak mengobrol atau bisa membantu sejawat ku mengurusi pasien, karena berdiam diri saja itu lebih melelahkan.

"Kenapa? Bosen nungguin aku kerja?"

Pertanyaan Saka membuat ku ingin sekali memarahinya, bukan hanya bosen tetapi menjenuhkan, berdiam diri di ruangan yang begitu hening, bahkan suara keyboard saja sampai bisa kudengar jelas.

"Banget, sepi"

"Kenapa enggak nyalain musik, aku ada DVD player"

Sangat telat, mungkin kami belum saling mengenal lebih dalam, aku yang mengira Saka takut terganggu jika ada suara, bahkan volume suara ponsel milik ku yang menayangkan drama saja kumatikan, cukup kubaca terjemahan teks bahasanya, ternyata Saka pun demikian takut mengganggu ku yang terlihat lelah, jika sampai bersuara.

"Sudah yuk pulang, mau jalan sendiri apa gendong?"

Kugeplak lengan Saka, dan dirinya hanya tertawa karena melihat ku yang mungkin kini sudah memerah menahan malu.

******

Hidupku memang berubah, kini lebih berwarna dengan adanya keluarga yang tinggal bersama ku, hanya saja kadang kala menginggat orang tua ku, apalagi ketika aku hamil seperti saat ini, harusnya aku bercerita dengan umi, ibu kandung ku, berbagi pengalaman, tetapi kini aku tinggal bersama kedua eyang dari suami, berbagai keluhan menjadi bersama beliau

Tadi eyang masuk kedalam kamarku, membawakan ku segelas susu hangat, beliau mengkawatirkan diriku yang pulang terlambat dan tak keluar kamar sejak pulang dari rumah sakit.

Dan Saka yang baru saja keluar dari kamar mandi, melihat ku yang meringkuk di atas ranjang, sigap menghampirinya ku karena mendengar isakan.

"Sayang kenapa? Ada yang sakit?"

Kelu untuk sekedar menjawab, aku menjadi begitu sensitif sekarang, tiba-tiba merindukan umi dan Abi.

"Sayang".

Suara Saka kembali terdengar, aku menggeleng merespon Saka, memberi tahu nya jika aku tak apa-apa.

Pelukan hangat dari belakang ku, tangan suamiku menggenggam telapak tangan ku, bibirnya mengecup keningku dan pipiku.

"Ada apa? Kenapa nangis?"

Saka membalik tubuh ku, menghadap pada dirinya, mengusap air mataku, dan itu semua semakin membuatku terisak, karena merasakan kasih sayang orang-orang baru dalam hidup ku yang begitu tulus.

"Kangen Umi sama Abi"

Aku sudah tenang, kini berada dalam dekapan Saka berbantalkan dadanya.

"Mau ziarah kemakam beliau?"

Lagi-lagi aku menggeleng, tak mungkin aku meninggalkan pekerjaan ku, meskipun Saka pasti akan melakukan cara agar aku cuti dan kami pergi ke Jawa timur.

"Kita baca Yasin yuk, kirimin doa"

Dengan di bantu suamiku menuju kamar mandi, mengambil wudhu, kemudian berdua dengan Saka mengaji bersama, dengan di pimpin Saka kami berdua mengirimkan doa untuk Abi, Umi, juga bunda Acha.

Kami sama-sama di tinggalkan ibu kami sejak kecil, bahkan Saka sejak bayi belum pernah sama sekali melihat sang ibu, meskipun dengan melihat bunda Achi bisa di katakan sama wajahnya tetapi itu tetap terasa berbeda.

Begitulah cara memeluk seseorang yang kita sayangi, dan yang telah pergi meninggalkan kita selamanya, bersedih memang boleh, tetapi bersedih berlebihan itu tak baik, cukup kirimkan doa pada mereka, dan rasa rindu itu akan terobati.



Tbc

I am Aisha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang