13. Luka

1.1K 83 7
                                    

"Hazel, sedikit lagi, Nak!" Sosok wanita bermata hazel cerah bertepuk tangan dan berteriak menyemangati putrinya yang tengah berlompat-lompat dengan karung membalut setengah badannya.

Mendengar teriakan suportif sang ibu, Hazel mempercepat lompatannya. Semangatnya pun semakin membara ketika dia menyadari bahwa dirinya tengah memimpin pertandingan.

Satu.

Dua.

Dan ... Hap!

Hazel melompat melewati garis finish. Gadis kecil itu terjatuh dan mendarat dengan lengan sebagai bantalan penopang tubuhnya. Ngilu memang, tapi semuanya terbayar karena dia berhasil menjadi juara pertama di lomba balap karung itu.

Penonton bersorak-sorai atas keberhasilan Hazel kecil dalam mencapai garis akhir. Lily, sang Ibu, bertepuk tangan dan melompat kegirangan menghampiri putri kecilnya yang sudah terkapar di lantai. Debu-debu jalanan ikut menempel di dahi dan pipi Hazel yang dibasahi peluh.

Hazel menelentangkan tubuhnya. Dia terengah-engah kelelahan. Tapi, dia bahagia. Gadis kecil itu pun tersenyum lebar, menampakkan gigi kelincinya yang terlihat lucu.

"Yes!!" Hazel mengepalkan tangan dan meninju langit di atasnya. Padahal ini hanyalah lomba balap karung agustusan antar RT. Tapi dia bahagia sekali.

Lily menjulurkan tangannya untuk membantu putrinya tegak. Wanita itu tersenyum bahagia. Sama bahagianya dengan Hazel.

***

[01.24]

Gadis itu belum juga tidur. Dia masih memandangi selembar foto yang tertempel rapi dalam album. Dia memandangi potret dirinya yang masih berumur delapan tahun. Kala itu, dia menerima piala sebagai juara pertama untuk pertama kalinya.

"Dan mungkin untuk yang terakhir kalinya, Ma," gumam Hazel sambil mengelusi potret Lily yang tersenyum lebar sambil merangkul Hazel yang menggendong piala di tangannya. Matanya mulai dipenuhi butiran bening. Dia tersenyum pedih memandangi sosok ibunya yang waktu itu masih terlihat bugar.


"Maaf Hazel cuma bisa kasih Mama piala itu. Cuma itu prestasi Hazel yang bisa buat Mama senyum bangga kayak gini. Cuma itu satu-satunya prestasi Hazel yang bisa Hazel kasih untuk Mama." Suara Hazel mulai bergetar. Hatinya sangat pedih. Dia menyesal karena tidak bisa menjadi anak yang membanggakan bagi kedua orangtuanya, terutama ibunya.

"Sekarang, kalau pun Hazel jadi orang paling sukses di dunia, gak ada gunanya. Mama nggak bisa liat kesuksesan Hazel."

Gadis itu mulai menangis. Hidungnya tersumbat. Rongga parunya seperti ditekan oleh ribuan baja yang membuat napasnya terasa berat. Potret Lily pun mengabur di pandangan Hazel karena air mata memenuhi matanya.

"Maaf Hazel nggak bisa buat Mama bangga, bahkan sampe Mama udah pergi untuk selamanya. Kalau aja ada yang jual mesin untuk muter ulang waktu, Hazel pasti beli, Ma. Semahal apapun itu, Hazel bakal beli untuk ngebalikin masa-masa ketika Hazel masih bisa peluk Mama."

Memang seperti itulah hukum alam. Penyesalan selalu datang paling akhir. Penyesalan biasanya akan sulit diperbaiki karena semuanya telah hancur melebur dan tidak bisa dibangun kembali.

Pihak yang menyesal tentu saja menjadi yang paling tersakiti.

Hazel menghapus air matanya. Menangis membuat tenggorokannya terasa kering dan haus. Dia pun memutuskan keluar kamar untuk mengambil segelas air di dapur.

But, You are My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang