Bab 8

6.5K 703 31
                                    

Saat aku tiba di cafe yang kini ramai pengunjungnya, kucari dimana Saka berada, yang memang sudah memberikan kabar jika dirinya sudah tiba lebih dahulu.

Hujan yang begitu deras, membuatku sedikit basah, pasalnya aku hanya memakai payung berjalan dari apartemen menuju cafe.

"Assalamualaikum"

Salamku, sambil ku tarik kursi yang akan kubuat duduk.

Saka yang sedari tadi fokus pada ponselnya, memang tipe pria pekerja keras, saat sudah di luar kantor pun dia masih sibuk bekerja.

"Waalaikumsalam, kamu pesan dulu deh"

Kuterima buku menu yang di berikan Saka, begitu pun dengan Saka yang kini sudah menyimpan ponselnya, dan menikmati secangkir kopi di hadapannya.

Terlalu bingung aku akan memulai percakapan dengan Saka, misal kami berdua tak sedang ada masalah yang menyangkut masa depan dan perasaan banyak orang mungkin beda cerita.

Tak nyaman mungkin karena kami hanya berdua, dalam suasana hati yang sedang berkecamuk, juga keadaan gamis bawahku yang sedikit basah.

Hingga pesanan ku datang yang bisa kuhitung, mungkin setengah jam kami hanya diam, menikmati rintik hujan dari kaca jendela.

Tak lama wanita yang ku tunggu, yang kuminta datang kesini saat aku akan berangkat menuju cafe telah tiba.

Kikan, kini duduk bergabung bersamaku dan juga Saka, aku telah membuat kejutan untuk mereka berdua, karena memang tak ada yang kuberi tahu keduanya.

"Ais maksud kamu apa?"

Lebih dulu terdengar protes dari Saka, kemudian di lanjutkan sapaan dari Kikan yang kurasa kini sudah menguasai keterkejutannya.

"Loe pesen dulu dek"

Kuberikan buku menu pada sepupu ku yang selalu berpenampilan menarik, fashionable.

Berbeda dengan Kikan yang terlihat sumringah mencuri pandang kepada Saka, kini Saka sudah terlihat kecewa, marah dengan ku karena aku mengajak Kikan bertemu dengan nya.

Menunggu pesanan Kikan datang, hanya suara Kikan yang bertanya kepada Saka dan di balas seadanya oleh Saka.

Kurasa cukup waktu yang kubutuhkan menata kalimat yang tepat.

Menghembus nafas dalam-dalam, mengucapkan doa dalam hati, dan memohon maaf pada Tuhan, jika sebentar lagi aku akan menjadi orang jahat yang tega menyakiti hati umatnya.

"Dek, kakak mau tanya sama Kikan, tolong jujur"

Kikan yang sedari tadi mencari perhatian dengan mengajak ngobrol dengan Saka, kini menoleh kearahku yang terlihat tak suka aku telah mengganggu nya.

Memang Kikan beberapa hari yang lalu memintaku untuk mempertemukan dirinya dengan Saka, karena semenjak dia tiba kembali ke Jakarta, Saka tak pernah mau membalas pesanya, mengangkat telepon darinya.

Dan aku juga tahu jika selama ini kebaikan Kikan tak tulus kepadaku, hanya dengan tujuan berdamai denganya seolah dia saudara yang baik, tetapi dia memperalat ku agar aku membatalkan pernikahan yang sudah di persiapkan oleh mama Kikan dan bunda Saka.

Aku bukan orang suci, dan tak selamanya aku harus pura-pura bodoh, untuk mengalah demi kedamaian.

Pertanyaan ku dijawab anggukan dan jawaban iya dari Kikan.

"Perasaan loe sebenarnya ke Saka bagaimana, agar Saka tahu"

Bukan hanya Kikan yang kaget akan perkataan ku tetapi Saka pasti tak menyangka jika aku akan membahas perasaan diantara kami semua.

Bukan kah Saka yang bilang jika egois sekali saja tak masalah, lagian agar tak ada kesalah pahaman diantara kami semua, dimasa depan.

"Maksud loe apasih kak?"

Pandangan mata yang menyiratkan kemarahan, mungkin memang kodrat perempuan yang akan malu jika mengungkapkan perasaannya kepada pria, tetapi tidak dengan harus mengorbankan orang lain juga demi perasaan nya terbalas.

"Kikan pasti ngerti maksud kakak"

Saka masih terdiam hanya memandang ku, dan aku tak mengerti maksud pandangan nya itu berarti apa.

Aku dan Kikan saling berpandangan, dan pastinya pandangan saling mengokohkan harga diri masing-masing.

Selayaknya cinta segitiga yang merebut seorang laki-laki, hufft.

"Ya, Kikan suka sama bang Saka"

Ucapnya tegas, lebih tepatnya membentaku yang masih saja melihat nya dengan sorot mata yang tajam.

"Terus mau Kikan gimana?"

"Mau Kikan, Kak Ais ngalah sama Kikan, batalain pernikahan kalian"

Bagus, sangat bagus kini Kikan sudah keluar wujud aslinya di depan Saka, karena selama ini aku sangat mengerti jika Kikan akan bersikap manis di depan pria depanku ini.

Wajah menegang Saka mendengar pengakuan Kikan, sontak membuat nya melotot kearah Kikan yang kini terlihat sangat marah dengan ku.

"Saka gimana?"

Pertanyaan ku membuat Saka kembali memandang kearah ku mengusap wajahnya kasar.

Setelah menarik nafas berkali-kali, mengubah posisi duduknya menghadap Kikan.

"Kikan maafin abang, tapi kamu selamanya tetap adik perempuan bagi abang"

Masih dengan nada yang lembut, mencoba memberi pengertian kepada Kikan.

"Terus Ais maksud nya apa ngumpulin kita disini?"

Kini Saka berganti berbicara dengan ku, setelah sekian menit memberikan pengertian kepada Kikan, menenangkan Kikan yang kini telah patah hati oleh penolakan Saka.

Rencana yang kurencanakan ternyata gagal, aku kira Saka akan bertindak lain, tetapi Saka masih tetap tenang.

"Ya biar jelas, kalau ada Kikan yang suka sama loe"

"Gue tahu"

Jawaban Saka membuat ku menatap nya penuh tanya, begitu pun dengan Kikan yang menunduk itu mendongak.

"Gue sangat peka Ais, tapi gue suka nya sama loe"

Kulirik Kikan yang mungkin akan semakin membenciku, karena dia pasti akan semakin  menganggap ku merebut Saka darinya.

"Sudah gue bilang kan kemarin-kemarin, gue sangat tahu tentang Kikan juga loe"

Nada bicara yang tadi dengan Kikan begitu lembut saat menjelaskan, tetapi kini kenapa menjadi sedikit keras terhadap ku, mungkin kah Saka marah denganku.

"Jangan selalu ngalah_"

Penjelasan lanjutan Saka segera kupotong, karena aku pun juga sudah tak tahan.

"Iya gue mau egois untuk sekarang"

Keterkejutan Saka akan ketegasanku yang tiba-tiba, dan tentunya jawabanku itu adalah keputusan ku untuk tetap melanjutkan pernikahan yang telah disiapkan keluarga kita.

Senyum bahagia dari Saka, raut wajah memerah ku karena malu, juga kesakitan hati yang dirasakan Kikan.

Mungkin dengan begini bisa menjadikan Kikan sadar jika bukan aku yang merebut Saka, tetapi ini pilihan Saka yang di tunjuk ya pada ku.

Semoga Tuhan bisa memaafkan ku, jika malam ini aku telah menyakiti salah satu ciptaanya, aku telah egois untuk kebahagiaan ku.





Jangan lupa mampir kecerita 'suami tak terduga'

Tbc

I am Aisha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang