37. Backstreet

999 84 11
                                    

"Ayo kita pacaran."

Ken menarik pandangannya dari Hazel dan terkekeh pelan, menganggap bahwa Hazel hanya bergurau. "Lo begini karena tau mommy gue dokter? Hahaha ...."

"Nggak. Kalaupun gue belum tau, gue bakal ngomong hal yang sama," tegas Hazel dengan wajah serius. Ken kembali menatap gadis di sampingnya. Hazel melanjutkan, "jadi ... ayo kita coba pacaran."

"L— Lo serius, kan?"

"Serius."

Ken bahagia bukan kepalang. Cowok blaster itu mengulum senyumannya, tersipu. Namun, senyum itu luntur ketika Hazel berkata, "Tapi, ada satu syarat."

Ken kembali menatap Hazel. "Apa?"

"Jangan ada yang tau kita pacaran," pinta Hazel yang justru membuat Ken kecewa.

"Maksud lo ... backstreet?"

Hazel mengangguk lagi. "Hm."

"Kenapa?"

Hazel sendiri bingung kenapa dia meminta Ken merahasiakan hubungan mereka. Dia hanya tidak ingin seorang pun tahu. Itu saja.

"Ehm ... lo inget masalah kita waktu itu, kan?"

Ken mengangguk ragu. Dia dipaksa menarik memori menyakitkan itu. Memori yang mengingatkan betapa berengseknya dia pada gadis di hadapannya sekarang.

"Lo inget juga kan, seberapa hebohnya masalah itu di sekolah?"

Lagi-lagi Ken mengangguk.

"Gue gak mau jadi bahan omongan yang lain kalo mereka tau kita pacaran setelah kejadian waktu itu." Hazel mengalaskan.

Padahal, Hazel sadar kalau itu hanya alibinya saja. Dia yakin sekali kalau ada alasan lain di balik permintaannya untuk menutupi hubungan mereka. Hanya saja, dia tidak tahu apa.

Sebenarnya, Ken agak tidak terima. Dia justru ingin teman-temannya tahu kalau Hazel sudah resmi menjadi miliknya. Tapi, Ken pun mengiyakan permintaan Hazel karena dia mempercayai alasan gadis itu begitu saja.

Toh, segalanya butuh proses. Ken yakin, perlahan mereka akan membuka hubungan mereka pada publik.

Pasti.

***

Minggu, pukul 6:30 pagi.

Yang biasanya di jam ini Hazel masih tertidur pulas, kini gadis itu bergerak lincah mengepel lantai kamarnya. Sprei dan selimutnya juga sudah ditukar dengan yang baru.

Pokoknya, kamarnya rapi sebagaimana kamar anak gadis seharusnya. Bukan hanya kamar yang mengalami perubahan, tapi juga kebiasaannya. Hazel bahkan sudah mandi sebelum ayam berkokok.

Seisi rumah boleh bertepuk tangan kalau mereka melihat perubahan drastis Hazel beberapa hari belakangan.

Setelah mengepel lantai, Hazel beralih membersihkan meja belajar. Saat itu lah, ponselnya yang memang dia geletakkan di atas meja berdenting. Chat masuk dari Ken.

Hal itu menyadarkannya bahwa sekarang dia bukan lagi berstatus 'sendiri'. Dia sudah dimiliki. Dan, cowok itu bernama Ken Alden Lee.

Tanpa disadari, Hazel menghela napasnya. Dia mengabaikan pesan Ken begitu saja dan melanjutkan kegiatannya membersihkan meja. Beberapa saat kemudian, ponsel Hazel kembali berdenting.

Akhirnya gadis itu membuka chat tersebut.

Ken
Hazel, udah bangun?
Belum ya?

Hazel
Udah. Kenapa?

Ken
Gak pa-pa. Lagi ngapain?

But, You are My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang