6. Perubahan

1.3K 104 18
                                    

Di ruang keluarga, Suryo duduk menghadap dua kakak beradik yang tengah beradu argumen di depannya.

Suryo memijati dahinya, pening. Kepalanya terasa seperti akan meledak mendengar suara repetan Theon dan Hazel yang tidak sedikitpun memberikannya kesempatan untuk menginterupsi perkelahian.

Pria itu menyesali perintah Dion yang memintanya memeriksa Hazel di rumah karena merasa khawatir pada putrinya setelah gadis itu memutus panggilannya dengan Dion.

Dan benar saja. Datang-datang, Suryo langsung dihadapi dengan Hazel yang sedang menjambak rambut Theon.

"KALO LO GAK MAU NGAPA-NGAPAIN GUE, TERUS KENAPA LO MASUK KE KAMAR GUE WAKTU GUE LAGI TIDUR?!!"

"HARUS BERAPA KALI GUE BILANG? GUE CUMA MAU NGOBATIN KAKI LO ITU!!"

"GUE GAK MINTA DIOBATIN SAMA LO!"

"TAPI LO NYUSAHIN GUE KALO KAKI LO GAK DIOBATIN!!"

"TAPI GUE—"

Suryo berdiri. Pria itu berteriak tak kalah menggelegar, "DIAM SEMUANYAAAA!!"

Theon maupun Hazel tertegun menatap Suryo. Keduanya merapatkan rahangnya menahan semua serapahan yang sangat ingin mereka lontarkan.

Suryo mendeham sekali. Mengatur suaranya agar tidak terdengar seperti ingin bergabung ke dalam pertengkaran. Dia kemudian kembali duduk, menatap Hazel dan Theon bergantian.

"Pak Dion meminta saya untuk mengecek keadaan kalian. Saya bilang semua baik-baik saja. Tapi kalau begini terus, terpaksa saya harus melaporkan yang sebenarnya," tegas Suryo tanpa ragu.

"Laporin aja, Om!"

"Jangan, Pak!"

Suryo mengerjap sekali. Kakak dan adik ini benar-benar seperti kutub magnet yang berlawanan. Itu wajar. Mereka adik dan kakak. Biasanya, hal sekecil apapun pasti akan menjadi bahan pertengkaran bagi kakak beradik.

Berbeda dengan Hazel yang ingin Dion mengetahui kalau keadaan rumah tidak baik-baik saja, Theon justru menginginkan sebaliknya.

Dia takut kesan pertamanya di mata Dion justru akan merusak citranya sebagai anak yang dapat dipercaya. Dia ingin menjaga sikap agar Dion tidak menaruh kecewa padanya.

"Jangan laporin ke papa, Pak," ulang Theon.

"Kenapa? Lo takut kena marah papa? Lo itu emang pantes dimarahin, tau gak! Lo itu cowok terkurang ajar yang pernah gue temuin. Selain itu—"

"Hazel!" Suryo membentak Hazel. Hazel terdiam.

Bukan Suryo yang terkesan kurang ajar pada anak bosnya. Hanya saja, itu yang Dion ajarkan pada Suryo kalau Hazel mulai mengoceh panjang lebar tanpa henti.

Suryo kembali menatap Theon. "Saya tidak akan laporkan ke Pak Dion, tapi saya mohon Theon bersabar. Hanya dua hari lagi. Lusa Pak Dion dan Bu Ruth sudah kembali dari Puncak. Setelah itu, kalian boleh melanjutkan perkelahian kalian."

Setidaknya dia tidak ingin diikutsertakan dalam proses pendamaian dua remaja ini. Itu akan sangat merepotkan sekali bagi Suryo.

Theon mengangguk paham, tapi tidak dengan Hazel. "Kok gitu sih, Om? Om gak tau dia tadi habis ngapain Hazel? Dia habis ngelecehin Hazel loh, Om. Nge-le-ceh-in."

Hazel memberi penekanan pada penggalan kata 'Ngelecehin'.

"Gue gak ngelecehin elo! Lo-nya aja yang ngerasa dilecehin!"

Jarang sekali Theon menanggapi semua tudingan orang untuknya. Biasanya dia hanya merespon dengan wajah datar. Tapi Hazel ini, semakin dibiarkan, maka dia akan semakin menjadi-jadi. Bahkan lebih parah.

But, You are My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang