52. Dilemma

863 121 14
                                    

Seru juga ya ternyata main begini. Hahaha. Saya jadi semangat ngetik. Ini dia UP untuk temen-temen semua~~
_________________________

Theon menggantung ransel di satu bahunya dan berjalan keluar kelas. Dia baru saja selesai mengajarkan rumus kimia pada beberapa teman sekelasnya. Maklum, ujian nasional sebentar lagi. Serentetan try out pun telah menanti. Banyak dari mereka yang masih belum memahami beberapa materi.

Meskipun sebenarnya masih ada beberapa siswa pintar lainnya, tapi Theon yang paling sering dimintai untuk menjelaskan ulang karena Theon cukup sabar dalam menghadapi ketidakpahaman teman-temannya tentang materi yang dijelaskan walau dia sudah mengulangnya berkali-kali.

"Theon makasih, ya!"

"Makasih, Yon!"

"Thanks, ya!"

Satu per satu temannya mengucap terima kasih dan berjalan mendahuluinya. Cowok itu hanya merespons dengan anggukan kecil seraya mengedarkan matanya mencari sosok Hazel di sepanjang koridor. Namun, tidak ada.

Akhirnya dia memutuskan menuju parkiran dan hendak meminta Hazel untuk menyusul ke mobil saja. Setelah menuruni tangga, Theon baru akan mengirimi adiknya chat saat dia melihat visual belakang adiknya tak jauh dari tempatnya berdiri. Senyumnya mengembang. Dia pun berjalan cepat menghampiri Hazel.

Tapi, Theon melunturkan senyumannya seiring dengan langkahnya yang melambat ketika dia menyadari kalau Hazel tidak sendiri. Gadis itu bersama Ken. Theon baru benar-benar mengerem langkahnya begitu Ken mengucap lantang dan penuh penekanan, "Lo. Suka. Sama Theon?"

Jelas Theon terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Ken. Apalagi Theon sempat menangkap mata Ken meliriknya sekilas. Cukup membuktikan kalau Ken menyadari keberadaannya. Namun, bukan itu masalahnya. Theon saat ini menunggu jawaban dari Hazel. Dia tengah menanti jawaban seperti apa yang akan terlontar dari bibir adiknya.

Dan, sungguh. Itu membuatnya tegang bukan main.

"Iya."

DEG!

"Gue suka sama kakak gue. Gue suka sama Theon sebagai laki-laki," aku Hazel tak kalah lantangnya.

Theon terpaku. Tangannya yang menggenggam ponsel menggantung bebas di udara. Entah mengapa oksigen di sekitarnya terasa menyusut drastis sehingga dia kesulitan bernapas. Otaknya juga hang seketika.

Sambil melepas cengkeramannya pada lengan Hazel, Ken tersenyum puas. Sebelah tangannya dia masukkan ke saku celana, sebelahnya lagi dia tengadahkan menunjuk Theon. "Gue rasa banyak yang perlu kalian bicarakan setelah ini," cetus Ken mengompori.

Hazel berbalik. Kini mereka saling bertatapan, melempar arti yang sama sekali tidak bisa saling mereka pahami. Tapi Theon tahu maksud Ken melakukan ini.

Ken ingin menciptakan dilematis di antara keduanya.

***

Semenjak kejadian di sekolah tadi, Theon dan Hazel jadi banyak diam. Mereka sibuk bergelut dengan pikiran masing-masing. Sampai sekarang mereka tiba di teras rumah pun Theon masih mengunci bibirnya rapat-rapat.

Hazel yang membuntut di belakang, akhirnya memberanikan diri menggamit ujung lengan almamater Theon dan memanggilnya ragu, "Kak ...."

Untuk pertama kalinya sejak kejadian tadi, Theon menoleh dan mau menatap adiknya dengan ekspresi yang benar-benar tidak bisa dibaca. Hazel menunduk ngeri dengan tatapan dingin kakaknya itu. Dia meremas-remas jarinya yang sudah basah oleh keringat dingin.

Theon pasti marah padanya. Kakak mana yang tidak syok mendengar bahwa adiknya menyimpan rasa padanya? Kalau dia jadi Theon, mungkin dia akan menjauh untuk sementara waktu.

But, You are My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang