POV Saka
Sebuah rahasia hidup, siapa yang akan menyangka jika aku akan jatuh cinta pada seorang wanita yang lebih dewasa dari segi umur dan pikiran dari pada diriku.
Seorang wanita yang saat kami kecil sempat bertengkar demi mempertahankan cinta ayah kami masing-masing kepada bunda.
Meskipun akhirnya akulah pemenangnya, tetapi pada akhirnya dirinya pun ikut memenangkan nya.
Menikahi Aisyah untuk kujadikan isteri ku, berarti juga menjadi kan Aisyah putri dari bunda Sachi, yaitu wanita yang dahulu kita perebutkan.
Jatuh cinta setelah sekian kali bertemu, akan tetapi tertarik akan sosoknya sejak pertama kali berjumpa kembali di saat kami dewasa.
Aisyah yang sedang menjalani pendidikan kedokteran dan sedang mengabdikan ilmunya di rumah sakit milik eyang kakung, yang mana saat ini telah berpindah kepada bunda sebagai pemimpin.
Perjuanganku untuk mendapatkan cinta Aisyah pun tak mudah, pasalnya sosok wanita muslimah yang tak pernah mau untuk berpacaran, sehingga diriku harus meyakini dirinya untuk kujadikan isteri.
Ibarat perjuangan seorang laki-laki yang mendapat kan wanita nya, segala cara telah kutempuh, hingga akhirnya dirinya menyerah, dan bisa di katakan Aisyah menerima akan diriku.
Tetapi lagi-lagi perjuangan ku belum berhenti ketika kurasa Aisyah telah mulai merespon diriku, dan kali ini halanganku adalah seorang wanita yang juga hadir sejak masa kecil ku.
Kikan, putri pertama dari pasangan om Niko dan tante Karin yang merupakan sahabat dari bunda.
Semenjak kecil kami sudah mengenal, sering bertemu ketika orang tua kami sedang bertemu, dan semua itu berjalan hingga kami beranjak dewasa.
Dahulu memang Kikan tipe anak yang baik, penurut di tambah dengan nilai plus akan fisik dan wajah yang begitu sempurna.
Mungkin jika aku adalah seorang laki-laki di luar sana pasti akan tertarik dengan Kikan, tetapi selama ini aku selalu menganggap dirinya adalah adik ku, karena sejak kecil selalu bersama dan para orang tua kamu selalu menempatkan bahwa diriku adalah seseorang yang paling dewasa diantara Kikan yang merupakan putri sulung om Niko dan tante Karin serta sang adik yaitu Kevin.
Begitu juga dengan putri semata wayang om Hendra yaitu Hana, yang besar di Solo akan tetapi ketika di saat sekolah libur Hana selalu pulang Jakarta. Di tambah diriku yang sering berada di rumah eyang daripada rumah ayah, dimana rumah eyang bertetanggaan dengan rumah eyang dari Hana.
Semenjak kecil bunda selalu menanamkan rasa peduli dan sayang kepada semuanya, meskipun bukan adik kandung ku seperti si kembar Eca, Eci serta Sam.
Tetapi rasa sayang ku, peduliku, perhatian ku semakin dewasa di salah artikan oleh Kikan, pernah suatu hari saat itu adalah perpindahan Hana ke Jakarta setelah sang ayah menikah kembali setelah sekian tahun menduda, dan diriku yang menemani Hana mencari sekolah baru, dengan begitu tega Kikan mengirimkan pesan kepada Hana jika diriku adalah miliknya, bahkan itu sudah bisa di katakan bentuk ancaman ketika kata-kata yang di gunakan Kikan begitu mengerikan.
Orang tua kami tak ada yang tahu itu, karena Hana tipe anak yang berpikir dewasa, mungkin bisa di bilang dewasa sebelum waktunya karena memang keadaan. Dengan begitu tenang Hana menunjukkan pesan yang dikirim oleh Kikan itu kepada ku, kemudian menjawab pesan itu dengan kata yang bagiku cukup tegas tetapi juga kurang ajar padaku, 'mas Saka milik orang tua nya, dan aku tak ada ketertarikan untuk memiliki dirinya'.
Dan kejadian itu hanya di ketahui oleh Hana serta diriku seorang, dan kali ini Kikan kembali membuat ulah yaitu sasaran dirinya adalah Aisyah, wanita yang kusukai serta sepupu dari Kikan sendiri.
Mungkin jika dalam sebuah cerita, Kikan ini sosok antagonis yang begitu pandai bermain peran, Aisyah begitu saja menyerah ketika Kikan menjalankan aksinya, tetapi karena kali ini sasaran Kikan adalah Aisyah, wanita yang kusuka maka dari itu berarti Kikan juga bermusuhan dengan ku.
Jika Kikan bermain peran begitu baik kepada Ais untuk memanfaatkan sifat Aisyah yang tak tegaan itu, sehingga diriku pun juga ikut bermain peran jika diriku tak boleh bersikap kasar pada Kikan, tetapi apapun yang di lakukan Kikan kepada Ais harus di ketahui oleh om Niko dan tante Karin.
Tak mudah memang untuk mencapai puncak tujuan terindah, akan tetapi jika terniatkan sebuah ibadah karena Allah, maka kerikil jalan itu akan di lancarkan oleh Tuhan.
Berkat bunda serta tante Karin, di tambah dengan sikap tegas Aisyah yang akhirnya dirinya juga mau untuk egois tak mementingkan perasaan orang lain yaitu Kikan, akhirnya dirinya bersedia untuk menikah dengan ku.
"Gila sibocil, entar malam udah bisa bikin si bocil sendiri"
Itu suara om Hendra, yang kali ini tak lagi suka mengajak ku nongkrong di tempat tak jelas, yang akhirnya membuat bunda marah-marah, memang semenjak beliau jatuh hati pada seseorang perawat muda yang bekerja di rumah sakit yang saat ini adalah tempat ku bekerja membantu bunda, beliau tak lagi mencari teman dan keramaian untuk menemani kemuraman hatinya.
"Mulut lu Hen"
Ayah yang duduk bersila di sampingku membela diriku tentunya, saat ini kami berada di salah satu masjid agung untuk acara besarku menjadikan Aisyah isteri ku.
"Lama banget sih"
"Sabar, sudah di jalan kok ini Niko ngabarin"
Jawaban om Hendra yang memang ikut menemani ku bersama ayah sejak tadi tiba di masjid, membuat ku sedikit lega.
Ini pertama dan terakhir kali nya, aku akan mengikrarkan ijab qobul, tentunya rasa gugup itu sudah kurasakan semenjak semalam, bahkan rasanya tak bisa makan sesuap pun semenjak kemarin.
"Yah pusing kepala ku"
"Jangan pingsan loh bang"
"Enggak yah, cuma gugup nya tingkat dewa ini"
"Sudah datang"
Seruan om Hendra lagi-lagi membuat ku semakin gugup, selain gugup juga ada rasa bahagia akan tetapi gugup jika melakukan kesalahan itu terus membayangkan pikiran ku.
Acara di mulai, kali ini aku menikahi Aisyah dengan berwalikan hakim, karena ayahnya yang sudah meninggal dunia dan saudara dari ayah Aisyah hanya tinggal tante Karin seorang, pastinya kalian bisa membayangkan bagaimana perasaan sedih aisyah di atas kebahagiaan pernikahan ini.
Ijab qobul berhasil kuikrarkan, dan setelah nya aku yang bersujud syukur akan rasa syukur ku, ketika bangkit untuk terduduk terasa kepala pusing, beruntungnya ada ayah dan om Hendra yang menemani ku.
"Pucat banget si Saka, kasih minum bang"
Om Hendra meminta ayah untuk memberi ku air minum, mungkin karena aku yang tak tidur, tak makan dari kemarin sehingga hari ini sedikit drop, apalagi aku berpuasa.
"Astaghfirullah"
"Kenapa bang?"
"Yah, Saka kan puasa"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Aisha
RomanceBukan wanita sholehah seperti isteri Nabi, Aku hanya Aisyah, wanita yang masih jauh dari kata sempurna.