Bab 12

6.9K 696 48
                                    

Jatuh cinta, dua kata yang penuh arti dalam hidup manusia. Bukan sekedar jatuh hingga sakit, tetapi jatuh yang penuh dengan rasa cinta.

Seperti itulah yang kurasakan saat ini, tak akan pernah terbayangkan olehku jika aku akan mengalami nya saat ini.

Dahulu kala aku pernah tertarik dengan lawan jenis, mengidolakan, ingin memiliki nya yang menurut aku mencintai nya, ternyata itu hanya rasa menyukai dan bukan cinta sebenarnya yaitu cinta karena Allah.

Kini rasa berbunga-bunga saat bersama nya, rasa bahagia saat melihat layar ponsel tersebut namanya yang menghubungi ku, dan rasa berdesir saat mendengar namanya di sebut, dan rasa jantung berdetak tak karuan ketika kusebut namanya dalam doa ku.

Suamiku, Saka, aku jatuh cinta padanya saat setelah kuberikan hak nya di malam pengantin kami.

Pagi harinya setelah akad nikah, rasa ini belum sedalam ini, hanya sekedar bahagia tetapi belum percaya jika Saka lah suamiku, tetapi tidak dengan paginya setiap apa yang di ucapkan membuat ku bahagia.

Tiga hari setelah acara pernikahan kami, kembali ke rutinitas masing-masing, aku kembali menjalani intership di rumah sakit dimana sang pemilik nya adalah yang memiliki ku saat ini.

"Dek"

Saka tiba-tiba muncul di ruang jagaku, ketika aku sedang mengerjakan laporan pasien dengan yang lainya.

Panggilan yang kami sepakati, untuk aku memanggil nya mas dan Saka memanggil ku adek, setelah kembali dari hotel dan menepati rumah milik eyang Saka.

Benar kami tinggal bersama sang eyang dari Saka, uti Ara dan akung Erix, karena beliau hanya tinggal berdua, dan keduanya meminta kami untuk tinggal bersama agar bisa menemani pasangan suami istri yang kini juga menjadi eyang bagiku.

"Ya mas"

Aku berjalan menuju luar ruangan, karena Saka yang berdiri di depan pintu luar ruangan.

"Mas mau ke Bandung eyang Bandung sakit"

"Ais perlu ikut enggak?"

Menggeleng kan kepala, kemudian menarik tanganku menuju, ruang kecil di samping ruangan perawatan di mana tempat penyimpanan peralatan kebersihan.

"Nanti di jemput sopirnya eyang Erix, hati-hati ya di rumah"

Cup, cup, cup, cup,cup

Memberikan kecupan bertubi-tubi pada wajahku, sambil mengusap kepalaku, pandangan matanya yang terus tersorot pada mataku.

Kembali mengecup keningku lama, setelah aku mencium tangannya.

"Hayoo habis ngapain"

Ketika kami keluar dari ruang penyimpanan barang, bersamaan dengan datangnya dokter senior rumah sakit ini, yang merupakan teman dari bunda, dokter spesialis bedah tulang, karena memang aku kini berjaga di ruang rawat bedah yang khusus penanganan korban kecelakaan.

"Nyapu om"

Jawaban santai dan cuek dari Saka, tidak dengan ku yang sudah sangat malu.

Dokter Hendra sudah terbahak-bahak, beliau bukan dokter tetap di rumah sakit ini, tetapi pasien beliau cukup banyak sehingga aku pun sering bertemu dengan beliau, dan baru tahu jika beliau dulu adalah mantan pacar ibu kandung Saka.

Kisah cinta beliau juga cukup menyedihkan, dimana sang mantan pacar meninggal saat akan melahirkan, begitu pun dengan istri beliau yang meninggal saat melahirkan putri nya.

Setelah menghilang nya dokter Hendra kedalam ruang jaga, Saka kembali pamit untuk pulang kerumah bunda karena mereka akan ke Bandung.

Tak kusangka bisa merasakan ini, baru saja mendengar kan suami pamit ke Bandung dan bermalam disana, rasanya sudah sangat rindu, mungkin seperti ini yang di rasakan para ABG yang menuliskan caption rindu kepada sang kekasih.

"Ehem"

"Ehem"

Cekikikan dan deheman dari semua teman jagaku, mulai dari perawat ruangan, anak koas, para anak-anak praktek kerja lapangan menyambut ku yang masuk keruang jaga.

"Kenapa sih?"

Aku kembali duduk di bangku yang tadi kududuki untuk mengerjakan laporan.

"Dasar pengantin baru"

Reni perawat ruangan ini yang sangat akrab dengan semuanya sudah tak bisa lagi menahan tawanya setelah menggodaku, pengantin baru.

"Noh lihat dok"

Tangan Reni menunjukan kaca yang di pudarkan, tetapi seluet apapun yang berada di balik ruangan itu dapat kita lihat dari sini, tetapi tidak dengan ruangan sebelah yang tak dapat melihat isi ruangan ini.

"Astaghfirullah"

Telungkup di atas meja, menutupi wajahku tak mampu untuk sekedar menutupi rasa maluku, jadi semuanya melihat bayangan ku dengan Saka dari sini.

"Itu tadi nyapu gaes"

Suara dokter Hendra semakin membuatku malu, dan tawa dari semuanya meramaikan penjuru ruangan ini.



Tbc

I am Aisha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang