Beberapa minggu ini semenjak perdebatan ku dengan Saka di lobby apartemen, membuat tiba-tiba sosok pria bernama Sak itu menghilang begitu saja dari lingkungan sekitar ku.
Kini aku telah kembali kerumah sakit, menjalani intership.
Entah kenapa tak ada sosok Saka yang suka tiba-tiba memberikan perhatian selayaknya laki-laki dewasa, rasanya seperti kehilangan.
Keluarga kami tak ada yang mengetahui jika kami sepakat untuk menjauh, dan Saka benar-benar melakukannya, tak menghubungi ku juga tak berada di apartemen kami.
Kemarin iseng ku kunjungi apartemen nya, ku ketuk berkali-kali tak ada sama sekali respon dari sang pemilik, padahal waktu itu pagi hari di waktu hari kerja.
Umi Sachi atau bunda, masih rajin menghubungi ku, membahayakan tentang persiapan pertunangan dan pernikahan ku dengan sang putra.
Begitu juga dengan tante Karin yang sama dengan bunda, membahas tentang segala hal tentang persiapan pernikahan, mulai dari gaun, makeup, dan sebagainya tanpa beliau tahu jika sang putri sedang patah hati.
Kikan yang biasanya cuek dengan ku, kini tiba-tiba menjadi sangat perhatian kepadaku, sering mengajak ku bertemu kala aku pulang dari rumah sakit, walau sekedar makan, ngopi atau jalan-jalan keliling mall, membeli kebutuhan wanita.
Masih sangat ku ingat, saat Kikan yang biasanya selalu mendongak keatas itu tiba-tiba memohon kepada ku untuk membatalkan pernikahan ku dengan Saka.
"Dokter Ais"
Suara perawat yang berjaga bersama dengan ku, membuyarkan lamunanku, yang kini duduk bertopang tangan di samping tumpukan status pasien.
"Iya kak?"
"Dicari"
Beliau menunjuk seseorang yang duduk pada kursi tunggu keluarga pasien, yang berada di lorong rumah sakit.
Saat aku berjalan menuju tempatnya menungguku, aku tahu siapa dia, laki-laki yang berhasil membuatku merasakan rindu pada lawan jenis selain Abi.
Setelah jarak kami tak terlalu jauh, hanya berjarak satu tempat duduk, tercium harum parfum mahalnya, yang begitu kuhafal aroma menyegarkan ini.
"Sak"
"Hai"
Sapanya, saat menyelesaikan obrolan nya pada ponsel, kemudian memasukkan kedalam kantong kemeja yang dia gunakan, dengan lengan yang sudah di lipat keatas.
Senyuman yang berminggu-minggu ini menghilang, kini bisa kulihat kembali, dan membuat ku ikut tersenyum.
"Apa kabar?"
"Alhamdulillah baik, kamu apa kabar?"
Pertanyaan ku dan pertanyaan nya sungguh aneh, seakan bertahun-tahun tak bertemu saja, sungguh suasana yang aneh bagiku, tak seperti biasanya.
Dan entah kenapa aku menjadi gugup bertemu dengan Saka, semenjak kutahu jika yang mencari ku adalah dirinya.
"Alhamdulillah"
Setelah menjawab pertanyaan ku, kini kami sama-sama terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing, beruntungnya kini rumah sakit sedang sepi, sehingga tak akan ada yang tahu jika kami seperti anak ABG yang baru saja bertemu dengan kenalannya.
"Gue tad_"
"Eh maksunya aku tadi ketemu sama direktur rumah sakit ini, jadi sekalian mampir, kata bunda kamu sekarang dinas disini"
Kurasa bukan diriku saja yang gugup, Saka pun sepertinya juga gugup sama sepertiku.
"Kamu tinggal dimana sekarang?"
Mulut kenapa tak bisa mengontrol keingin tahuan isi hati, dan begitu saja pertanyaan itu keluar.
Dengan masih tersenyum Saka menoleh kearah ku.
"Aku pulang kerumah"
Hanya kata oh dan mengangguk sebagai respon yang kuberikan.
"Nanti malam bisa ngobrol?"
"Dimana, insyaallah bisa"
Jawaban cepat Saka membuat hatiku bahagia dengan sendiri nya.
"Cafe dekat apartemen gimana?"
Saka mengangguk, kemudian berdiri dari duduknya, memberikan bingkisan dari kantong pembungkus sebuah toko donat.
"Buat teman jaga"
Kenapa sosok laki-laki yang masa kecilnya membuatku sakit hati itu, kini berubah menjadi sosok laki-laki dewasa yang hanya dengan senyumnya itu membuat ku ikut tersenyum.
"Makasih ya"
Setelah mengucapkan salam, Sak berjalan menuju pintu keluar rumah sakit.
"Maafin aku Ya Allah jika keputusan ku nanti akan menyakiti salah satu hambamu"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Aisha
RomanceBukan wanita sholehah seperti isteri Nabi, Aku hanya Aisyah, wanita yang masih jauh dari kata sempurna.