Bab 19

5.9K 623 41
                                    

Hari-hari telah berjalan semestinya, terlihat sudah sifat asli Saja, yang ternyata sifat pendiamnya di awal yang kukira akan sama seperti sang ayah, ternyata itu hanya kamuflase dirinya, Saka lebih mirip sifat sang kakek yaitu eyang Erix.

Mungkin karena sedari kecil Saka lebih menghabiskan waktunya bersama eyangnya, dan kebiasaan serta sifat-sifat nya lebih dominan menurun dari beliau-beliau.

Saka yang ternyata pandai menggombal seperti eyang Kakung, Saka yang kadang romantis, suka melucu dan yang tak pernah orang lain tahu Saka tingkat mesumnya sama dengan kedua eyangnya.

Entah itu suatu hal romantis atau kemesuman, tetapi kadang kala aku sampai malu dan salah tingkah di hadapan umum.

Dengan begitu santai di depan eyang, ayah dan bundanya Saka tak lagi canggung untuk mengecup entah itu kening, pipi bahkan mencuri kecupan di bibirku, tentu saja para orangtua pasti akan mengejek kami berdua.

Seperti saat ini, ketika kami semua sedang berkumpul bersama keluarga besar bahkan keluarga dari pakdhe Amar dari Kediri juga telah datang kerumah eyang.

Aku yang telah mencuci piring di dapur, sedangkan bunda Aci dan budhe Ria telah memasak, untuk eyang sedang mengobrol di meja makan bersama sang putra pertamanya.

Saka yang tiba-tiba datang memeluku dari belakang dihadapan semua orang membuat ku merasa malu bukan main.

"Sayang, kangen"

Bisikan nya meskipun lirih masih bisa di dengar oleh bunda maupun budhe yang memasak di sebelahku.

"Bang, kamu enggak ketemu Ais berapa tahun sih?"

Bunda menoleh menghadap kami yang berada di sebelah kanan beliau, Saka tetap pada posisinya memeluku selayaknya lama tak bertemu.

"Kayak kamu enggak pernah saja Ci"

Pakdhe Amar, membela sang keponakan yang di ejek oleh sang bunda.

Membuat Saka merasa diatas awan, semakin mengeratkan pelukannya, dan meletakkan kepalanya pada pundaku dengn penuh manja.

"Semalam aku bobok sendirian"

Bisiknya lagi, dan tentunya masih di dengar oleh bunda maupun yang lainya.

"Sumpah, bunda geli Bang dengerin gombalan kamu"

Berbeda dengan bunda Aci, yang lainya lebih tertawa terbahak-bahak, lebih tepatnya menertawakan bunda yang terlihat gemas dengan sang putra.

"Ais, kamu enggak mual apa mabok gitu di gombalin Saka?"

Bunda kembali bersuara, dan kali ini aku telah menyelesaikan pekerjaan ku, dan berjalan menuju meja makan untuk membantu bunda yang menata makanan.

"Ais mah senang, bangga punya suami kayak Saka"

Bela Saka untuk dirinya sendiri, dengan mengikuti ku melangkah menuju meja makan.

Aku memang senang dan bangga memiliki suami Saka, bukan karena hanya keromantisan nya tetapi karena ketulusan hati nya kepadaku saat ini, bisa lebih dewasa dalam bersikap meskipun usianya lebih muda dari ku, mungkin hanya akan bermanja denganku seperti saat ini.

"Sayang, kamu hamil ya?"

Pertanyaan dari bunda, ketika kami semua telah duduk pada kursi di depan meja makan, membuatku menoleh kepada beliau, begitu pun dengan Saka yang berada di samping ku.

"Sepertinya begitu Bunda"

Masih ragu, karena memang belum ku periksakan, hanya saja aku telah terlambat datang bulan, hingga sedikit rasa tak nyaman ketika di pagi hari, tetapi semuanya bisa kulewati seperti hari-hari ku biasanya.

"Besok Bunda periksa, semoga positif"

Elusan lembut di kepala ku hingga turun di perut rata ku, oleh Bunda Sachi yang terlihat tulus sayang padaku, membuat ku bahagia dan bercampur haru, rasanya merindukan sosok seperti beliau yang selama ini tak kudapatkan dari ibu kandung ku yang kini sudah tenang di surgaNya.

"Alhamdulillah, semoga positif beneran ya Ais"

Budhe Ceria serta eyang Ara pun ikut berbahagia menyambut, kehamilan yang insyaallah akan kujalani.

"Semoga ya Sayang"

Sak kini sudah mulai, dengan tak tahu malunya mengecupi seluruh wajahku, hingga perutku.

"Tua banget ya aku, sudah mau punya cicit, perasaan baru kemarin drama ku sama eyang kakung"

"Umur tua enggak apa-apa Yang, terpenting kan jiwa masih muda kita"

Kedua orang tua kami semua, pasangan lansia yang masih saja seperti pasangan muda itu membuat ku, ingin sekali merasakannya nanti saat aku menua bersama suami ku, Saka.

"Rumah ini penuh orang bucin ya"

Celetukan pakdhe Amar membuat kami semua tertawa, pasalnya sekarang Saka telah bermanja padaku, sedangkan eyang Erix pun demikian telah memeluk sang istri.

Percaya atau tidak, bermesraan dengan pasangan halal itu rasanya lebih menyenangkan daripada bermesraan dengan pasangan yang belum halal.

Kita bisa bebas melakukan apapun dengan pasangan dan semua itu berpahala jika kita melakukan nya dengan ikhlas.

Misalnya mulai kita menyiapkan makanan untuk nya, menyuapinya, bahkan untuk sekedar mengambil kan minum pada suami pun di berikan pahala jika kita ikhlas melayani suami.

Sekian hari menjadi kekasih halal bagi Saka membuat ku bersemangat untuk mencapai pahala-pahala yang di janjikan Tuhan untuk umat nya, selain mengejar ridhoNya, aku juga tulus dalam melayani suamiku, karena aku kini telah jatuh cinta padanya, Suamiku, Saka.

Selesai makan bersama keluarga juga, mengobrol bersama hingga waktu telah semakin beranjak malam, bahkan si kembar juga si bungsu telah datang bersama ayah untuk menjemput bunda.

Saat ini kembali keatas ranjang, mengobrol dengan Saka seperti biasanya kami sebelum tidur.

"Besok aku urusin di bagian kemahasiswaan ya, biar kamu enggak dapat jaga malam"

"Kenapa? Aku kuat kok jaga malam meskipun hamil"

Saka menarik ku dalam pelukan nya, kembali mengecupi pipiku.

"Tapi aku yang enggak kuat, kamu tinggal jaga malam"

"Gombal"

"Serius, rasanya tidur enggak bisa lelap"

"Kok bisa?"

"Soalnya sebelum bobok harus gini dulu"

Benar-benar modus Saka, lagi-lagi aku harus berubah menjadi seorang wanita yang menggoda di depan Saka, melayani nya dan akupun suka melakukan nya.

Jiwa muda seorang laki-laki dewasa, banyak hal yang butuh dia eksplorkan pada wanita nya.

Inilah positif nya pernikahan muda, karena di usia produktif, usia laki-laki dewasa mereka semua membutuhkan menyalurkan kebutuhan biologis nya, tak perlu muna akan hal itu, karena itu semua adalah hal normal.

Maka jika dirasa kita cukup untuk membina rumah tangga, maka segerakanlah, karena di dalamnya terdapat banyak keberkahan.

"Capek enggak?"

Menggeleng untuk menjawab pertanyaan Saka yang berada di samping ku dengan memeluk ku erat.

"Enggak, kamu mau lagi?"









Selamat hari kemerdekaan 🇮🇩

Tbc

I am Aisha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang