Bab 15

6.7K 672 31
                                    

Perjalanan pengantin baru memang terasa indah, hingga di usia pernikahan kami yang kini setengah tahun, kami semakin merasa hangat, saling mengerti pasangan kami, bahkan sekedar untuk kentut di depan ku saat pagi hari pun Saka telah terbiasa.

Hari ini aku masuk jaga malam, setelah kemarin terakhir masuk sift pagi, meskipun aku isteri dari seorang Saka sang wakil direktur rumah sakit, pekerjaan ku tetap kujalankan sesuai bagaimana mestinya.

Saka telah berangkat ke rumah sakit, sedangkan aku kini bersama eyang uti duduk mengobrol di ruang tengah dengan tema obrolan kami resep makanan yang baru saja kami lihat di internet.

Tak berapa lama eyang Kakung yang tadinya menanam sayur dari kebun belakang masuk kedalam dan bergabung bersama kami.

Tangan tua beliau masih basah bekas air cuci tangan, duduk di sofa bersebelahan dengan eyang uti yang berada di seberang sofa yang kududuki.

Mungkin ini yang dirasakan dokter Hendra saat lalu, di waktu Saka mencium ku di hadapan beliau, tetapi kini aku menyaksikan sepasang suami isteri yang masuk katagori lansia, telah bermesraan tak menghiraukan cucu menantu nya di hadapannya.

Antara iri dengan kemesraan beliau, dan juga malu menyaksikan sepasang suami isteri yang sedang bermesraan, atau sedang baper ingin merasakan bersama suamiku.

Eyang Kakung yang, Dudu dengan bersender di pundak eyang uti, dan kemudian eyang uti dengan penuh kesabaran memijat tangan sang suami, dan jangan lupakan bibir eyang kakung yang mengecup pipi istrinya dengan lembut.

Mungkin wajahku sudah memerah kini, dengan berpura-pura bermain ponsel tetapi mata masih saja ingin melirik sepasang lansia di depanku ini, sungguh sangat penasaran di buatnya dengan kemesraan yang di sajikan para eyang.

Lama kelamaan aku sendiri yang menjadi panas dingin, sedikit berdehem kemudian berdiri pamit kepada keduanya untuk ke kamar.

"Kalau kepengen suaminya suruh pulang nduk"

Seruan eyang Erix saat aku menaiki tangga menuju lantai dua, sungguh di sengaja oleh beliau tadi.

Benar saran eyang, saat aku masuk kedalam kamar segera kukirim pesan kepada suamiku, kuceritakan perihal sesuatu yang baru kusaksikan.

Menyalakan televisi dan aku terbaring di atas ranjang, menikmati acara gosip yang di sajikan oleh stasiun televisi swasta.

Bukan mimpi atau halusinasi, setengah jam setelah ku kirimkan pesan pada Saka, kini tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan suamiku yang masuk kedalam kamar dan menutup nya kembali.

"Kenapa pulang mas?"

Bibir itu bukan untuk menjawab pertanyaan ku melainkan kini mengecupi seluruh wajahku.

"Sudah selesai kan haidnya?"

Memang aku seminggu yang lalu telah mendapatkan jatah tamu bulanan, padahal kami semua mengharapkan untuk tamu itu tak datang padaku.

Aku mengangguk, sambil menerima sapuan lidah Saka di daun telingaku ku.

Tangan Saka mulai beraksi membuka pakaian ku, dan pakaian miliknya.

Pagi menjelang siang ini kami berdua kembali memanaskan ranjang pengantin kami, yang seminggu ini hanya sedikit terhangat kan.

Satu jam berlalu, kami berdua telah selesai menjalani kegiatan suami isteri yang di sebut kan sebagai surga dunia.

Kembali mandi dan keramas, berdua menuju lantai satu, Saka akan kembali ke rumah sakit setelah makan siang bersama dirumah.

"Bang keramas?"

Ketika Saka duduk di samping eyang Erix dan aku melewati mereka berdua untuk menuju dapur, pertanyaan eyang sungguh membuatku ingin mengubur diriku sendiri.

"Kenapa? pingin?"

Saka ternyata mampu membalas yang kakek, yang kini terbahak-bahak menertawakan sang cucu.

"Sudah katam, _"

Samar kudengar jawaban eyang Erix sebelum aku masuk kedalam dapur untuk menyiapkan makan siang Saka.





Tbc

I am Aisha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang